commit to user 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dua tempat Sanggar Bima, yaitu Perum Permata Buana Blok E.1-3 Tohudan, Colomadu, Karanganyar, Surakarta untuk menemui
Ki Manteb dan Sekiteran Rt.02, Rw.08 Ds. Doplang, Karangpandan Karanganyar untuk meneliti aktivitas dari Sanggar Bima. Penelitian dilandasi alasan, yaitu 1
seni pertunjukan wayang menjadi warisan budaya yang diusahakan oleh masyarakat untuk dilestarikan, 2 banyak dalang terkenal yang berasal dari
Surakarta sehinggadapat dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui tentang seluk beluk seni pertunjukan wayang, 3 lahirnya Sanggar Bima sebagai tempat
belajar kesenian. Wayang kulit merupakan bagian dari kesenian sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dilestarikan. Pengembangan dan
pelestarian wayang kulit merupakan bagian dari fungsi Padepokan Sanggar Bima. 2.
Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini diperkirakan selama enam
bulan, yaitu sejak pengajuan proposal penelitian pada bulan Januari 2011 sampai bulan Juni 2011.
No Keterangan
Des Jan
Feb Maret
April Mei
Juni
1 Persetujuan Judul
X
2 Pembuatan Proposal
x
3
Perijinan x
4 Pengumpulan data
X x
x
5
Analisis data x
x
6 Penyajian laporan
x
commit to user 41
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan multidisiplin. Untuk menelusuri tentang sejarah pertumbuhan dan
perkembangan seni pertunjukan wayang kulit sampai munculnya Sanggar Bima dengan peranannya dalam mengembangkan kesenian tradisional wayang kulit.
Penelitian merupakan suatu usaha menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah Hadari Nawawi, 1985: 24. Penelitian kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang menghasilkan karya ilmiah dengan menggunakan data
diskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati terhadap status kelompok orang atau manusia suatu obyek
atau suatu kelompok kebudayaan Lexy J. Moleong, 1991: 3. Berdasarkan penjelasan di atas, maka bentuk penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subyek atau obyek penelitian seseorang, lembaga, dan masyarakat pada saat sekarang berdasarkan pada fakta-fakta yang tampak Hadari Nawawi, 1985:
63. Menurut Hadari Nawawi 1985: 64 ciri-ciri pokok dari metode deskriptif
adalah : a memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan saat sekarang atau masalah-masalah yang aktual, b
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki, diiringi dengan interprestasi nasional. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian:
suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proporsi yang berasal dari data dan diuji coba kembali secara empiris Lexy J. Moelomg, 1991:
9. Penelitian kualitatif merupakan suatu cara dalam meneliti peristiwa masa sekarang dengan mendasarkan pada suatu teori yang diujikan kembali dan
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang atau perilaku yang diamati dengan menggunakan suatu langkah tertentu, dengan
commit to user 42
demikian pendekatan penelitian ini relevan untuk menjawab permasalahan tentang peranan Sanggar Bima dalam upaya melestarikan wayang kulit .
2. Strategi Penelitian
Strategi merupakan suatu cara untuk melaksanakan suatu kegiatan atau cara dalam mencapai tujuan sehingga strategi bisa diartikan sama dengan metode.
Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
methodos
yang berarti jalan atau cara. Sehubungan dengan suatu usaha ilmiah maka metode menyangkut masalah kerja
untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmiah yang bersangkutan. Ditinjau dari aspek yang diteliti, penelitian ini merupakan penelitian studi
kasus. Menurut Kartini Kartono 1990: 236, studi kasus adalah satu metode studi eksploratif dan analisis yang sangat cermat dan intensif mengenai keadaan suatu
unit kesatuan sosial, yaitu berupa pribadi atau person, suatu keluarga, suatu institut, kelompok kebudayaan, ataupun suatu kelompok masyarakat.
Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu sosial. Menurut Yin 1996:18 studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki
fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber
dimanfaatkan. Dalam penelitian studi kasus ini mempunyain empat desain yaitu, 1. Desain kasus tunggal holistik, 2. Desain kasus tunggal terpancang, 3. Desain
multi kasus holistik, 4. Desain multi kasus terpancang R.K.Yin:1996:46. Untuk penelitian studi kasus ini menggunakan pendekatan tunggal
terpancang karena sasaran dan tujuan serta masalah yang akan diteliti sudah ditetapkan sebelum terjun ke lapangan. Sejalan dengan hal tersebut H. B. Sutopo
2006: 51 mengatakan bahwa: Dalam perkembangannya, riset kualitatif juga menyajikan bentuk yang
tidak sepenuhnya holistik, tetapi dengan kegiatan pengumpulan data yang terarah, berdasarkan tujuan dan pertanyaan-pertanyaan riset yang terlebih
dahulu sering disebut dalam proposalnya. Penelitian ini lebih sering disebut sebagai riset terpancang
embedded gua litation research,
atau juga lebih popular dengan penelitian studi kasus.
Studi kasus terpancang merupakan suatu perangkat penting untuk memfokuskan suatu inkuiri pada studi kasus. Tunggal karena kasus tersebut
commit to user 43
menyatakan kasus penting dalam menguji teori yang telah disusun dengan baik. Penelitian yang memusatkan diri pada pencatatan secara rinci dengan aspek-aspek
suatu fenomena tunggal yang bisa berupa sekelompok manusia atau suatu lembaga, dalam hal ini adalah padepokan Sanggar Bima Karanganyar.
C. Sumber Data