Latar Belakang Berdirinya Sanggar Bima

commit to user 59 hidup dan tetap pula patuh serta menghormati nilai-nilai yang terbawa dalam kehidupan. Sikap terbuka itulah yang ia yakini akan selalu menciptakan arus pembaruan di dunia wayang kulit. Kreativitas dan inovasi yang telah diciptakan oleh Ki Manteb Soedharsono telah menunjukkan pengaruh besar terhadap arah perkembangan seni pertunjukan wayang kulit. Kreasi-kreasinya banyak dianut dan menjadi pusat inspirasi bagi dalang-dalang yang lebih muda. Kekayaan ilmu, pengalaman berpentas, dan pengembaraan kreatifnya bak mata air tak surut untuk dibagi Komar abas dan seno subro,1995:1-340.

B. Latar Belakang Berdirinya Sanggar Bima

Sebagai seorang dalang, Ki Manteb tidak ingin ilmu yang dimiliki, kecakapan yang dikuasai, dan penemuan yang ia peroleh hanya dinikmati dirinya sendiri. Namun, semua yang dimiliki akan ia persembahkan kepada bangsa dan negara Indonesia. Tidak ada hal-hal yang disembunyikan oleh Ki Manteb karena Ia percaya ilmu sing digembol ora mbedhosol, yen diguwa ng ora kemrosa k. Ki Manteb tidak menginginkian ilmu yang dimiliki hanya digembol saja, lebih bermanfaat jika disebarluaskan agar orang lain dapat memetik manfaat dari ilmu tersebut. Sanggar Bima berdiri pada tahun 1987 yang merupakan bentuk kepedulian Ki Manteb Sudarsono terhadap kelestarian kesenian pada umumnya. Ki Mantep juga ingin mewariskan ilmu pedalangannya kepada siapapun yang ingin belajar mendalang. Pendirian Sanggar Bima terinspirasi dari proses pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan di Graha Purna Yudha Granada pada tahun 1987. Pertunjukan yang digelar setiap bulan dalam satu tahun ini menyuguhkan lakon Ba njaran Bima yang menceritakan perjalanan hidup Sang Bima dari lahir hingga ajalnya dengan segala perangai sikap dan karakter yang dimilikinya. Bima sebagai salah satu panegak penengah pendawa adalah sosok yang gagah perkasa, berkarakter kasar, tetapi tahu budi pekerti dan tatakrama. Bima atau werkudara adalah tokoh yang ditakuti dengan perawakanya yang besar dengan kuku pancanakanya memiliki sifat keras, tidak pernah menghormati tokoh yang lebih commit to user 60 tua, namun memiliki kejujuran, kesetiaan, keberanian dan kemampuan prajurit sehingga membuatnya menjadi tokoh wayang yang paling dikagumiBenedict Anderson,1965:24. Kehidupan spiritual selalu identik dengan olah-batin. Tidak terkecuali dalam masyarakat Jawa, olah-batin menjadi sarana untuk mendapatkan kesempurnaan hidup yang mana dicari suasana sejiwa dan sesuai dengan prinsip- prinsip hidup sehingga batin menjadi siap ditanami dengan berbagai ilmu-ilmu kerohanian. Di dalam pewayangan, tokoh Bima menjadi sampel utama dalang ketika hendak menjabarkan dan mengajarkan tentang “ngudi ngelmu” ka sa mpurnan sebab Bima Werkudara merupakan sosok Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu. Satria Pinandita Sinisihan Wahyu adalah tipe pemimpin yang berjiwa religius kuat. Pemimpin ini yang ditunggu-tunggu untuk membawa kemakmuran dan kesejatian bangsa. Ia mampu beradaptasi dan siap siaga dalam segala situasi dan kondisi sehingga dikatakan bahwa sifat-sifat Bima Werkudara adalah yen ka ku kena kanggo teken, yen lemes kena ka nggo dadhung . Mulai berdiri tahun 1987 dan telah dipromosikan oleh Ki Manteb dalam setiap pentasnya, tetapi sanggar Bima diresmikan oleh pemerintah daerah tingkat satu Jawa Tengah pada bulan Februari 1991 oleh gubernur dan camat Karangpandan. Di dalam perjalanannya tidak ada kendala yang berarti, Nyi SriSuwarni almarhumah, istri Ki Manteb telah ikut dalam masa perjuangan dan menjadi inspirasi dalam pengembangan Sanggar Bima sehingga sanggar ini mampu menjadi wahana pengembangan seni budaya, khususnya pegembangan dan pelestarian kesenian tradisional wayang kulit. wa wa nca ra Ki Manteb,352011.

C. Upaya Pembinaan Seni Budaya di Sanggar Bima