commit to user
mendapatkan hasil yang dapat mencerminkan perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah otonomi daerah.Yang diukur adalah rasio desentralisasi fiscal, rasio kebutuhan
fiskal daerah, kapasitas fiscal dan rasio upaya fiscal.
Gambar 1.1 Skema Kerangka Berpikir
Sebelum Otonomi Daerah Sesudah Otonomi Daerah
Perbedaan Kinerja
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan proses mencari dan menemukan suatu jawaban untuk memecahkan suatu masalah yang harus dilakukan melalui pengkajian baik secara
teoritik maupun secara empiric.
A. TIPE DAN LOKASI PENELITIAN
Pengukuran Kinerja
- Desentralisasi Fiskal
tingkat kemandirian daerah
- Kebutuhan fiskal daerah
- Kapasitas fiskal daerah
- Upaya fiskal daerah
Pengukuran Kinerja
- Desentralisasi Fiskal
tingkat kemandirian daerah
- Kebutuhan fiskal daerah
- Kapasitas fiskal daerah
- Upaya fiskal daerah
commit to user
Penelitian ini telah dilakukan di Bagian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT. Berdasarkan permasalahan yang
ada maka penelitian ini merupakan penelitian evaluasi terhadap kebijakan Policy research
yang dimulai karena adanya masalah dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para administrator manajer atau para pengambil keputusan pada
suatu organisasi. Policy Research adalah suatu proses penelitian yang dilakukan untuk menganalisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar sehingga
temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah.
B. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Derajat Desentralisasi Fiskal yakni tingkat kemandirian daerah untuk membiayai kebutuhan daerahnya sendiri tanpa menggantungkan diri dengan pemerintah
pusat. Yang dilihat adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
dalam menggali dan mengelola potensi daerah yang menjadi sumber pendapatan. Pengukurannya adalah dari PAD, Total penerimaan daerah, Bagi hasil pajak dan
bukan pajak serta Sumbangan Daerah DAU dan DAK. Jika Total penerimaan daerah meningkat maka derajat desentralisasi fiskal suatu daerah akan semakin
menguat. 2.
Kebutuhan fiskal yakni merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk
commit to user
melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Yang dilihat adalah indeks pelayanan publik perkapita
yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Pengukurannya adalah dari Pengeluaran aktual perkapita untuk jasa publik
jumlah pengeluaran rutin dan pembangunan perkapita dan standar kebutuhan fiskal daerah .jika semakin tinggi indeks pelayanan publik perkapita maka
kebutuhan fiskal suatu daerah semakin besar. 3.
Kapasitas fiskal yakni merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan dana bagi hasil. Pengukurannya dari PDRB dan kapasitas fiskal standar.
jika semakin tinggi rata-rata kapasitas fiskal suatu daerah maka kemampuan daerah dalam mendanai kebutuhannya akan semakin memadai.
4. Upaya Fiskal adalah koefisien elastisitas Pendapatan Asli Daerah PAD dengan
Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Yang dilihat adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kemampuan daerah dalam mencapai target PAD. Hal ini di
ukur dari tingkat perubahan PAD dan Perubahan PDRB. Jika semakin elastis nya PAD suatu daerah maka struktur PAD nya semakin membaik.
C. JENIS DAN SUMBER DATA