Nilai-nilai Luhur dan Nilai Etis dalam Pertunjukan Wayang Kulit

commit to user 22 telah terjadi perubahan pandangan yang deras terhadap masyarakat dalam menyikapi kesenian. Hal ini disebabkan cara penyampaian dalang yang tidak menggunakan idiom-idiom jagat pakeliran yang tepat dan kreatif. 4 Setelah masa itu, Situasi pedalangan yang lesu darah seperti yang dilukiskan di atas telah menyadarkan sekelompok kecil masyarakat pewayangan, yaitu Dewan Kebijaksanaan dan Pengurus SENAWANGI, PEPADI Pusat, serta STSI Surakarta untuk segera berbuat sesuatu agar kondisi yang sangat memprihatinkan segera berubah. STSI Surakarta mencoba menawarkan seni pertunjukan wayang baru yang bernama Pa kelira n Pa dat yang tidak lagi berorientasi pada pakem secara membabi buta, tetapi memberikan kesempatan pada para dalang untuk mengungkapkan daya kreatifnya.

d. Nilai-nilai Luhur dan Nilai Etis dalam Pertunjukan Wayang Kulit

Pergelaran wayang tersaji dalam bentuk cerita yang disebut lakon. Semula suatu lakon menggambarkan kehidupan para leluhur. Seiring berjalannya waktu, pada zaman Hindu, lakon para leluhur bergeser dengan lakon kepahlawanan dari India yang dipetik dari kitab Mahabharata dan Ramayana, meski dalam perkembangan dasarnya lakon yang asli sukar ditemukan kembali. Kemudian lakon dari kitab Mahabharata dan Ramayana diadopsi oleh orang Jawa dan dihiasi oleh muatan isi keprobaian dan nilai-nilai kehidupan Jawa. Pagelaran wayang semalam suntuk mengandung banyak nilai, menurut Sri Mulyono 1988:36-37, antara lain sebagai berikut; 1 Nilai Religius Awal mula pertunjukan wayang dimaksudkan untuk memuja roh nenek moyang. Pada zaman kerajaan Demak pertunjukan wayang dimanfaatkan untuk menyebarkan agama Islam, misalnya lakon Jamus Kalimosodo. 2 Nilai Filosofis Pagelaran wayang senantiasa terdiri dari beberapa bagian atau adegan yang saling bertalian antara satu dengan yang lainnya. Tiap-tiap bagian commit to user 23 melambangkan fase atau tingkat tertentu dari kehidupan manusia. Bagian- bagian tersebut antara lain: 2.1. jejer adegan pertama, melambangkan kelahiran bayi dari kandungan ibu di atas dunia serta perkembangan masa kanak-kanak sampai meningkat menjadi dewasa; 2.2. perang gaga l , melambangkan perjuangan manusia muda untuk melepaskan diri dari kesulitan serta penghalang dalam perkembangan hidupnya; 2.3. pera ng kemba ng , melambangkan peperangan antara baik dan buruk yang akhirnya dimenangkan oleh pihak yang baik sehingga tercapailah yang diidamkan oleh pihak yang baik. Perang kembang berlangsung setelah lepas tengah malam. Arti filosofinya, yaitu setelah mengakhiri masa mudanya sampai pada masa dewasa; 2.4. pera ng brubuh , melambangkan perjuangan hidup manusia yang akhirnya mencapai kebahagiaan hidup serta penemuan jati diri; 2.5. ta ncep ka yon , melambangkan berakhirnya kehidupan, artinya pada akhirnya manusia mati, kembali ke alam baka menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3 Nilai kepahlawanan Lakon dalam pertunjukan wayang yang bersumber dari Ramayana dan Mahabharata jelas bahwa mengandung nilai-nilai kepahlawanan. 4 Nilai pendidikan Kandungan nilai pendidikan dalam pertunjukan wayang sangat luas, termasuk di dalamnya pendidikan etika atau pendidikan moral dan budi pekerti, pendidikan politik atau pendidikan kewarganegaraan, serta pendidikan sosial 5 Nilai estetika Dalam pertunjukan wayang jelas bahwa banyak mengandung nilai estetika atau keindahan karena pertunjukan wayang adalah seni. commit to user 24 6 Nilai hiburan Dalam pertunjukan wayang ada bagian yang menampilkan hiburan yang syarat nilai atau lebih dikenal dengan istilah goro-goro yang mampu memberikan hiburan yang menarik. Wayang merupakan simbol yang menerangkan eksistensi manusia dalam hubungannya antara daya natural dengan supranatural. Hubungan antara alam semesta dengan makhluk dan penciptanya, tua dengan muda, suami dan istri, ayah dengan anak, guru dengan murid, laki-laki dengan perempuan.Tiap lakon atau cerita dalam dunia pewayangan itu paling sedikit mengandung salah satu alasan pokok suatu kejadian dalam alam semesta berdasarkan kodratnya. Intisarinya memperlambangkan suatu perbuatan yang sedikit banyak bersifat tasawuf atau melambangkan suatu perjuangan hidup, dalam arti kata perjuangan ke arah kesempurnaan kesucian hidup. Wayang juga mempunyai nilai-nilai etis, seperti yang dikemukakan oleh Hazim Amir 1991:97-194yang mengelompokan nilai etis dalam wayang menjadi duapuluh, yaitu : 7 Nilai Kesempurnaan sejati 8 Nilai kesatuan sejati 9 Nilai kebenaran sejati 10 Nilai kesucian sejati 11 Nilai keadilan sejati 12 Nilai keagungan sejati 13 Nilai kemercusuaran sejati 14 Nilai keabadian sejati 15 Nilai keteraturan makrokosmos sejati 16 Nilai mikrokosmos sejati 17 Nilai kebijaksanaan sejati 18 Nilai realita dan pengetahuan sejati 19 Nilai kesadaran dan pengetahuan sejati 20 Nilai kasihsayang sejati 21 Nilai ketanggungjawaban sejati commit to user 25 22 Nilai kehendak,niat dan tekad sejati 23 Nilai kebenaran, semangat dan pengabdian sejati 24 Nilai kekuatan sejati 25 Nilai kekuasaan, kemerdekaan dan kemandirian sejati 26 Nilai kebahagiaan sejati. Masyarakat Jawa mengilhami nilai-nilai yang termuat di dalam wayang sehingga wayang tidak hanya sekadar tontonan, tetapi juga merupakan tuntunan atau media komunikasi, media penyuluhan, dan media pendidikan. Wayang merupakan bayangan atau gambaran dari kebudayaan Jawa Wayang merupakan manifestasi dari cipta, rasa, dan karsa manusia Jawa dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

e. Unsur Pelaksana, Peralatan dan Unsur Pementasan dalam Pertunjukan