Kendala dalam Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional Wayang Kulit

commit to user 105

2. Kendala dalam Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional Wayang Kulit

Sebagai sebuah padepokan yang berfungsi untuk memberikan ilmu kepada para dan juga untuk upaya melestarikan wayang kulit, banyak hambatan dan kendala yang dihadapi oleh Sanggar Bima, baik yang bersifat intern maupun ekstern. Kendala yang bersifat intern di antaranya sebagai berikut. a. Sistem padepokan tradisional yang diterapkan di Sanggar Bima Menempatkan Ki Manteb atau sang guru sebagai simbol utama dari Sanggar Bima mengakibatkan ketergantungan yang kuat terhadap sosok Ki Manteb. Pemasalahan ini disadari langsung oleh Ki Manteb yang menyampaikan “bagi para ibu-ibu PKK hanya untuk latihan karawitan dan ketoprak di Sanggar Bima, semua harus menunggu kapan saya ada waktu luang yang tidak saya gunakan untuk pentas”. Ini menjadi masalah ketika Ki Manteb jadwal pentas padat yang memungkinkan tidak berlangsungnya latihan. b. Sistem dan manajemen pengelolaan Sanggar Bima yang tidak terstruktur secara jelas Kembali pada permasalahan di atas. Semuanya tergantung pada Ki Manteb sehingga untuk pengelolaan sanggar bima sendiri lebih menekankan kepada bentuk nyata dari perannya, tetapi secara administratif pembukuan lemah. “pembukuan dan pengarsipan ini yang menjadi salah satu kelemahan kami, untuk berkas-berkas dulu sejak sanggar Bima berdiri sampai saya aktif tidak kerumat secara jelas dimana, kami lebih tekankan pada wujud konkret dariperan sanggar sendiri dalam melestarikan wayang kulit sehingga kami lalai dalam pembukuan, struktur organisasi di sanggar juga tidak paten, yang penting masih ada bapak semua akan jalan dengan baik” jelas Satino. c. Masa transisi Sanggar Bima Pada masa perpindahan kediaman Ki Manteb dari Karangpandan yang ke Colomadu dan kembali lagi ke Karangpandan menyebabkan beberapa tahun ini proses nyantrik terpaksa berhenti. Kegiatan yang berlangsung saat ini adalah latihan ketoprak, kerawitan, dan kerajinan wayang. Sanggar Bima commit to user 106 menempatkan diri sebagai fasilitator karena yang berlatih dari komunitas luar yang memakai tempat dan sarana latihan Sanggar Bima. Proses nyantrik mungkin akan berlangsung kembali setelah pembangunan gedung latihan dan tempat tinggal cantrik di kediaman baru selesai. “Sudah ada siswa yang ingin nyantrik, ada dari Jawa Timur kemarin telpon untuk nyantrik di Sanggar Bima. Namun, berhubung tempatnya belum selesai, jadi harus menunggu dulu,” jelas Ibu Erni. Pemaparan di atas merupakan beberapa kendala internal yang terjadi di Sanggar Bima. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang berlangsungnya aktivitas pelestarian wayang kulit. Sedangkan untuk kendala eksternal, yaitu sebagai berikut. a. Minat para pemuda untuk mencintai dan belajar wayang kulit Ini menjadi alasan umum saat ini. Ketika zaman yang dirasa telah modern dengan segala pengaruhnya menyebabkan wayang kulit dianggap sebagai barang kuno yang enggan untuk mereka pelajari. Para pemuda lebih suka untuk belajar kesenian modern yang berasal dari barat daripada kesenian tradisional bangsa sendiri mereka anggap menjadi hal kuno. b. Profesi dalang yang tidak menjanjikan Penghasilan minim dan terkadang jarang laku membuat minat belajar untuk menjadi dalang semakin berkurang, apalagi untuk mengikuti proses nyantrik di Sanggar Bima. Karena butuh sebuah keahliahan yang matang untuk menjadi dalang kondang yang berpenghasilan besar layaknya Ki Manteb sendiri. c. Perhatian dari pemerintah yang kurang Sebagai wahana tempat belajar mendalang, Sanggar Bima tidak mendapatkan sedikitpun bantuan dari pemerintah. Dana operasional murni dari Ki Manteb yang berprofesi sebagai dalang kondang. d. Banyaknya sekolah formal pedalangan Banyaknya sekolah formal yang berdiri untuk wahana belajar pendidikan dalang sehingga para seniman wayang lebih memilih belajar di sekolah formal. Namun, ini tidak menjadi masalah bagi Ki Manteb karena commit to user 107 menurutnya di manapun dia belajar yang penting sungguh-sungguh dan punya niatan untuk belajar wayang.

3. Sikap Masyarakat terhadap Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional