Sikap Masyarakat terhadap Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional

commit to user 107 menurutnya di manapun dia belajar yang penting sungguh-sungguh dan punya niatan untuk belajar wayang.

3. Sikap Masyarakat terhadap Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional

Wayang Kulit yang Dilakukan oleh Sanggar Bima. Sikap merupakan suatu perbuatan dan sebagainya yang didasarkan pada suatu pendirian tertentu, berupa pendapat atau keyakinan. Sikap masyarakat di sini adalah penilaian masyarakat sekitar dan pada umumnya dalam menyikapi usaha yang dilakukan oleh Sanggar Bima. Terlebih dahulu akan disampaikan tentang penilaian warga sekitar Sanggar Bima di Karangpandan yang menilai dengan apresiasi positif tentang keberadaannya. Salah satu contohnya adalah akses pembangunan jalan dan fasilitas lainnya. Awalnya, lokasi tempat ini adalah sebuah desa yang berbatasan dengan pematang sawah dan jalan raya Solo-Tawangmangu. Jalan menuju lokasi sempit dan becek, tetapi setelah Sanggar Bima dibangun dan berkembang, akses jalan menjadi mudah, lebar, dan diaspal keliling kampung, serta dibangunkan fasilitas lainnya, seperti masjid. Hal ini sangat menguntungkan masyarakat sekitar sehingga mereka merasakan keuntungan dengan keberadaan Sanggar Bima. wa wa nca ra Bp.suhartono,1052011 Sikap masyarakat tentang upaya pelestarian seni tradisional wayang kulit yang dilakukan oleh Sanggar Bima adalah sebagai berikut. a. Sebagaian masyarakat mendukung adanya pelestarian wayang kulit oleh Sanggar Bima karena usaha tersebut dinilai mampu melestarikan seni tradisional di tengah era globalisasi, seperti situasi saat ini. Bukti dari dukungan tersebut adalah banyak masyarakat yang membanjiri Ki Manteb Sudarsono setiap pentas. Selain itu banyak masyarakat atau warga sekitar yang memanfaatkan fasilitas yang terdapat di Sanggar Bima. Bukti lain dari sifat dukungan yang diberikan oleh masyarakat adalah bentuk partisipasi mereka ketika akan digelar pementasan wayang kulit malam Selasa Legi. Banyak warga sekitar yang membantu persiapan dan hampir seluruh warga kampung menghadiri commit to user 108 acara tersebut. Bukti yang paling tampak adalah rasa keprihatinan yang ikut dirasakan oleh warga sekitar untuk sejenak berhentinya kegiatan nyantrik yang berlangsung di Sanggar Bima, seperti yang diungkapkan Ib. Rubiyati “karena bapak pindah tempat tinggal,disini jadi sepi mas, tapi sekarang bapak sudah kembali semoga menjadi ramai lagi”.terangnya. b. Sebagaian masyarakat tidak bereaksi atau acuh terhadap upaya Sanggar Bima dalam melestarikan wayang kulit. Dalam hal ini adalah sikap masyarakat yang masa bodoh atau biasa saja terhadap upaya Sanggar Bima. Bukti dari mereka adalah tidak tahu terhadap upaya yang dilakukan Sanggar Bima. Mereka tidak paham dengan adanya sistem nyantrik, bahkan tidak paham dengan keberadaan Sanggar Bima. Meskipun mereka tahu mereka tak memahami arti penting dari Sanggar Bima dalam upayanya melestarikan wayang kulit. c. Sebagaian masyarakat kurang mendukung terhadap upaya yang dilakukan oleh Sanggar Bima dalam melestarikan wayang kulit. Mereka beranggapan bahwa seharusnya pendidikan dalang yang dikenal dengan sistem nyantrik di Sanggar Bima cukup dilakukan oleh lembaga formal, semisal SMKI, ISI, dan lain sebagainya. Lembaga formal tersebut dianggap lebih efektif di dalam menyelenggarakan pendidikan yang lebih terstruktur dan diakui. commit to user 109 BAB V. KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di awal, selanjutnya dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagi berikut, beserta implikasi dan saranya :

A. Kesimpulan