C. Proses Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank SUMUT Melalui Mediasi
Perbankan
Proses mediasi perbankan merupakan kelanjutan dari ada nya pengaduan nasabah dan harus ada nya sengketa, apabila tidak ada sengketa maka tidak akan
ada mediasi. Dalam kredit macet yang menjadi sengketa adalah kredit macet itu sendiri, dimana ada nya tunggakan atau wanprestasi yang dilakukan oleh para
pihak. Biasanya ini lebih terjadi oleh nasabah yang tidak sanggup membayar angsuran pokok maupun bunga. Dan dengan cara penagihan dari pihak Bank
kepada debitur yang terkadang dirasakan oleh debitur sedikit kasar atau mempermalukan pihak debitur sehingga menimbulkan kemarahan dalam diri
debitur tersebut juga menjadi sengketa yang terjadi antara pihak Bank dan debitur dalam penagihan kredit yang sudah diangggap macet oleh pihak Bank.
Apabila kredit tersebut sudah mulai mengalami tunggakan, maka pihak bank akan melakukan kunjungan dan mendatangi debitur secara lebih rutin untuk
melakukan penagihan, namun dalam penagihan tersebut tidak selamanya selalu berjalan dengan baik, nasabah yang sudah tidak sanggup membayar biasanya
lebih memilih menghindar daripada bertemu langsung.
81
Penagihan yang dilakukan pihak bank pun terkadang dirasakan nasabah sebagai gangguan yang menganggu kehidupannya sehari-hari, nasabah merasa
malu karena sering dikunjungi oleh pihak bank, nasabah merasa sudah terganggu dengan penagihan pihak bank. Perilaku pihak nasabah pun berbeda-beda ada
nasabah yang lebih memilih untuk menghindar dari pihak bank, dan bahkan ada yang bersikap marah pada saat dilakukan penagihan, dan hal ini yang terkadang
81
Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusar Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015.
membuat pihak bank menjadi sedikit lebih keras dan akhirnya dapat menimbulkan permasalahan baru bagi kedua belah pihak, karena pihak nasabah merasa pihak
bank kasar dalam menyelesaikan permasalahan.
82
Namun untuk tidak diinginkannya kelanjutan masalah yang lebih panjang sampai dengan kepengadilan karena itu akan menambah biaya yang lebih besar
bagi kedua belah pihak dan proses yang lebih panjang, maka pihak bank akan berusaha untuk menyelesaikannya dengan alternatif yang lebih efisien, cepat, dan
tidak memerlukan biaya, alternatif yang sering dilakukan oleh pihak Bank adalah mediasi. Pada dasarnya mediasi yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.
85PBI2006 yang sekarang telah dirubah menjadi No. 101PBI2008 dengan mediasi dalam peraturan lainnya memiliki beberapa persamaan dalam unsur-
unsurnya maupun dalam pelaksanaannya, dan juga memiliki perbedaan yang tidak begitu menonjol, yang sedikit membedakan hanya mediasi perbankan hanya
dilakukan dalam ruang lingkup perbankan saja. Mediasi perbankan atau pun mediasi dianggap sebagai suatu alternatif
yang akan menguntungkan dan dapat menyelesaikan sengketa diantara kedua pihak. Isi dari pelaksanaan mediasi yang pernah dilakukan oleh Bank Sumut
sesuai dengan hasil wawancara yaitu adanya pengaduan bahwa nasabah tidak sanggup lagi membayar sesuai dengan yang telah disepakati didalam perjanjian
kredit, baik itu jangka waktunya, maupun bunga dan angsuran dikarenakan keadaan tertentu. Dan nasabah ingin meminta keringanan kepada pihak Bank,
sesuai dengan kemampuan debitur yang sekarang agar dapat menyelesaikan hutangnya. Dan dari pihak Bank juga tidak merasa keberatan akan hal tersebut,
82
Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015.
selama itu dapat membantu pihak debitur menyelesaikan hutangnya dan menjadi suatu keuntungan bagi pihak Bank apabila debiturnya dapat membayar hutangnya.
Pengaduan nasabah yang lain juga didasari atas ketidakterimaan nasabah kepada Bank pada saat Bank melakukan penagihan, kebanyakan pihak debitur merasa
bahwa dirinya sudah tidak mampu lagi membayar namun tetap ditagih sedemikian oleh pihak Bank sehingga terkadang membuat pihak debitur merasa bahwa pihak
Bank sangat sedikit keras.
83
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi perbankan dalam penyelesaian kredit macet pada
Bank Sumut belum begitu terkenal. Pihak Bank lebih berusaha untuk menyelesaikan sengketa nya terlebih dahulu dengan nasabah tanpa ingin
membawa lebih jauh ke mediasi perbankan. Penyelesaian mediasi perbankan juga hanya diwakilkan oleh Bank Indonesia Cabang Medan yang hanya berperan
sebagai fasilitor saja, dimana Bank Indonesia Cabang Medan hanya melakukan tindakan yang sifatnya konfirmasi kepada bank yang bersangkutan, apabila ada
nasabah suatu bank yang mengadukan masalahnya, kemudian Bank Indonesia Cabang Medan akan mengkonfirmasikkan kembali kepada bank yang
bersangkutan, dan pelaksanaan nya pun masih hanya dilakukan oleh pihak Bank Sumut.
Setelah mediasi dilakukan, terdiri dari nasabah, mediator dan pihak bank, akan timbul lah kesepakatan baru yang telah disepakati kedua belah pihak, dimana
keputusan yang diambil tentunya akan sama-sama meringankan kedua belah pihak, dan diharapkan untuk tidak terjadi lagi sengketa antara bank dan nasabah di
83
Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015.
kemudian hari. Setelah kesepakatan itu berhasil maka akan dituangkan ke dalam perjanjian sebelumnya sebagai klausula-klausula tambahan, dan diminta agar
kedua bela pihak mematuhi nya. Dan perjanjian tambahan tersebut akan kembali disetujui lagi oleh Pimpinan Cabang.
84
Perjanjian atau kesepakatan yang baru akan disetujui oeh kedua belah pihak, keputusan tersebut berasal dari itikad baik kedua bela pihak untuk
menyelesaikan sengketanya dan tetap menjalin hubungan baik antara pihak nasabah dengan bank. Pada dasarnya pihak bank maupun nasabah ingin tetap
menjalin hubungan yang baik untuk kedepannya, maka dari itu medaisi perbankan atau mediasi merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu tanpa harus
diperpanjang atau diselesaikan lewat pengadilan. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan
kredit macet bukan hanya persoalan bagi nasabah atau bank, tapi permasalahan bagi kedua bela pihak, pihak bank hanya ingin nasabahnya dapat membayar
hutangnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, karena kredit macet juga akan mengancam kondisi keuangan bank nya. Begitu juga
dengan pihak nasabah, pihak nasabah juga ingin menyelesaikan hutangnya, terjadinya kredit macet bukan semata-mata adalah kemauan dari nasabah, namun
banyak faktor yang mendukungnya, pihak nasabah juga merasa terancam dengan akan disita atau akan dilelangnya barang-barang debitur yang telah menjadi
jaminan dalam kredit tersebut. Karena seseuai dengan salah satu isi dari perjanjian kredit yang ada di
Bank Sumut, bahwa pihak debitur telah memberikan kuasanya kepada bank atas
84
Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015.
jaminan tersebut, sehinnga menjadi hak bagi pihak bank untuk untuk menjual, memindahkan, dan menyerahkan barang-barang tersebut yang menjadi jaminan
kepada siapa saja yang menurut syarat-syarat dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank sendiri dan melaksanakan penjualan, pemindahan dan penyerahan itu
menurut peraturan-peraturan Pemerintah serta menerima uang penjualan tersebut. Maka dari itu mediasi perbankan diharapkan dapat membantu persoalan
yang dihadapi oleh nasabah dan bank. Bagi Bank Sumut hubungannnya dengan nasabah adalah salah satu hal yang sangat penting dan harus mereka prioritaskan,
dengan adanya medaisi perbankan dalam menyelesaikan kredit macet ini, secara tidak langsung bank membantu pihak nasabah untuk dapat menyelesaikan
hutangnya. Karena baik pihak bank dan nasabah sesungguhnya menginginkan agar hutang tersebut selesai dan tidak ada sengketa diantara kedua bela pihak.
85
D. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Penyelesaian Kredit Macet Dalam