Perubahan Proses Penyusunan Anggaran

commit to user Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa ”AP BD disusun dengan pendekatan kinerja” yang dalam penjelasan pasalnya menyatakan bahwa ”Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran mengutamaka n upaya pencapaian hasil output dari perenca naan alokasi biaya input yang ditetapkan” . Hal ini kembali dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Permendagri Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA-SKPD disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

2. Perubahan Proses Penyusunan Anggaran

a. Masa Sebelum Reformasi Laporan Akhir Pengembangan Standar Analisa Belanja Pemerintah Daerah, Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik PSEKP-UGM Tahun 2000, Sesuai dengan ketetapan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974, proses penyusunan anggaran APBD dimulai dengan penyusunan Daftar Usulan Kegiatan Daerah DUKDA untuk belanja rutin dan Daftar Usulan Proyek Daerah DUPDA untuk belanja pembangunan oleh masing-masing DinasLembagaSatuan Kerja. Penyusunan DUKDA dan DUPDA berpedoman pada Pola Dasar, Repelita Daerah, RUTPD dan petunjuk serta pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri. DUKDA selanjutnya diserahkan dan direkapitulasi di Biro Keuangan untuk daerah Provinsi dan Bagian Keuangan untuk Daerah KabupatenKotamadya, sedangkan DUPDA diserahkan dan direkapitulasi di Bappeda Provinsi danatau KabupatenKotamadya. Di BiroBagian commit to user Keuangan serta Bappeda, usulan DUKDA dan DUPDA diteliti kebernarannya untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dan penyeseuaian jika diperlukan. DUKDA dan DUPDA yang telah selesai dibahas dan diperbaiki selanjutnya diajukan ke DPRD untuk masing-masing tingkatan daerah. Melalui proses dengar pendapat dan dan rekonsiliasi antara pihak eksekutif dan legislatif, DUKDA dan DUPDA ini bisa dinyatakan disetujui, ditolak ditambah atau dikurangi. Hasil proses rekonsiliasi selanjutnya direkapitulasi kedalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rancangan APBD yang telah dibahas antara pihak eksekutif dan DPRD selanjutnya diserahkan kepada pemerintah atasan Provinsi untuk kabupatenkotamadya dan Departemen Dalam negeri untuk daerah Provinsi untuk dimintakan persetujuan. Rancangan APBD yang telah dimintakan perstujuannya selanjutnya dikembalikan ke daerah untuk ditetapkan dalam bentuk Peraturan Daerah Tentang APBD. b. Masa Pasca Reformasi Proses penyusunan APBD Pasca Reformasi dapat ditelaah dari dua pedoman yang diberikan oleh Departemen Dalam Negeri yaitu; Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD yang merupakan pedoman lebih lanjut dari PP Nomor 105 Tahun 2000 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Pemerndagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Terhadap Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. commit to user c. Sesuai dengan arahan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, penyusunan APBD dimulai dengan pendokumentasian perencanaan jangka menengah daerah Propeda dan Renstra dan aspirasi masyarakat yang berkembang kedalam dokumen perencanaan anggaran yang dikenal dengan Arah dan Kebijakan Anggaran AKU dan Strategi Prioritas APBD SP. Dokumen AKU dan SP disusun draftnya oleh tim anggaran eksekutif yang berisi pernyataan tentang sasaran, prioritas dan plafon APBD pada tahun yang berkenaan. AKU dan SP selanjutnya dibahas oleh tim anggaran eksekutif dan legislatif untuk selanjutnya ditetapkan dalam Nota Kesepakatan Kepala Daerah dan DPRD Tentang Arah dan Kebijakan Umum APBD serta Strategi dan Prioritas SP APBD. AKU dan SP selanjutnya menjadi pedoman dan acuan bagi unit organisasi dalam mengajukan usulan program, kegiatan dan anggaran yang dituang kedalam formulir RASK Rencana Anggaran Satuan Kerja. RASK selanjutnya diserahkan kepada tim anggaran eksekutif untuk ditelaah dan diperbaiki serta direkapitulasi menjadi rancangan APBD. Rancangan APBD kemudian dibawa ke DPRD dan dibahas oleh tim anggaran eksekutif dan legislatif untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Tentang APBD. d.Sesuai dengan arahan Permendagri Nomor 13 dan 59 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan dokumen Kebijakan Umum Anggaran KUA sebagai ganti, Arah dan Kebijakan Umum APBD AKU dan dokumen Prioritas Plafon Anggaran Sementara PPAS sebegai ganti Strategi dan Prioritas APBD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah. KUA dan PPAS selanjutnya dibahas oleh tim anggaran eksekutif dan legislatif untuk selanjutnya ditetapkan dalam Nota Kesepakatan Kepala Daerah dan commit to user DPRD Tentang Kebijakan Umum APBD KUA serta Prioritas dan Plafon Anggaran PPA KUA dan PPAS selanjutnya menjadi pedoman dan acuan bagi unit organisasi dalam mengajukan usulan program, kegiatan dan anggaran yang dituangkan kedalam formulir Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah RKASKPD. RKASKPD yang telah diisi oleh SKPD selanjutnya diserahkan kepada tim anggaran Pemerintah Daerah untuk ditelaah dan diperbaiki serta direkapitulasi menjadi rancangan awal APBD. Rancangan awal APBD selanjutnya dibahas di Panitia Anggaran yang beranggotakan Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Tim Anggaran Legislatif untuk dijadikan rancangan akhir APBD yang siap diserahkan kepada pemerintah atasan Provinsi untuk KabupatenKota dan Depdagri untuk Provinsi untuk dievaluasi. Hasil evaluasi dari pemerintah atasan selanjutnya diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah untuk diperbaiki serta dijadikan Peraturan Daerah Tentang APBD. e.Sesuai dengan arahan Permendagri Nomor 13 dan 59 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan dokumen Kebijakan Umum Anggaran KUA sebagai ganti Arah dan Kebijakan Umum APBD AKU dan dokumen Prioritas Plafon Anggaran Sementara PPAS sebegai ganti Strategi dan Prioritas APBD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah. KUA dan PPAS selanjutnya dibahas oleh tim anggaran eksekutif dan legislatif untuk selanjutnya ditetapkan dalam Nota Kesepakatan Kepala Daerah dan DPRD Tentang Kebijakan Umum APBD KUA serta Prioritas dan Plafon Anggaran PPA KUA dan PPAS selanjutnya menjadi pedoman dan acuan bagi unit organisasi dalam mengajukan usulan program, kegiatan dan anggaran yang dituangkan kedalam commit to user formulir RKASKPD Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah. RKASKPD yang telah diisi oleh SKPD selanjutnya diserahkan kepada tim anggaran Pemerintah Daerah untuk ditelaah dan diperbaiki serta direkapitulasi menjadi rancangan awal APBD. Rancangan awal APBD selanjutnya dibahas di Panitia Anggaran yang beranggotakan Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Tim Anggaran Legislatif untuk dijadikan rancangan akhir APBD yang siap diserahkan kepada pemerintah atasan Propinsi untuk KabupatenKota dan Depdagri untuk Propinsi untuk dievaluasi. Hasil evaluasi dari pemerintah atasan selanjutnya diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah untuk diperbaiki serta dijadikan Peraturan Daerah Tentang APBD.

3. Perubahan Struktur APBD