Gugatan Masyarakat Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

c. kerlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku; d. kata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku; e. manfaat untuk masyarakat sesuai dengan perencanaan kelayakan. Pada proses penyelenggaraan konstruksi, proses pengadaanpelelangan juga merupakan salah satu bagian kunci yang tidak kalah pentingnya dengan kegiatan lainnya. 67 Hal ini dikarenakan kesuksesan pada tahapan ini merupakan kegiatan awal dari penyelenggaraan konstruksi tidak akan pernah dimulai. Selain itu lelang proyek jasa konstruksi merupakan tahapan yang sangat penting untuk kontraktor, karena hidup matinya perusahaan adalah tergantung dari sukses tidaknya pada tahap lelang. 68

D. Gugatan Masyarakat

Pergaulan hidup antar manusia tidak lepas dari adanya permasalahan hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lainya. Terlebih apabila masalah tersebut menyangkut tentang hak-hak keperdataan orang atau badan hukum yang pada dasarnya ingin hidup secara tenang dan damai tanpa adanya suatu masalah yang menimpanya. 69 Interaksi sosial sesama manusia ada kalanya menyebabkan konflik di antara mereka sehingga 1 satu pihak harus mempertahankan haknya dari pihak lainnya atau memaksa pihak lain melaksanakan kewajibannya. 70 67 Soeharto Imam, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional Jakarta : Erlangga, 1995, hlm. 492. 68 Wulfram I. Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi Yogyakarta : Andi, 2007, hlm. 49. 69 Darwan Prinst, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 1. 70 Ibid. Universitas Sumatera Utara Begitu juga dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat kemungkinan bahwa masyarakat mengalami kerugian sebagai akibat dari penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tersebut. Karena itulah, masyarakat memiliki hak mengajukan gugatan perwakilan. Yang dimaksud dengan hak mengajukan gugatan perwakilan adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau gangguan sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 71 Pembangunan proyek jasa konstruksi pada umumnya mempunyai risiko yang lebih besar terhadap gugatan masyarakat yang tinggal di sekitar proyek tersebut. Setiap pihak yang dirugikan sebagai akibat dari pembangunan, berhak mengajukan gugatan kepada pengembang. Untuk itu, pengembang perlu terus menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar proyek. 72 71 Masyarakat harus sadar dan berinisiatif mengawasi pembangunan proyek pekerjaan konstruksi karena Undang-Undang memberikan hak gugat kepada masyarat atas pembangunan konstruksi . Patut dicermati bahwa pembangunan proyek properti tidak jarang menimbulkan biaya sosial, yaitu konflik dan perselisihan antara masyarakat di lingkungan proyek dengan kontraktor pelaksanapimpinan proyek. Masyarakat merasa pembangunan proyek telah meresahkan dan mengganggu kenyamanan atau ketenangan lingkungan karena berlangsung hingga malam hari alias 24 jam terus- menerus. Bahkan menyebabkan kerusakan rumahbangunan akibat kerasnya getaran tiangfondasi proyek. Sementara pihak kontraktor bersikukuh melanjutkan pembangunan karena sudah mengantongi izin-izin dari instansi terkait. http:qotadahamran.blogspot.co.id diakses pada tanggal 18 Februari 2016. 72 http:eddyleks.blog.kontan.co.id20150213permasalahan-hukum-pada-pengembangan- properti-campuran-bagian-ii diakses pada tanggal 19 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara Pasal 5 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman selanjutnya disebut UU Perumahan dan Pemukiman serta Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengamanatkan untuk menikmati suasana lingkungan yang layak, teratur, baik, aman dan tenang merupakan hak setiap orang. Tapi di sisi yang lain, setiap orang atau badan yang berkepentingan juga diberi wewenang membangun rumah atau perumahan di lingkungan tertentu sekalipun bisa berdampak pada masalah kenyamanan atau ketenangan lingkungan sesuai syarat-syarat yang ditentukan, demikian ditegaskan Pasal 6 ayat 1 dan Pasal 7 ayat 1 UU Perumahan dan Pemukiman. Tetapi Pasal 29 dan Pasal 38 UU Jasa Konstruksi telah memberi peluang bagi masyarakat yang dirugikan atas kegiatan pekerjaan konstruksi untuk mengajukan gugatan hukum ke pengadilan. Peran masyarakat dalam jasa konstruksi telah ditegaskan dalam Pasal 29 dan 30 UU Jasa Konstruksi, antara lain : 1. Masyarakat berhak melakukan pengawasan untuk mewujudkan ketertiban pelaksanaan jasa konstribusi. 2. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 3. Menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi. 4. Turut mencegah terjadinya pekerja konstruksi yang membahayakan kepentingan umum. Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi berhak mengajukan gugatan ke pengadilan secara: a. Orang perseorangan Gugatan jenis ini sering disebut dengan legal standing, yaitu keadaan dimana seseorang atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh Universitas Sumatera Utara karena itu mempunyai hak untuk mengajukan permohonan perselisihan atau sengketa atau perkara di depan pengadilan. b. Kelompok orang dengan pemberian kuasa Gugatan jenis ini disebut juga class action, merupakan suatu cara pengajuan gugatan dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili dari sekelompok masyarakat dalam jumlah tertentu relatif cukup besar sebagai class members yang mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan sekaligus juga bertindak untuk dan atas namanya dari suatu kelompok tertentu yang memiliki kesamaan pandangan, persoalan hukum, fakta hukum dan dasar hukum. 73 c. Kelompok orang tidak dengan kuasa melalui gugatan perwakilan Sekelompok orang yang tidak diberi kuasa tetapi melalui gugatan perwakilan mengajukan gugatan karena dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian atau gangguan sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Maka dari itu, masyarakat dan pihak pelaksana pekerjaan konstruksi memiliki kewajiban untuk saling menghormati haknya. Beragam celah dapat dilakukan oleh oknum di lapangan dengan memanfaatkan keawaman dan ketidaktahuan masyarakat atas hak-haknya untuk menikmati lingkungan yang nyaman dan tenang demi terlaksananya pekerjaan pembangunan secepat dan seefisien mungkin. Untuk menghindari biaya sosial yang mungkin timbul sebagai ekses pekerjaan pembangunan, setiap pelaksana pembangunan harus melaksanakan pekerjaan sesuai izin yang diterbitkan pemerintah setempat. Diperlukan kesadaran 73 http:www.pkh.komisiyudisial.go.ididfilesMateriTUN01TUN01_Harry_Aspek.pdf diakses pada tanggal 18 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara dan inisiatif masyarakat secara kolektif untuk mencermati proses pekerjaan pembangunan dengan memberdayakan peran RTRW sehingga hak masyarakat dapat dinikmati bersama. 74 74 http:www.hukumonline.comberitabacahol20149masalah-gangguan-lingkungan- sebagai-ekses-pembangunan-proyek diakses pada tanggal 19 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Penghentian Proyek Pembangunan Monerel Jakarta (Analisis Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi)

0 9 0

Analisis Terhadap Tanggung Jawab Penyelenggara Jasa Transportasi Go-Jek Ditinjau Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK-PIHAK DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI TERKAIT KEGAGALAN KONSTRUKSI BANGUNAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG J.

0 1 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 6

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 1

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 17

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 21

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 5