Usaha Jasa Konstruksi Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

3. mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi. Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa semua yang berkaitan dengan asas-asas dan tujuan pengaturan jasa konstruksi tersebut ditujukan untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Berkaitan dengan pelaksanaan jasa konstruksi sebagai bagian dari manajemen proyekkonstruksi, maka lingkup layanan jasa konstruksi sebagaimana Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 adalah lingkup pelayanan jasa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan.

B. Usaha Jasa Konstruksi

1. Jenis, bentuk dan bidang usaha Jasa konstruksi yang diatur dalam UU Jasa Konstruksi melingkupi 3 tiga layanan jasa konstruksi, yaitu perencanaan pekerjaan konstruksi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan pengawasan pekerjaan konstruksi. Usaha jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan yang meliputi bidang pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal danatau tata lingkungan. Lingkup layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi dapat terdiri atas jasa pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, serta pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi. Lingkup layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan secara terintegrasi dapat terdiri atas jasa rancang bangun; perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan terima jadi atau penyelenggaraan pekerjaan terima jadi. 38 Dibutuhkan perencanaan yang matang dari konsultan perencana agar pembangunan berjalan sinkron dengan permintaan klien jasa konstruksi. Setelah 38 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010, hlm. 586. Universitas Sumatera Utara perencanaan dilakukan dengan baik oleh tim leader, maka kegiatan konstruksi akan diserahkan kepada kontraktor buat dilaksanakan sinkron dengan kesepakatan dan ketetapan yang berlaku. 39 Para kontraktor tersebut bekerja secara tim di dalam kantor sebab tugasnya ialah mengatur atau memanage sistem pengerjaan bangunan agar sinkron dengan perencanaan yang telah dilakukan pihak tim leader. Sementara itu, orang-orang yang melakukan praktik kerja bangunan di lapangan ialah tim pelaksana yang terdiri atas mandor proyek, buruh bangunan, tukang, dan pakar bangunan yang bekerja secara praktis dalam proses konstruksi. Mandor lapangan mendapatkan perintah buat melakukan kegiatan konstruksi dari pelaksana dan pengawas lapangan atau sering disebut sebagai konsultan pengawas lapangan. 40 Terdapat dua pihak dalam layanan jasa konstruksi yang mengadakan hubungan kerja berdasarkan hukum, yakni pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaa atau proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Dengan kata lain, usaha jasa konstruksi merupakan usaha yang mengedepankan rangkaian terpadu antara perencanaan dengan aplikasi di lapangan dalam usaha membangun suatu rancangan yang diminta oleh pihak pemberi tender. Pihak pemberi tender tersebut dapat berupa instansi pemerintah atau dapat juga perusahaan partikelir dan perusahaan perseorangan . 41 39 Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan http:adhimakayasaputra.comjasa-kontruksi diakses pada tanggal 8 Februari 2016. 40 http:www.binasyifa.com7497526berbagai-macam-usaha-di-bidang-konstruksi.htm diakses pada tanggal 15 Februari 2016. 41 Pasal 1 ayat 4 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Universitas Sumatera Utara layanan jasa konstruksi. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pihak penyedia jasa dapat berfungsi sebagai penyedia jasa utama dari penyedia jasa lainnya. 42 Pengguna jasa adalah yang memberikan pekerjaan yang bisa berbentuk orang perseorangan, badan usaha maupun instansi pemerintah. Sehingga pengertian utuhnya dari Usaha Jasa Konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan dengan suatu perencanaan atau pelaksanaan dan atau pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam pelaksanaan penggunaan atau pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai atau pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta kelestarian lingkungan hidup. 43 2. Persyaratan usaha, keahlian, dan keterampilan Bentuk usaha jasa konstruksi dapat berbentuk orang perseorangan atau badan usaha. Badan usaha dapat berupa badan hukum seperti Perseroan Terbatas dan koperasi, selain itu dapat pula bukan badan hukum, seperti CV dan Firma. Jika badan usaha itu usaha asing, badan usaha itu harus berbadan hukum yang dapat disamakan dengan Perseroan Terbatas PT. 44 Proses pendirian perusahaan jasa konstruksi pertama-tama harus mendirikan badannya terlebih dahulu. Pendiriannya bergantung pada bentuk badan hukum yang hendak dipilih. 45 42 Pasal 1 ayat 4 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Selanjutnya, apabila badan usaha tersebut ingin bergerak di bidang jasa konstruksi, maka badan usaha tersebut wajib menjalani proses sertifikasi sesuai klasifikasi dan kualifikasi usahanya, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU Jasa Konstruksi. Ketentuan ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah 43 http:triantomedia.blogspot.com201101apa-itu-usaha-jasa-konstruksi.html diakses pada tanggal 15 Februari 2016. 44 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 591. 45 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4c0cc02c41ee2pendirian-perusahaan-jasa- konstruksi diakses pada tanggal 15 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Sertifikasi ini dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi selanjutnya disebut LPJK atau oleh asosiasi yang telah mendapat akreditasi dari LPJK Nasional Pasal 6 Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Dalam proses sertifikasi ini dilakukan klasifikasi dan kualifikasi keahlian badan usaha tersebut, yang kemudian dituangkan dalam Sertifikat Badan Usaha SBU. Setelah mendapatkan SBU, perusahaan selanjutnya wajib melakukan proses registrasi kepada LPJK. Hal ini diatur dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Jo. Pasal 3 Peraturan LPJK Nomor 11 Tahun 2006. Selain sertifikasi dan registrasi di atas, perusahaan juga perlu mendapatkan Izin Usaha Jasa Konstruksi selanjutnya disebut IUJK. IUJK ini diterbitkan oleh Pemerintah KabupatenKota tempat badan usaha tersebut berdomisili. Syarat-syarat untuk mendapatkan IUJK ini adalah: a. Mengajukan permohonan kepada BupatiWalikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan mengisi formulir yang telah disediakan. b. Surat permohonan tersebut dilampirkan dengan fotokopi SBU yang telah diregistrasi oleh LPJK dan fotokopi tanda bukti pembayaran uang administrasi IUJK. Selain itu ada dokumen-dokumen perusahaan yang perlu dilampirkan juga, yang ditentukan oleh masing-masing daerah. 46 3. Tanggung jawab profesional 46 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4c0cc02c41ee2pendirian-perusahaan-jasa- konstruksi diakses pada tanggal 15 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung, memikul tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab dalam pengertian kamus diterjemahkan dengan kata “responsibility”, yang berarti: “having the caracter of a free moral agent; capable of determining one’s own acts: capable of deterred by consideration pf sanction or consequences.” 47 a. harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan; Defenisi ini memberikan pengertian yang dititikberatkan pada: b. harus ada kesanggupan untuk memikul risiko dari suatu perbuatan. Bila pengertian ini dianalisis lebih luas, maka akan didapati bahwa dalam kata having the caracter itu dituntut sebagai suatu keharusan, akan adanya suatu pertanggungan moralkarakter. 48 Pasal 11 UU Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan orang perseorangan sebagaiana dimaksud dalam Pasal 9 harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. Tanggung jawab di dalam jasa konstruksi harus dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum. Apabila pengertian tanggung jawab ini dikaitkan dengan ranah profesional, maka dalam hal ini tanggung jawab profesional merupakan tindakan secara profesional, mematuhi hukum, menghindari konflik kepentingan, dan menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan sendiri. 47 Burhanudi Salim, Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, hlm. 28. 48 Ibid. Universitas Sumatera Utara Untuk melaksanakan tanggung jawab pihak-pihak konstruksi sebagai profesional, setiap pihak harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 49 Sebagai profesional, setiap pihak mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, pihak-pihak mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Setiap pihak juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama pihak untuk mengembangkan profesinya, memelihara kepentingan umum dan menjalankan tanggung jawab profesinya dengan baik. 50 Profesional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada kepada nilai moral yang mengarahkan serta mendasari perbuatan. 51 Dapat disimpulkan profesional yaitu orang yang menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya. Dalam menjalakan tugas profesi, seorang profesional harus dapat bertindak objektif, yang artinya bebas dan rasa sentimen, benci, malu maupun rasa malas dan enggan bertindak serta mengambil keputusan. 52 Berikut 3 hal pokok yang ada pada seorang profesional : 53 a. skill, yang artinya orang tersebut harus benar-benar ahli di bidangnya. b. knowledge, yang artinya orang tersebut harus dapat menguasai, minimalnya berwawasan mengenai ilmu lain yang berkaitan dengan bidangnya. c. attitude, yang artinya bukan hanya pintar, akan tapi harus memiliki etika yang diterapkan di dalam bidangnya. 49 https:josahulata.wordpress.comcollectpost diakses pada tanggal 16 Februari 2016. 50 Ibid. 51 http:www.pengertianku.net201505pengertian-profesional-dann-ciri-cirinya- lengkap.html diakses pada tanggal 17 Februari 2016. 52 Ibid. 53 Ibid. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 11 ayat 2 UU Jasa Konstruksi, tanggung jawab di dalam jasa konstruksi harus dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai dengan kaedah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum. Mekanisme pertanggungan dimaksud dapat dilakukan melalui antara lain sistem asuransi. Di samping itu untuk memenuhi pertanggungjawaban kepada pengguna jasa, dikenakan sanksi administratif yang menyangkut profesi. 54 Pihak perusahaan asuransi tidak begitu saja bersedia membayar klaim asuransi tanpa menyelidiki terlebih dulu apakah peristiwa yang terjadi memang termasuk risiko yang diasuransikan, berapa nilai kerusakan, apa kriteria yang dipakai untuk menetapkan bahwa bangunan tersebut sudah tidak layak huni total lost sehingga harus dibangun baru, misalnya. Serangkaian pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban yang tepat dan benar dari suatu lembaga yang kompeten dan independen. Dengan kata lain permasalahan asuransi pun membutuhkan jasa Forensic Engineering. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Konstruksi Pasal 46, 47 dan 48 mengatur mengenai ganti rugi dalam hal terjadi kegagalan bangunan yang secara singkat berbunyi: pelaksanaan ganti rugi melalui pihak ketigaasuransi Pasal 46 ayat 1, besarnya kerugian ditetapkan oleh penilai ahli yang bersifat final dan mengikat Pasal 47, biaya penilai ahli menjadi beban pihak yang bersalah Pasal 48 ayat 1 dan selama penilai ahli bertugas biaya pendahuluan ditanggung pengguna jasa Pasal 48 ayat 2. 55 4. Pengembangan usaha 54 Lihat penjelasan Pasal 11 ayat 3 UU Jasa Konstruksi. 55 https:aariansyah.files.wordpress.com201002nazarkhan-yasin-aspek-hukum-dalam- penanganan-masalah-kerus.pdf diakses pada tanggal 12 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara Pesatnya dinamika pembangunan nasional terutama dibidang fisik, harus pula didukung dengan semakin tumbuh dan berkembangnya usaha jasa konstruksi nasional yang ada dan profesional. Pengembangan usaha jasa konstruksi nasional yang semakin mantap dan profesional, diharapkan dapat menggairahkan iklim usaha yang kompetitif dan berdaya saing sekaligus juga dapat memaksimalkan penggunaan jasa produksi nasional oleh para pengguna jasa konstruksi. 56 Dengan semakin banyaknya pengguna jasa konstruksi menggunakan usaha jasa konstruksi nasional, maka secara tidak langsung telah mendukung upaya peningkatan penerimaan dan penghematan penggunaan devisa negara, serta memberikan perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja. 57 Industri konstruksi memegang peranan yang penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara, terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Karena sektor konstruksi merupakan sektor yang paling dinamis, selain merupakan industri yang padat karya, industri jasa konstruksi melibatkan berbagai kegiatan usaha baik dalam industrinya sendiri maupun industri lainnya, yaitu industri bahan bangunan, industri peralatan bangunan, industri peralatan konstruksi, lembaga- lembaga keuangan, perbankan dan asuransi. 58 Banyaknya industri yang terlibat dalam kegiatan Industri Konstruksi telah menjadikan sektor konstruksi sebagai penggerak perekonomian karena sektor Konstruksi dapat menimbulkan dampak pengganda atau multiplier effect yang sangat berguna dalam pertumbuhan ekonomi nasional. 59 56 H. Mohammad Amari dan Asep Mulyana, Kontrak Kerja Konstruksi Dalam Perspektif Tindak Pidana Semarang : Aneka Ilmu, 2010, hlm. 15. 57 Ibid. 58 A. Sutjipto, Peran Industri Konstruksi dalam Pemulihan Ekonomi Jakarta, Tesis Universitas Indonesia, hlm. 1. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 12 ayat 1 UU Jasa Konstruksi, Usaha Jasa Konstruksi dikembangkan untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis antara usaha yang besar, menengah, dan kecil serta antara usaha yang bersifat umum, spesialis, dan keterampilan tertentu. Pangsa pasar bisnis usaha konstruksi dapat dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan kegunaan konstruksi tersebut dan kepemilikannya, yaitu : 60 a. Proyek konstruksi digunakan untuk kepentingan umum public project, sistem pengadaan kontraktor dilakukan berdasarkan peraturanperundangan yang berlaku, seperti kebijakan pemerintah setempat autonomy regulation, kebijakan negara donor loanhibah, dan program - program yang dikembangkan oleh organisasi non pemerintah NGO. b. Pengadaan proyek konstruksi untuk kepentingan pribadi private project. Sebagai pemilik proyek owner mempunyai otoritas penuh untuk menentukan kriteria yang digunakan untuk pengadaan kontraktor, antara lain : Pemilik proyek owner bebas menentukan kontraktor dengan cara apapun, bebas melakukan negosiasi dengan salah satu kontraktor dan dapat membatasi kontraktor yang di undang ditawarkan suatu pekerjaan, pengumuman dapat dilakukan secara terbuka transparan untuk mendapatkan penawaran kontraktor yang kompetitif. Berdasarkan Pasal 13 UU Jasa Konstruksi, dikatakan untuk mengembangkan usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan dari mitra usaha melalui : a. Perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, serta kemudahan persyaratan dalam pendanaan. 60 Andi Asnuddin, Konsep Pengembangan Kontraktor Skala Kecil, Jurnal Smartek, Volume 3.Nomor 4 Manado: Universitas Tadulako, 2005, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara b. Pengembangan jenis usaha pertanggungan untuk mengatasi risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan bangunan.

C. Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Penghentian Proyek Pembangunan Monerel Jakarta (Analisis Pasal 25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi)

0 9 0

Analisis Terhadap Tanggung Jawab Penyelenggara Jasa Transportasi Go-Jek Ditinjau Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIHAK-PIHAK DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI TERKAIT KEGAGALAN KONSTRUKSI BANGUNAN YANG MENYEBABKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG J.

0 1 1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 6

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 1

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 17

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 21

Tanggung Jawab Terhadap Kegagalan Bangunan dalam Pekerjaan Konstruks Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

0 0 5