a. Nasabah atau perwakilan nasabah dapat mengajukan upaya penyelesaian
sengketa melalui mediasi ke BI apabila nasabah merasa tidak puas atas penyelesaian pengaduan nasabah;
b. Sengketa yang dapat diajukan penyelesaiannya adalah sengketa keperdataan
yang timbul dari transaksi keuangan yang memiliki tuntutan finansial paling banyak Rp. 500.000.000,00 Lima ratus juta rupiah. Nasabah tidak dapat
mengajukan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh tuntutan immaterial; c.
Pengajuan penyelesaian sengketa tidak melebihi 60 enam puluh hari kerja saat tanggal surat hasil penyelesaian pengaduan yang disampaikan bank
kepada nasabah; d.
Pelaksanaan proses mediasi sejak ditandatanganinya perjanjian mediasi sampai dengan penandatanganan Akta Kesepakatan oleh para pihak
dilaksanakan dalam waktu 30 hari kerja dan dapat diperpanjang sampai dengan 30 hari berikutnya berdasarkan kesepakatan nasabah dan bank;
e. Akta kesepakatan dapat memuat menyeluruh, kesepakatan sebagian, atau tidak
tercapainya kesepakatan atau kasus yang disengketakan.
23
B. Unsur-unsur Mediasi Perbankan
Mediasi perbankan memiliki beberapa unsur yang terdapat di dalamnya, mediasi perbankan bersifat sebagai suatu alternatif dalam menyelesaikan
sengketa, yang merupakan keinginan para pihak yang bersengketa sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun, kesediaan para pihak untuk menyelesaikan
sengketa, adanya itikad baik dan adanya pihak ketiga.
23
Mediasi perbankan sebagai wujud perlindungan terhadap nasabah bank dalam http:ditjenpp.kemenkumham.go.idhukum-bisnis86-mediasi-perbankan-sebagai-wujud-
perlindungan-terhadap-nasabah-bank.html diakses pada tanggal 27 November 2014
Dikatakan sebagai mediasi perbankan adalah, dengan adanya unsur sengketa dan pengaduan dari nasabah. Dalam kredit macet, terjadinya peristiwa
kredit macet ini lah yang menjadi suatu sengketa antara nasabah dengan bank. Pengaduan yang diajukan oleh pihak nasabah kepada bank adalah seperti nasabah
yang tidak sanggup lagi melakukan pembayaran hutangnya beserta bunga, sehingga pihak nasabah mengadukan hal ini dan meminta diadakannya mediasi
agar pihak nasabah bisa mendapatkan keringanan. Dalam proses penagihan terkadang juga pihak nasabah mengadukan cara penagihan tersebut, seperti pihak
nasabah yang merasa malu dengan seringnya dilakukan kunjungan oleh pihak bank.
Mediasi perbankan merupakan suatu alternatif penyelesaian sengketa diluar pengadilan bagi kalangan perbankan saja. Sengketa yang terjadi haruslah
dalam ruang lingkup perbankan, yaitu antara nasabah dan bank. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat dan sebagai lembaga yang memberi pelayanan
kepada masyarakat, salah satu nya adalah pemberian kredit kepada masyarakat, pasti tidak terlepas dari segala risiko, baik risiko yang ditimbulkan dari bank
maupun risiko yang ditimbulkan dari pihak nasabah. Menurut Soebagjo, didalamnya terdapat 3 tiga unsur dalam mediasi :
1 Adanya pihak dua pihak atau lebih. Dengan demikian jika dalam
suatu proses mediasi hanya dijumpai adanya satu pihak yang bersengketa, maka hal itu menjadikan tidak terpenuhinya unsur-unsur
pihak-pihak yang bersengketa. Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia No. 85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan tanggal 30
Januari 2006 merumuskan “sengketa” adalah permasalahan yang diajukan oleh nasabah atau perwakilan nasabah kepada penyelenggara
mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan nasabah oleh bank, sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 77PBI2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Dari perumusan di atas, ada kesan seolah-olah yang mempunyai
sengketa hanyalah nasabah saja, sedangkan bank tidak mempunyai
sengketa. Anggapan lain adalah bahwa yang tunduk untuk haarus menyelesaikan sengketa melalui jalur mediasi hanyalah nasabah,
sedangkan bank dapat dan bebas menggunakan jalur penyelesaian sengketa lain. Kalaupun bank kemudian mengajukan sengketa tersebut
kepada penyelenggara mediasi perbankan, hal itu tidak akan dapat
dilayani karena tidak termasuk dalam cakupan “sengketa” seperti yang dimaksud PBI No. 85PBI2006.
2 Unsur yang kedua adalah adanya unsur “sengketa” diantara para pihak.
Dimana, dalam PBI No.85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan pada Pasal 1 angka 4 disebutkan bahwa sengketa adalah permasalahan yang
diajukan oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada penyelenggara mediasi perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan
nasabah oleh bank sebagaimana diatur dalam Perturan Bank Indonesia tentang penyelesaian Pengaduan Nasabah.
3 Unsur yang ketiga adalah unsur Mediator yang membantu
menyelesaikan sengketa di antara para pihak. Dimana mediator adalah : a.
Seorang fasiliator yang akan membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan yang dikehendaki oleh para pihak.
Mediator tidak akan membuat keputusan tentang mana yang salah atau benar, mengintruksikan para pihak tentang apa
yang harus dilakikam atau memaksakann para pihak untuk melaksanakan kesepakatan. Segala bentuk komentar,
pendapat, saran, pernyataan, atau rekomendasi yang dibuat oleh mediator, bila ada, tidak dapat mengikat para pihak.
b. Mediator tidak memberikan nasehat atau pendapat hukum.
c. Mediator tidak dapat bertindak sebagai penasehat hukum
terhadap salah satu pihak dalam kasus yang sama ataupun yang berhubungan dan ia juga tidak dapat bertindak sebagai
arbiter atas kasus yang sama.
d. Para pihak paham bahwa agar proses mediasi dapat berjalan
dengan baik, maka diperlukan proses komunikasi yang terbuka dan jujur. Selanjutnya, segala bentuk komunikasi,
negoisasi dan pernyataan baik tertulis maupun lisan yang dibuat dalam proses mediasi akan diperlakukan sebagai
informasi yang bersifat tertutup dan rahasia. Oleh sebab itu Mediator tidak akan membicarakan atau menyampaikan hal-
hal yang telah didiskusikan dalam proses mediasi ke pohak lain tanpa izin para pihak.
e. Apabila memdiator menganggap bahwa permasalahan tidak
dapat diselesaikan melalui proses mediasi, maka proses mediasi berakhir setelah mediator menyampaikan hal
tersebut kepada para pihak.
Jadi, pada umumnya syarat-syarat menjadi seorang mediator adalah :
a. Mempunyai kemampuan dan keahlian sehubungan
dengan bidang maslaah yang disengketakan, yaitu tentang sengketa keperdataan di bidang perbankan,
keuangan dan atau hukum. Sedangkan mengenai syarat- syarat pengangkatan mediator dapat dipergunakan
syarat-syarat pengangkatan arbiter sebagaimana terdaoat dalam Pasal 12 Undang-undang No.30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
b. Tidak mempunyai benturan kepentingan finansial atau
kepentingan lain atas penyelesaian sengketa c.
Tidak mempunyai hubungan sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan nasabah atau
perwakilan nasabah dan bank.
24
Dari penjelasan diatas mengenai unsur-unsur mediasi, dapat disimpulkan bahwa unsur adalah sebagai berikut :
25
1. Adanya pihak dua atau lebih yang bersengketa, jika dalam proses
mediasi hanya dijumpai satu pihak yang bersengketa, maka hal itu menjadikan tidak terpenuhinya unsur-unsur yang bersengketa.
2. Adanya unsur sengketa di antara para pihak.
3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian 4.
Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan berlangsung
5. Mediasi bertujuan untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang
dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa. Unsur tambahan lain yang terdapat dalam mediasi perbankan antara lain:
1. Sengketa yang dapat diajukan dalam mediasi perbankan adalah sengketa
keperdataan yang timbul dari transaksi keuangan.
24
Felix Oentong Soebagjo, Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Bidang Perbankan, Bahan diskusi Teratas “Pelaksanaan Mediasi Perbankan Oleh Bank Indonesia dan
Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan, dalam http:www.bapmi.org
. Diakses tanggal 27 November 2014
25
HP Panggabean, Praktik Peradilan Menangani Kasus Aset Yayasan termasuk asset lembaga keagamaan dan Upaya Penanganan Sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Jakarta, Pustaka SInar Harapan, 2002, Hal. 103
2. Sengketa yang dapat diajukan adalah sengketa yang timbul dari hasil
penyelesaian pengaduan Nasabah yang telah dilakukan oleh Bank. 3.
Nasabah tidak dapat mengajukan tuntutan finansial yang diakibatkan oleh kerugian immaterial. Yang dimaksud dengan kerugian immaterial adalah
kerugian karena pencemaran nama naik dan perbuatan yang tidak menyenangkan.
C. Manfaat dan Tujuan Mediasi Perbankan