Latar Belakang Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis, karena jasa konstruksi menghasilkan produksi akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik berupa sarana maupun prasarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi, sosial, dan budaya untuk mewujudukan masyarakat adil dan makmur yang merata secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 1 Selain berperan dalam mendukung berbagai bidang pembangunan, jasa konstruksi berperan pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaran pekerjaan konstruksi. 2 Salah satu bentuk realisasi dari pembangunan konstruksi yang dilaksanakan berupa pembangunan proyek- proyek sarana, prasarana, yang berwujud pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, saluran-saluran air, perumahan rakyat maupun perkantoran-perkantoran dan sebagainya. 3 Sejak awal pertumbuhannya sebagai perusahaanindustri, maka harus disadari bahwa proses-proses konstruksi memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan produksi- produksi pabrik pada umumnya. Dalam jasa konstruksi tumpuan utamanya terletak pada kualitas dan kemampuan sumber daya manusia, para pengelola maupun tenaga 1 Rizki Wahyu Sinatria Pianandita, Penanganan Sengketa pada Kontrak Konstruksi yang Berdimensi Publik Jakarta : Tesis, Sarjana Hukum, Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009 , hlm. 28. 2 Ibid., hlm. 28. 3 Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia Yogyakarta : PT Rineka Cipta, 1996, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara kerjanya, sedangkan dalam industri pabrik tumpuan utamanya terletak pada kualitas mesin-mesinnya. 4 Pengembangan jasa konstruksi menjadi agenda publik yang penting dan strategis bila melihat perkembangan yang terjadi secara cepat dalam konteks globalisasi dan liberalisasi, kemiskinan dan kesenjangan, demokratisasi dan otonomi daerah, serta kerusakan dan bencana alam. Selain itu, perkembangan jasa konstruksi juga tidak bisa dilepaskan dari konteks proses transformasi politik, budaya, ekonomi, dan birokrasi yang sedang terjadi. 5 Terdapat 10 faktor yang mempengaruhi daya saing sektor jasa konstruksi yaitu: kapasitas manajemen; kapasitas sumber daya manusia; struktur biaya; penguasaan kontrak; tekanan impor; akses permodalan; akses penjaminan; akses informasi; akses teknologi; dan sistem logistik. 6 Berdasarkan pernyataan diatas jelas bahwa perusahaan jasa konstruksi memberi dampak positif terhadap perkembangan perekonomian, namun dalam kenyataannya pelaksanaan usaha perusahaan jasa konstruksi memiliki hambatan dan Adanya industri jasa konstruksi akan memberikan peluang yang besar bagi penyerapan tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidang industri jasa konstruksi dan bangunan, dengan tersedianya lapangan pekerjaan maka akan menciptakan pendapatan bagi tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran. Secara prospektif keberadaan industri jasa konstruksi baik skala kecil, menengah, maupun skala besar mempunyai nilai strategik bagi Indonesia, mengingat proporsi perannya cukup besar dan menyangkut banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan suatu proyek dan pembangunanan. 4 Djoko Triyanto, Hubungan Kerja Di Perusahaan Jasa Konstruksi Bandung: Mandar Maju, 2004, hlm. 20. 5 http:dpr.go.iddoksilegproses1RJ1-20150320-101549-8349.pdf diakses pada tanggal 8 Februari 2016. 6 Ibid. Universitas Sumatera Utara masalah yang dihadapi yang menjadi fenomena umum yang menjadi gambaran bahwa setiap sektor usaha tidak hanya memiliki kelebihan, tetapi banyak kekurangan yang ada dalam menjalankan usahanya. Salah satu permasalahan yang terjadi pada tahap pelaksanaa konstruksi yaitu keterlambatan kedatangan material dan alat. Keterlambatan pemesanan material akan berdampak kepada perubahan waktu dan biaya dari yang sudah direncanakan. Jika material terlambat dipesan, maka selama material belum datang tenaga kerja tidak akan bekerja di lokasi padahal sudah dibayar sesuai waktu bekerjanya. Ini akan menambah biaya tenaga kerja. Selain itu, waktu juga akan bertambah karena tidak sesuai dengan waktu yang sudah diperkirakan. 7 Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Berhasilnya pembangunan tergantung partisipasi seluruh rakyat, yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. 8 Masyarakat Indonesia menganut paham kesejahteraan, disini fungsi pemerintah bukan sekedar pemberi ketertiban dan keamanan, melainkan sebagai penyelenggara kesejahteraan umum dan keadilan sosial yang mana dapat dicapai melalui usaha-usaha pembangunan. Artinya, pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam pengadaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur. 9 7 Bentuk-bentuk pembangunan infrastruktur adalah seperti pembangunan proyek-proyek sarana dan prasarana, rehabilitasi jalan, jembatan, perkantoran, perumahan dan sebagainya. http:id.scribd.comdoc178941417PERMASALAHAN-PADA-TAHAP- PELAKSANAAN-KONSTRUKSIscribd diakses pada tanggal 8 Februari 2016. 8 Djumialdji, Op. Cit., hlm. 1. 9 Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya Malang : Setara Pres, 2013, hlm. 229. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan pembangunan infrastruktur ini akan melibatkan berbagai pihak seperti pemberi pekerjaan bouwheer, pemborong annemer, perencana, pengawas serta melibatkan tenaga kerja sehingga pemerintah tidak dapat melaksanakan dengan sendirinya tanpa bantuan dari pihak yang lain. 10 Untuk itu sangat diharapkan peran serta pihak swasta baik sebagai investor maupun sebagai kontraktor. Di samping itu, dalam pelaksanaan pembangunan tersebut dihadapkan pada peralatan-peralatan yang mutakhir dan canggih. 11 Jenis usaha jasa konstruksi dapat terdiri dari usaha perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi. Baik perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi dapat berbentuk orang perseorangan ataupun badan usaha, serta memiliki sertifikasi dari ahli yang profesional di bidang masing-masing jenis usaha konstruksi tersebut. Dengan demikan banyak pihak yang menawarkan jasa untuk melakukan pekerjaan pembangunan yang sering disebut dengan jasa pemborongan atau jasa konstruksi. Jasa konstruksi dapat meliputi pekerjaan yang secara keseluruhan atau sebagian mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan guna mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik. 12 Salah satu tujuan dibuatnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi selanjutnya disebut UU Jasa Konstruksi adalah untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban. Jika dalam pembangunan suatu proyek mengalami kegagalan konstruksi bangunan maka pengguna jasa dan penyedia jasa bertanggung jawab atas kegagalan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka hubungan antara penyedia jasa konstruksi dan 10 Djumialdji, Op. Cit., hlm. 2. 11 Ibid. hlm. 3. 12 http:www.legalakses.comusaha-jasa-konstruksi diakses pada tanggal 9 Februari 2016 Universitas Sumatera Utara pengguna jasa konstruksi tidak hanya mengenai hak dan kewajiban masing-masing, melainkan juga mengenai tanggung jawab atas pekerjaan konstruksi itu sendiri. Dalam hal perjanjian kerja konstruksi dikemukakan bahwa pihak yang satu menghendaki hasil dari suatu pekerjaan yang disanggupi oleh pihak yang lainnya untuk diserahkannya dalam suatu jangka waktu yang ditentukan, dengan menerima suatu jumlah uang sebagai harga hasil pekerjaan tersebut. 13 Tetapi dalam menghadapi tantangan persaingan internasional, tampaknya regulasi-regulasi dalam UU Jasa Konstruksi membutuhkan penyempurnaan, khususnya terkait upaya penguatan daya saing jasa konstruksi agar dapat bersaing di tingkat internasional. Dalam hal ini, regulasi-regulasi yang mampu menstimulasi pertumbuhan konstruksi Indonesia yang kokoh dan berdaya saing tinggi, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas yang dibutuhkan agar mampu menjawab dan Pembangunan suatu bangunan harus sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati oleh pengguna dan penyedia jasa konstruksi. Namun dalam pelaksanaanya pembangunan gedung dapat mengalami kegagalan konstruksi dan bangunan, sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lain yang tidak terikat dalam proyek, kerugian tersebut dapat dikarenakan adanya perbuatan melawan hukum. Sebagai salah satu dari bentuk kegagalan dalam pelaksanaan suatu prestasi, kegagalan bangunan pun masuk kedalam kejadian yang patut diperhitungkan pula sebagai risiko yang harus ditanggung. UU Jasa Konstruksi yang telah berlaku diharapkan dapat menertibkan penyelenggaraan jasa konstruksi yang ada, menghindari kegagalan bangunan serta menyelesaikan semua sengketa yang terjadi khususnya dalam menentukan subyek yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan. 13 R. Subekti, Aneka Perjanjian Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1989, hlm. 65. Universitas Sumatera Utara merespon tantangan perkembangan yang terjadi. 14 Kegagalan bangunankonstruksi bisa disebabkan beberapa faktor. Untuk mendapatkan aspek-aspek penyebab kegagalan bangunan bukan perkara gampang. Sering sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi berbagai faktor. Revisi UU Jasa Konstruksi dilakukan karena peraturan tersebut dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pasar konstruksi saat ini, khususnya menjelang Masyarakat Ekonomi Asean MEA. 15 Faktor penyebabnya dapatlah dikelompokan menjadi : ulah manusia, alam atau lingkungan, kombinasi ulah manusia dan lingkunganalam. Oleh sebab itu tinjauannya akan meliputi : planning, desain arsitektur, enjiniring, ekonomi dan lingkungan seperti skema di bawah ini: Bagan 1. Penyebab Kegagalan Bangunan sumber: Eddy Hermanto dan Frida Kristiyani, Kegagalan Bangunan dari Sisi Konstruksi, Jurnal Vol. 14 No. 1, Edisi XXXIV, Februari 2006 Pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan 14 https:www.facebook.comnotesarya-prasetya-pramudyajasa-konstruksi-dan-substansi- perubahan-undang-undang-jasa-konstruksi-aryapraset467488323343862 diakses pada tanggal 10 Februari 2016. 15 Irwan Kartiwan, Hendra Soenardji dan Kamaja Al Katuuk, Op. Cit., hlm. 28. Universitas Sumatera Utara dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. 16 Salah satu asas di dalam UU Jasa Konstruksi adalah asas keamanan dan keselamatan, yaitu terpenuhinya tertib penyelengaraan jasa konstruksi, keamanan lingkungan dan keselamatan kerja, serta pemanfaatan hasil pekerjaan konstruksi dengan tetap memperhatikan kepentingan umum. Asas keamanan dan keselamatan ini merupakan salah satu asas yang paling penting, karena dengan adanya keamanan dan keselamatan kerja maka mampu mewujudkan tertib penyelenggaraan konstruksi dan menghasilkan bangunan yang berkualitas. Dengan adanya asas ini pun maka para pihak yang berpartisipasi dalam pekerjaan konstruksi diharapkan dapat menghindari risiko yang mungkin muncul. Asas keamanan dan keselamatan ini masih berlanjut pasca penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yakni dalam hal kegagalan bangunan yang kerap terjadi di dalam pelaksanaan konstruksi. Banyak sekali kejadian-kejadian dalam pelaksanaan konstruksi yang tentunya menjadi peringatan bagi kita bahwa ada tanggung jawab yang sangat besar bagi setiap pihak yang turut campur tangan dalam kegiatan usaha jasa konstruksi dan tentunya kejadian semacam itu haruslah dimintakan pertanggungjawabannya kepada pihak-pihak yang oleh karena kesalahan atau kelalaiannya mengakibatkan gagalnya suatu bangunan memenuhi tugasnya terkait aspek keamanan. Maka dari latar belakang ini, menjadi hal menarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan Dalam Pekerjaan Konstruksi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi”. 16 Pasal 2 UU Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Penghentian Proyek Pembangunan Monerel Jakarta (Analisis Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi)

0 9 0

Analisis Terhadap Tanggung Jawab Penyelenggara Jasa Transportasi Go-Jek Ditinjau Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK-PIHAK DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI TERKAIT KEGAGALAN KONSTRUKSI BANGUNAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG J.

0 1 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 6

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 1

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 17

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 21

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 5