Kebutuhan Fiskal F iscal Need

commit to user

B. Kebutuhan Fiskal F iscal Need

Kebutuhan fiskal daerah dihtung berdasarkan perkalian antara total belanja rata-rata dengan penjumlahan dari masing-masing bobot variabel dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, indeks pembangunan manusia dan indeks produk domestik regional bruto perkapita. Beberapa hal tersebut digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat kesenjangan kemampuan keuangan antar daerah dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi. Semakin kecil nilai indeks maka semakin baik tingkat pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Hasil perhitungan kebutuhan fiskal dapat dilihat dari tabel di bawah ini . Tabel 4.27. Persentase Kebutuhan Fiskal Kabupaten TTU Tahun 1996-2005 Tahun Persentase Kebutuhan Fiskal Daerah Rata-Rata Keterangan Sebelum Otonomi Daerah Sesudah Otonomi Daerah commit to user 19961997 4,07 4,16 Sebelum Otonomi Daerah di berlakukan 19971998 4,11 19981999 4,17 19992000 4,21 2000 4,23 2001 4,38 4,69 Sesudah Otonomi Daerah di berlakukan 2002 4,64 2003 4,74 2004 4,82 2005 4,88 Sumber : Bagian Keuangan Setda TTU, 2010 data di olah. Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan fiskal pada masa sebelum otonomi daerah, yaitu pada tahun anggaran 19961997 sampai dengan 2000, dilihat dari rata-ratanya persentasenya hanya mencapai 4,16 . Jika dibandingkan kebutuhan fiskal pada masa sesudah otonomi daerah, yaitu pada tahun anggaran 2001 sampai 2005, dilihat dari rata-rata persentasenya naik mencapai 4,69 . Hal tersebut diatas dapat digambarkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah tingkat pemerataan kemampuan keuangan daerah masih lebih baik dari sesudah otonomi daerah karena nilai rata-rata persentase kebutuhan fiskal kecil. Selain itu banyak kewewenangan dan kebutuhan di tingkat pemerintah daerah Kabupaten TTU yang pada masa sebelum otonomi daerah selalu tersentralisasi atau “ di-handle” oleh pemerintah pusat. Sedangkan pada masa sesudah otonomi daerah diberlakukan terjadi commit to user tingkat kesenjangan keuangan antar daerah yang cukup dengan ditunjukkan oleh nilai rata-rata persentase kebutuhan fiskal yang besar di Kabuapten TTU. Selain itu juga setelah otonomi daerah mau tidak mau, daerah harus mampu menangani dan mencukupi seluruh kebutuhan daerahnya sendiri. Pada masa sesudah otonomi daerah daerah tidak dapat menggantungkan diri sepenuhnya kepada bantuan pemerintah pusat dalam mencukupi kebutuhan dan pengeluaran daerahnya. Jadi dari aspek kebutuhan fiskal pemerintah daerah akan semakin meningkat. Kesimpulannya bahwa kebutuhan fiskal pada masa sebelum otonomi daerah lebih kecil bila dibandingkan dengan pada masa sesudah otonomi daerah diberlakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat trend persentase perkembangan Kebutuhan Fiskal di Kabupaten TTU sebelum dan sesudah otonomi daerah dari tahun 1996 -2005 dalam Grafik dan Diagram dibawah ini. Grafik 4.13. Trend Persentase Kebutuhan Fiskal Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005. commit to user Diagram 4.13. Trend Persentase Kebutuhan Fiskal Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.

C. Kapasitas Fiskal Fiscal Capacity