commit to user
APBD pasca reformasi terdiri dari Pendapatan, Belanja dan pembiayaan. Pendapatan Terdiri dari; Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Bagi Hasil Pajak dan Bukan
Pajak serta Pendapatan Lain-Lain. Selanjutnya perbedaan struktur anggaran antara yang diamanatkan oleh Kepemendagri nomor 29 tahun 2002 dengan yang diamantkan oleh
Permendagri nomor 13 tahun 2006 dan Permendagri nomor 59 tahun 2007 adalah pada struktur belanja sedangankan struktur pendapatan dan pembiayaannya sama. Pada APBD
versi Kepemendagri Nomor 29 tahun 2002, belanja terdiri dari belanja Aparatur publik dan publik yang dibagi kedalam jenis belanja administrasi umum, belanja operasi dan
pemeliharaan serta belanja modal. Sedangkan pada APBD versi Permendagri nomor 13 tahun 2006 dan Permendagri nomor 59 tahun 2007, belanja hanya dikategorikan kedalam
belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan dan pembangunan, sedangkan belanja tidak
langsung terkait dengan belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang tidak terkait dengan penyelenggaraan pelayanan dan pembangunan.
C. PERUBAHAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH
Sesuai dengan arahan Manual Administrasi Keuangan Daerah MAKUDA, APBD mulai dilaksanakan semenjak Daftar Isian Kegiatan Daerah DIKDA dan Daftar isian
Proyek Daerah DIPDA disahkan oleh kepala daerah menjadi dokumen pelaksanaan APBD. DIKDA dan DIKDA selanjutnya diproses dengan dengan Surat Keputusan
Otorisasi SKO, Surat Permintaan Pembayaran SPP, Surat Perintah Membayar Uang SPMU dan Surat Pertanggungjawaban SPJ. Semua proses tersebut dilaksanakan oleh
pelaksana kegiatan di unit kerja dengan sentralisasi pengelolaan keuangan di bagian
commit to user
keuangan pada Pemerintah KabupatenKota dan di biro keuangan di pemerintah Propinsi. Penatausahaan pengelolaan keuangan
daerah yang
diamanatkan dalam
Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 juga hampir dengan MAKUDA sama walaupun sistem anggaran yang dianut berbeda. APBD mulai dilaksanakan semenjak Dokumen
Anggaran Satuan Kerja DASK disahkan oleh kepala daerah menjadi dokumen pelaksanaan APBD. DASK selanjutnya diproses dengan dengan Surat Keputusan Otorisasi
SKO, Surat Permintaan Pembayaran SPP, Surat Perintah Membayar Uang SPMU dan Surat Pertanggung Jawaban SPJ. Semua proses tersebut dilaksanakan oleh pelaksana
kegiatan di unit kerja dengan sentralisasi pengelolaan keuangan di bagian keuangan pada Pemerintah KabupatenKota dan di biro keuangan di pemerintah Provinsi. Selanjutnya
perubahan mendasar baru terjadi semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2003, dimana
penyusunan-penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran didesentralisasi di unit kerja SKPD. Pelaksanaan APBD dimulai dengan penyusunan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah DPASKPD. Berdasarkan DPA-SKPD selanjutnya Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menerbitkan Surat Permintaan Dana
SPD Berdasarkan SPD, bendahara di SKPD menyusun Surat Permintaan Pembayaan Untuk berbagai beban belanja SKPD. Selanjutnya Kepala SKPD sebagai pengguna
anggaran menerbitkan Surat Perintah Membayar sesuai dengan SPP yang telah diverifikasi. SPM yang telah diterbitkan selanjutnya diajukan kepada kuasa BUD untuk
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D. Selanjutnya SP2D digunakan sebagai dasar untuk mencairkan dana dari kas daerah.
D. PERUBAHAN SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN