Wanprestasi Di Dalam Perjanjian Kredit

2. Berhak menggunakan uang atau dana tersebut sesuai dengan keperluannya. b. Kewajiban debitur: 1. Debitur wajib mengembalikan pinjaman baik itu berupa angsuran pokok maupun bunga, sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalamperjanjian kredit. 2. Debitur wajib mebayar bunga dan denda apabila debitur melakukan keterlambatan dalam pembayaran kredit 3. Debitur wajib menyerahkan surat bukti kepemilikan barang agunan kepada bank. Hak dan kewajiban yang telah tertulis dalam perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak tersebut harus dipenuhi, hak dan kewajiban setiap para pihak merupakan klausula-klausula yang diterapkan dalam perjanjian yang harus dipenuhi oleh kedua bela pihak, dan itu akan menjadi hukum bagi mereka yang menyepakatinya.

E. Wanprestasi Di Dalam Perjanjian Kredit

Sebelum membahas tentang wanprestasi, terlebih dahulu akan membahas tentang prestasi. Prestasi adalah segala sesuatu yang menjadi hak kreditur dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur. Menurut pasal 1234 KUHPerdata yang menjadi unsur prestasi yaitu : a. Memberi sesuatu b. Berbuat sesuatu c. Tidak berbuat sesuatu Dalam pelaksanaan perjanjian kredit sangat lah mungkin dapat terjadi wanprestasi, yang berarti debitur tidak memenuhi kewajibannya yang telah ditetapkan bersama dalam perjanjian. Wanprestasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan debitur tidak melakukan prestasi atau tidak melaksanakan kewajibannya dan dia dapat dipersalahkan. 61 Faktor yang mendorong debitur tidak memenuhi kewajibannya antara lain: a. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian debitur. Kesengajaan maksudnya disini adalah perbuaan yang menyebabkan terjadinya wanprestasi tersebut memang telah diketahui atau dikehendaki oleh debitur. Kelalaian adalah debitur melakukan perbuatan suatu kesalahan tetapi perbuatan itu tidak dimaksudkan untuk terjadinya kelalaian. b. Karena keadaan memaksa force majour, diluar kemampuan debitur. Keadaan memaksa yaitu salah satu alasan pembenar untuk membebaskan seorang dari kewajiban untuk mengganti kerugian Pasal 1244 dan Pasal 1445 KUHPerdata. Menurut Undang-Undang ada tiga hal yang harus dipenuhi untuk adanya keadaan memaksa, yaitu : a. Tidak memenuhi prestasi b. Ada sebab yang terletak diluar kesehatan debitur c. Faktor penyebab itu tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur. Pasal 1244 KUHPerdata berbunyi : “jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi, dan bunga apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan suatu hal 61 Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015. yang tidak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itupun jika it ikad buruk tidaklah pada pihaknya.” Bentuk dan wujud wanprestasi yang sering dilakukan debitur dalam perjanjian kredit antara lain : a. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian atau terlambat melakukan pembayaran angsuran b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan c. Debitur melakukan sesuatu diluar dari perjanjian, seperti debitur tidak menggunakan kredit tersebut sesuai dengan kebutuhan yang diajukan pertama dalam pengambilan kredit, karena hal tersebut akan membuat kredit menjadi macet d. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi, dalam hal ini debitur sama sekali tidak melakukan kewajibannya yaitu mengembalikan pinjamannya kepada bank. 62 Setelah pihak nasabah mengajukan keinginannya untuk diadakan mediasi mengenai permasalahannya dalam melunasi hutangnya, maka dibuat perjanjian baru sesuai dengan hasil mediasi tersebut, namun apabila pihak debitur tetap tidak melakukan janjinya makan disinilah terjadi wanprestasi. Terjadinya wanprestasi dalam suatu perjanjian, pastilah menimbulkan suatu akibat kepada debitur yang melakukan wanprestasi. Akibat bagi debitur yang lalai atau melakukan wanprestasi akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan pihak bank kepada debitur, sekali saja pihak debitur wanprestasi maka akan sulit bagi pihak bank untuk percaya kepada debitur. 63 62 Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015. 63 Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015. Ketidakpercayaan pihak bank kepada debitur akibat terjadinya wanprestasi akan menimbulkan hak bagi kreditur untuk lebih meningkatkan intensitasnya dalam mengunjungi debitur untuk mengetahui kondisi keuangan dari debitur tersebut dan pihak bank akan lebih menaikkan frekuensi penagihannya. Selain itu pihak bank juga akan terus memberikan surat peringatan kepada debitur untuk segera melakukan pembayaran hutangnya, surat peringatan akan terus diberikan oleh pihak bank sebanyak 3 kali. 64 Apabila debitur juga tidak menanggapi surat peringatan tersebut atau tidak beritikad baik untuk membayar hutangnya, maka yang menjadi jalan terakhir yang dilakukan oleh pihak bank adalah pelelangan, namun pihak nasabah dan pihak bank sebenarnya tidak mengharapkan adanya pelelangan ini, kedua belah pihak tetap menginginkan menjalin hubungan yang baik. Cara mediasi perbankan ini merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh pihak nasabah untuk dapat menyelesaikan persoalannya melakukan pelunasan kredit tanpa harus adanya melakukan tindakan pelelangan. 65 64 Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015. 65 Wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak, Divisi Penyelamatan Kredit DPK, Kantor Pusat Bank Sumut, pada tanggal 18 Maret 2015.

BAB IV PENERAPAN MEDIASI PERBANKAN DALAM PENYELESAIAN