commit to user
Jasa perusahaan 0,15
61,76 2,54
1,65 18,63
35,42 Keuangan, persewaan,
jasa perusahaan 3,27
18,52 17,86
10,20 12,52
20,25
Sumber : PDRB Kabupaten TTU Tahun 2005
C. ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH.
1. ANALISIS DATA VARIABEL PENELITIAN
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah
merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain asli
daerah yang saha yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan. Dari Pendapatan Asli Daerah Kabupaten TTU yang diperoleh
sebelum dan sesudah otonomi daerah sangat bervariasi yakni dari tahun 1996 hingga tahun 2005. Data menunjukkan bahwa Persentase pertumbuhan PAD yang kecil disaat
sebelum otonomi daerah dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 9,67 yakni pada tahun 1996 : -4,69 , tahun 1997 : 1,46 , tahun 1998 : 4,22 , tahun 1999 : 15,01
commit to user
serta pada tahun 2000 adalah : 32,37 . Dari perkembangan hasil PAD tersebut dipengaruhi oleh sistem pemerintahan yang masih sentralistik sehingga kewenangan
pengelolaan potensi daerah sebagai sumber ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten TTU masih sangat terbatas. Sektor yang paling
besar memberikan kontribusi terhadap PAD Kabuapten TTU adalah diharapkan dari pos retribusi daerah. Retribusi daerah tersebut diperoleh dari biaya penggunaan fasilitas
pemerintah oleh masyarakat. Namun perkembangan perolehan dari retribusi daerah tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan serta target yang ingin dicapai karena
kendala belum teridenfikasi secara baik dan maksimal sektor – sektor ekonomi yang memberikan penerimaan retribusi daerah serta potensi sumber daya manusia yang masih
terbatas. Seperti belum adanya perda tentang retribusi parkir kendaraan baik roda dua maupun roda empat di tempat keramaian serta retribusi penjualan hasil bumi keluar
daerah. Selain itu sektor lainnya seperti pajak daerah belum memberikan kontribusi yang berarti. Sedangkan setelah diterapkan otonomi daerah dengan kewenangan yang cukup
besar diserahkan kepada pemerintah daerah untuk mengelola potensi yang dimiliki sehingga sejak tahun 2001 adanya peningkatan prosentase pendapatan asli daerah dengan
rata-rata laju pertumbuhan sebesar 18,14 sehingga walaupun terjadi fluktuasi persentase namun secara komulatif dibandingkan dengan sebelum otonomi daerah ada
peningkatan PAD yakni pada tahun 2001 : 58,01 , tahun 2002 : -29,45, tahun 2003 : 41, 21 , tahun 2004 : -38,26 serta pada tahun 2005 : 59, 20 . Fluktuasi tersebut
menunjukkan bahwa dengan adanya diberlakukan otonomi daerah, pihak pemerintah daerah masih belum memahami secara baik dan benar adanya regulasi aturan dan
petunjuk teknis pelaksanaan yang harus digunakan dalam upaya meningkatkan
commit to user
pendapatan asli daerah di era otonomi daerah .
Tabel. 4.15 . Data Perkembangan Pendapatan Asli daerah PAD Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005
TAHUN Jumlah PAD
Pertumbuhan Rata-Rata
Keterangan
1996 Rp. 1.108.026.922
-4,69
9,67 Sebelum
Otonomi Daerah
1997 Rp. 849.622.692
1,46 1998
Rp. 929.721.816,50 4,22
1999 Rp. 1.162.564.163
15,01 2000
Rp. 1.989.515.565,08 32,37
2001 Rp. 3.773.151.920
58,01
18,14 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 Rp. 6.968.891.962,91
-29, 45 2003
Rp. 5.346.333.591,53 41, 21
2004 Rp. 7.616.152.684,94
-38,26 2005
Rp. 5.508.950.488 59,20
Sumber : Bagian Keuangan Setda TTU. data di olah
commit to user
Untuk lebih jelasnya perkembangan Pendapatan Asli Daerah untuk 5 tahun sebelum otonomi daerah dan 5 tahun sesudah otonomi daerah dapat dilihat dalam Grafik dan
Diagram dibawah ini.
Gafik 4.1. Trend Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten TTU tahun 1996 – 2005.
G rafik P erk em b an g an P endapatan A s li D aerah K abup aten T T U T ahu n 1996-2005
-60.00 -40.00
-20.00 0.00
20.00 40.00
60.00 80.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
Trend P A D K abupaten TTU
Di agram 4.1. Trend Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten TTU
tahun 1996 – 2005.
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
D
iag ram P erkembang an P endapatan As li D aerah K abupaten T T U T ahun 1996-
2005
-60.00 -40.00
-20.00 0.00
20.00 40.00
60.00 80.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
T rend P AD K abupaten T T U
2. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP
Dana Bagi hasil Pajak dan Bukan pajak merupakan dana yang diperoleh di tingkat daerah namun dibagi dengan pemerintah pusat yang diatur dengan peraturan tersendiri
menyangkut prosentase yang diperoleh ditingkat daerah maupun pusat. Dana tersebut merupakan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang pendanaannya bersumber dari
APBN. Dana bagi hasil pajak meliputi Pajak Bumi dan bangunan, Pajak Penghasilan, pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan serta pajak bahan bakar kendaraan
bermotor. Sedangkan dana bagi hasil bukan pajak adalah meliputi hasil dari penerimaan pengelolan sumber daya alam seperti Kehutanan, pertambangan, perikanan.
Perkembangan bagi hasil pajak dan bukan pajak menunjukkan bahwa pertumbuhannya secara komulatif masih stabil disaat sebelum otonomi daerah diberlakukan dengan rata-
rata laju pertumbuhan pertahun sebesar 10,02 yakni pada tahun 1996 sebesar : 9,11 , tahun 1997 sebesar :-2,84 , tahun 1998 sebesar : 3,66 , tahun 1999 sebesar : 7,01
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
dan pada tahun 200 33,07 . Fluktuasi penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak ini utamanya disebabkan oleh kebijakan akan jumlah nilai persentase hasil yang harus di
peroleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sedangkan bagi hasil pajak dan bukan pajak pada era otonomi daerah nampak menurun persentasenya dengan rata-rata
laju pertumbuhan selama 5 lima tahun sebesar 8,30 yakni pada tahun 2001 sebesar : 13,46 , tahun 2002 sebesar : 7,86 , tahun 2003 sebesar : 12,00 , tahun 2004
sebesar : -7,42 dan pada tahun 2005 sebesar 15,58 . Secara komulatif terjadi penurunan prosentase penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak tersebut disebabkan
oleh karena kebanyakan hutan yang dimiliki daerah merupakan kawasan hutan lindung serta kawasan untuk pertambangan belum memperoleh ijin resmi untuk kegiatan
pertambangan. Selain itu hasil hutan yang dapat diandalkan sebagai potensi kehutanan yang besar yakni kayu cendana sudah terkuras habis pada saat sebelum otonomi daerah
serta penjualan kayu jati keluar daerah dalam bentuk gelondongan dolgen.
Tabel. 4.16 . Data Perkembangan BHPBP Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005
TAHUN Jumlah BHPBP
Pertumbuhan Rata-Rata
Keterangan
1996 Rp. 2.693.955.725
9,11
10,02 Sebelum
Otonomi Daerah
1997 Rp. 3.712.703.014
-2, 84 1998
Rp. 3.396.041.052,01 3,66
1999 Rp. 3.805.449.654,90
7,01 2000
Rp. 4.590.044.844,42 33,07
2001 Rp. 8.291.179.849
13,46
commit to user
2002 Rp. 9.797.513.890,82
7,86 8,30
Sesudah Otonomi
Daerah 2003
Rp. 10.676.464.577 12,00
2004 Rp. 12.018.456.352
-7, 42 2005
Rp. 11.188.922.199 15,58
Sumber : Bagian keuangan Setda TTU data di olah Untuk lebih jelasnya dapat dilihat trend penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak
BHPBP selama 5 lima tahun sebelum dan sesudah otonomi daerah dapat dilihat dalam Grafik dan Diagram dibawah ini.
Grafik 4.2. Trend Perkembangan BHPBP Kabupaten TTU tahun 1996-2005
G rafik P erkembang an B H P B P K abupaten T T U T ahun 1996-2005
-10.00 -5.00
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
T rend B H P B P K abupaten T T U
Diagram 4.2. Trend Perkembangan BHPBP Kabupaten TTU tahun 1996- 2005
commit to user
D iag ram P erkembang an B H P B P K abupaten T T U T ahun 1996-2005
-60.00 -40.00
-20.00 0.00
20.00 40.00
60.00 80.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
T rend B H P B P K abupaten T T U
3. Sumbangan dan Bantuan SB
Sumbangan dan bantuan merupakan dana perimbangan keuangan dari pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Tujuannya adalah untuk pemerataan kemampuan
keuangan antara daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antardaerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan
dan potensi daerah.besar-kecilnya dana perimbangan terhadap suatu daerah umumnya ditentukan atas besar-kecilnya celah fiskal suatu daerah yang merupakan selisih antara
kebutuhan fiskal dan potensi daerah. Dari perkembangan sumbangan dan bantuan terhadap pemerintah daerah Kabupaten TTU terlihat bahwa pada saat sebelum otonomi
daerah diberlakukan nampak prosentase sumbangan dan bantuan masih rendah namun menjelang awal pelaksanaan otonomi daerah terjadi peningkatan penerimaan sumbangan
yakni pada tahun 2000. peningkatan jumlah sumbangan dan bantuan terhadap Kabupaten TTU tersebut disebabkan oleh jumlah gaji pegawai negeri yang bertambah
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
yang menyebabkan porsi gaji pokok pegawai negeri sipil daerah bertambah dan tunjangan keluarga serta tunjangan jabatan. Selain itu ada perubahan dalam struktur
organisasi perangkat daerah seperti penambahan wakil kepala daerah dan perubahan pada jabatan karir lainnya seperti penambahan jumlah eselon II. Sehingga secara rata-
rata penerimaan dalam bentuk sumbangan daerah pada masa sebelum otonomi lebih besar yakni sebesar 13,55 . Hal tersebut lebih disebabkan oleh kebutuhan fiskal yang
besar walaupun potensi fiskal di relatif kecil lihat UU nomor 33 tahun 2004. Data perkembangan penerimaan dalam bentuk sumbangan dan bantuan sebelum otonomi
daerah adalah pada tahun 1996 sebesar : 3,74 , tahun 1997 sebesar : -7,25 , tahun 1998 sebesar : 8,61 , 199 sebesar : 13,21 dan pada tahun 2000 sebesar 49,45 .
Sedangkan persentase sumbangan dan bantuan pada saat otonomi daerah hanya terjadi peningkatan drastis pada awal pelaksaaan otonomi daerah namun selanjutnya pada tahun
berikutnya tidak terjadi peningkatan prosentase penerimaan dari sumbangan dan bantuan yang signifikan. Salah satu kendala yang menyebabkan berkurangnya DAU ataupun
DAK adalah tingkat kemampuan pengelolaan dana oleh pemerintah daerah yang belum maksimal sehingga belum semua dana yang diperoleh pada tahun berjalan semuanya
dipergunakan sehingga dana DAU dan DAK pada tahun berikutnya jumlah dikurangi karena dianggap kebutuhan fiskalnya kecil. Data perkembangan prosentase penerimaan
dalam bentuk sumbangan dan bantuan disaat diberlakukan otonomi daerah menurun dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 11,07 adalah pada tahun 2001 sebesar :
2,11 , tahun 2002 sebesar : 9,18 , tahun 2003 sebesar : 3,54 , tahun 2004 sebesar : 5,10 dan pada tahun 2005 sebesar 35, 41 .
commit to user
Tabel. 4.17 . Data Perkembangan Sumbangan dan Bantuan SB terhadap Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005
TAHUN Jumlah SB
Pertumbuhan Rata-Rata
Keterangan
1996 Rp. 21.891.472.000
3,74
13,55 Sebelum
Otonomi Daerah
1997 Rp. 28.531.661.375
-7, 25 1998
Rp. 15.666.259.962 8, 61
1999 Rp. 30.968.604.000
13, 21 2000
Rp. 54.435.805.329 49,45
2001 Rp. 142.244.874.747
2,11
11,07 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 Rp. 145.979.513.890
9,18 2003
Rp. 162.269.262.500 3,54
2004 Rp. 168.561.536.270
5,10 2005
Rp. 177.603.641.640 35,41
Sumber : Bagian keuangan Setda TTU. data di olah
commit to user
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat trend perkembangan sumbangan dan bantuan
Kabupaten TTU sebelum otonomi daerah dan sesudah otonomi daerah dari tahun 1996 – 2005 dalam grafik dan diagram di bawah ini.
Grafik 4.3. Trend Perkembangan Sumbangan dan Bantuan Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
G rafik P erkembang an S umbang an dan B antuan terhadap K abupaten T T U T ahun
1996-2005
-20.00 -10.00
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
T rend S umbangan dan B antuan
K abupaten T T U
Diagram 4.3. Trend Perkembangan Sumbangan dan Bantuan Daerah Kabuapaen TTU tahun 1996-2005.
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
Diag ram P erkembang an S umbang an dan B antuan terhadap K abupaten T T U T ahun
1996-2005
-20.00 -10.00
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
1996199719981999200020012002200320042005 Trend S umbangan dan
B antuan K abupaten TTU
4. Total Penerimaan Daerah TPD
Penerimaan daerah merupakan seluruh pendapatan daerah yang diperoleh dari beberapa sumber penerimaan yakni Pendapatan Asli daerah, Dana perimbangan serta
lain-lain pendapatan daerah yang sah yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan rutin maupun kegiatan pembangunan di suatu daerah. Dari total penerimaan
daerah kabupaten TTU pada sebelum dilaksanakannya otonomi daerah jumlah nominalnya masih sangat rendah namun rata-rata laju pertumbuhan pertahunnya
lebih besar yakni sebesar 13,42 yang lebih banyak dipengaruhi oleh sumbangan PAD terhadap penerimaan daerah yang relatif sangat kecil. Namun rata-rata
pertumbuhan lebih besar pada saat sebelum otonomi daerah karena sumbangan dan bantuan pada masa sebelum otonomi daerah lebih besar rata-rata persentasenya yang
menunjukkan kebutuhan fiskal yang besar pula. Pertumbuhan penerimaan daerah pada tahun 1996 sebesar : 3,63 , tahun 1997 sebesar : -1,61 , tahun 1998 sebesar :
3,76 , tahun 1999 sebesar : 12,42 dan tahun 2000 sebesar 46,90 . Sedangkan
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
sejak diberlakukannya otonomi daerah penerimaan daerah menjadi menurun dengan rata-rata laju pertumbuhan hanya sebesar 11,09 yang disebabkan oleh laju
pertumbuhan BHPBP dan SB yang masih rendah disaat otonomi daerah. Perkembangan TPD sejak tahun 2001 sebesar : 10,06 , tahun 2002 sebesar : 4,72
, tahun 2003sebesar 4,96 , tahun 2004 sebesar : 2,23 dan pada tahun 2005 sebesar : 33,49 .
Tabel. 4.18 . Data Perkembangan Total Penerimaan Daerah Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005
TAHUN Jumlah TPD
Pertumbuhan Rata-Rata
Keterangan
1996 Rp. 25.942.341.887
3,63
13,42 Sebelum
Otonomi Daerah
1997 Rp. 33.235.018.714,13
-1, 61 1998
Rp. 29.998.813.598,43 3,76
1999 Rp. 37.529.908.207,13
12,42 2000
Rp. 62.442.156.778,24 46,90
2001 Rp. 156.572.384.775,41
10,06
11,09 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 Rp. 176.759.297.054,63
4,72 2003
Rp. 186.236.221.668,53 4,96
2004 Rp. 196.197.540.306,94
2,23 2005
Rp. 200.672.874.327 33,49
commit to user
Sumber : Bagian keuangan Setda TTU. data di olah
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat trend perkembangan Total Penerimaaan daerah sebelum dan sesudah otonomi dari tahun 1996 – 2005 dalam Grafik dan Diagram di
bawah ini.
Grafik 4.4. Trend Perkembangan Total Penerimaan Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Diagram 4.4. Trend Perkembangan Total Penerimaan Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
5. Belanja Rutin
Belanja rutin adalah merupakan pokok pembiayaan yang dilakukan secara rutin dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Belanja rutin
umumnya meliputi belanja gaji pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tak terduga yang
dilakukan secara rutin setiap tahun anggaran berjalan di daerah Kabupaten TTU. Belanja rutin di Kabupaten TTU terlihat sejak sebelum otonomi daerah masih rendah
kalau dibandingkan dengan sesudah otonomi daerah. Sebelum otonomi daerah belanja rutin secara komulatif perkembangannya masih rendah bila dilihat dari dari rata–rata
laju pertumbuhan sebesar 8,43 . Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah pegawai negeri sipil daerah pada masa sebelum otonomi daerah yang berjumlah 3687 orang tahun
1999 sedangka pada masa sesudah otonomi daerah jumlah PNS Kabupaten TTU baik PNS pusat, PNS daerah maupun BUMNBUMD sebanyak 4482 orang pada tahun
2001. Persentase perkembangan Belanja rutin sebelum otonomi daerah di Kabupaten
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
TTU pada tahun 1996 sebesar : 1,62 , tahun 1997 sebesar : 1,54 , tahun 1998 sebesar : 6,17 , tahun 1999 sebesar : 13,90 dan tahun 2000 sebesar : 18,93 .
Sedangkan sesudah otonomi diberlakukan ada peningkatan jumlah serta persentase belanja rutin dengan rata-rata laju pertumbuhan sebasar 14,63 yaitu pada tahun 2001
sebesar : 14,15 , tahun 2002 sebesar : 28,25 , tahun 2003 sebesar : 0,36 , tahun 2004 sebesar : 5,31 dan tahun 2005 sebesar : 25,09 . Penambahan belanja rutin di
Kabupaten TTU pada masa sesudah otonomi daerah lebih banyak dipengaruhi oleh penambahan jumlah pegawai negeri sipil daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut ini .
Tabel. 4.19. Data Perkembangan Total Belanja Rutin Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005
TAHUN Jumlah Belanja
Rutin Pertumbuhan
Rata-Rata Keterangan
1996 Rp. 14.478.984.287
1,62
8,43 Sebelum
Otonomi Daerah
1997 Rp. 16.860.531.075,79
1,54 1998
Rp. 19.134.347.702 6,17
1999 Rp. 28.252.978.207,13
13, 90 2000
Rp. 48.786.319.639,24 18, 93
2001 Rp. 76.749.017.692,50
14,15
14,63 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 Rp. 97.660.321.497,60
28,25 2003
Rp. 139.410.402.149,2 0,36
2004 Rp. 139.934.521.816,9
5,31 2005
Rp. 147.792.638.588 25,09
commit to user
Sumber : Bagian keuangan Setda TTU. data di olah Untuk lebih jelasnya dapat dilihat trend perkembangan Belanja rutin Kabupaten
TTU sebelum dan sesudah otonomi daerah dari tahun 1996 – 2005 dalam grafik dan Diagram di bawah ini.
Grafik 4.5. Trend Perkembangan Total Belanja Rutin Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Diagram 4.5. Trend Perkembangan Sumbangan dan Bantuan Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
commit to user
6. Belanja Pembangunan
Belanja pembangunan adalah biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan yang umumnya meliputi belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Dilihat perkembangan belanja pembangunan dari tahun ke tahun di Kabupaten TTU baik sebelum dan sesudah otonomi daerah mengalami perubahan perkembangan setiap
tahunnya. Namun pada periode sebelum otonomi daerah perkembangan dari satu tahun ke tahun berikutnya belum menunjukkan peningkatan yang besar. Perkembangan
belanja pembangunan masih kecil terlihat dari jumlah nominal yang ada walaupun dari aspek prosentasenya rata-rata pertahunnya cukup tinggi. Rata-rata laju pertumbuhan
belanja pembangunan Kabuapaten TTU Sebelum otonomi daerah sebesar 16,85 . Perkembangan belanja pembangunan dari tahun 1996 sebesar : 7,48 , tahun 1997
sebesar : -10,26 , tahun 1998 sebesar ;-0,69, tahun 1999 sebesar : 6,92 dan tahun 2000 sebesar : 80,82 . Sedangkan sesudah otonomi daerah walaupun rata-rata
persentase perkembangan pertahunnya kecil yakni 6,93 namun dari jumlah nominal
commit to user
nampak besar yakni pada tahun 2001 :2,63 , tahun 2002 sebesar : -20,69 , tahun 2003 sebesar : -9,72 , tahun 2004 sebesar : 25,39 dan pada tahun 2005 sebesar
37,03 . Hal tersebut dipengaruhi oleh mahalnya bahan-bahan konstruksi sebagai kebutuhan untuk kegiatan pembangunan sehingga walaupun jumlah nominalnya besar
namun laju pertumbuhannya kecil.
Tabel. 4.20 . Data Perkembanganan total Belanja Pembangunan Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005
TAHUN Belanja Pembangunan Pertumbuhan
Rata-Rata Keterangan
1996 Rp. 11.463.357.600
7,48
16,85 Sebelum
Otonomi Daerah
1997 Rp. 16.198.404.146,42
-10, 26 1998
Rp. 9.711.175.506 -0,69
1999 Rp. 9.276.930.000
6,92 2000
Rp. 13.655.837.139 80,82
2001 Rp. 64.809.159.179
2,63
6,93 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 Rp. 66.475.450.474
-20,69 2003
Rp. 53.379.355.739 -9,72
2004 Rp. 47.222.232.886
25,39 2005
Rp. 63.285.322.897,15 37,03
Sumber : Bagian keuangan Setda TTU. data di olah
commit to user
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat trend perkembangan total belanja pembangunan Kabupaten TTU sebelum dan sesudah otonomi daerah dari tahun
1996 – 2005 dalan grafik dan Diagram dibawah ini.
Grafik 4.6. Trend Perkembangan Belanja Pembangunan Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Diagram 4.6. Trend Perkembangan total belanja pembangunan Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
D iag ram P erkembang an T otal B elanja P embang unan K abupaten T T U T ahun 1996-
2005
-40.00 -20.00
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
T rend P erkembangan T otal B elanja
P embangunan K abupaten T T U
7. Total Belanja Daerah
Total belanja daerah merupakan anggaran belanja daerah yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan rutin maupun pembangunan yang telah disetujui
oleh pihak legislatif dan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam proses penyusunan anggaran belanja daerah menggunankan pola
anggaran berimbang dan dinamis. Total belanja daerah ini mencakupi Belanja rutin dan belanja pembangunan di Kabupaten TTU. Data menunjukkan bahwa dari jumlah
nominal total belanja daerah yang ada dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan penambahan jumlah belanja daerah baik itu belanja rutin maupun
belanja pembangunan dari sebelum otonomi daerah maupun sesudah otonomi daerah. Persentase pertumbuhan total belanja daerah dari tahun ketahun sebelum otonomi
daerah lebih kecil yang terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan sebesar 10,95 bila dibandingkan dengan sesudah otonomi daerah. Laju pertumbuhan total belanja daerah
sebelum otonomi yang kecil dipengaruhi oleh jumlah belanja rutin yang masih kecil
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
juga. Sebelum otonomi daerah perkembangan total belanja daerah adalah pada tahun 1996 sebesar : 3,37 , tahun 1997 sebesar : -2,01 , tahun 1998 sebesar : 4,11 ,
tahun 1999 sebesar : 11,81 dan pada tahun 2000 sebesar : 37,48 . Sedangkan sesudah otonmi daerah ada peningkatan jumlah total belanja daerah Kabupaten TTU
dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 12,14 yakni pada tahun 2001 sebesar :10,70 , tahun 2002 sebesar : 13,75 , tahun 2003 sebesar : -2,84 , tahun 2004
sebesar : 11,34 dan pada tahun 2005 sebesar : 29,12 . Hal tersebut dipengaruhi oleh penambahan jumlah pada pos belanja rutin seiring dengan penambahan jumlah
pegawai negeri sipil daerah.
Tabel. 4.21 . Data Perkembangan Total Belanja Daerah Kabupatan TTUTahun 1996 - 2005
TAHUN Jumlah Pengeluaran
Daerah Pertumbuhan
Rata-Rata Keterangan
1996 Rp. 25.942.341.887
3,37
10,95 Sebelum
Otonomi Daerah
1997 Rp. 33.058.935.222,21
-2,01 1998
Rp. 28.845.523.208,20 4, 11
1999 Rp. 37.529.908.207,13
11, 81 2000
Rp. 62.442.156.778,24 37,48
2001 Rp. 141.558.176.871,51
10,70
12,14 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 Rp. 164.135.771.971,60
13,75 2003
Rp. 193.149.758.488,28 -2,84
2004 Rp. 187.156.754.702,95
11,34 2005
Rp. 211.077.961.485,15 29,12
commit to user
Sumber : Bagian keuangan Setda TTU. data di olah
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat trend perkembangan Total belanja daerah Kabupaten TTU sebelum dan sesudah otonomi daerah dari tahun 1996 – 2005 dalam
Grafik dan Diagram dibawah ini.
Grafik 4.7. Trend Perkembangan Total Belanja Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Diagram 4.7. Trend Perkembangan Sumbangan dan Bantuan Daerah Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
8. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten TTU adalah seluruh produk atau nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua lapangan usahasektor di wilayah domestik TTU tanpa memperhatikan darimana faktor-faktor produksinya berasal.
Faktor-faktor produksi tersebut bisa yang dimiliki penduduk wilayah domestik TTU ataupun bukan penduduk dari wilayah Kabupaten TTU. Terdapat tiga konsep mengenai
Produk Domestik Regional Bruto yaitu : 1.
Dari segi Produksi. PDRB dari segi produksi adalah jumlah nilai netto dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. 2.
Dari segi Pendapatan. PDRB dari segi pendapatan adalah jumlah balas jasa pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu satu tahun.
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
3. Dari segi pengeluaran . PDRB dari segi pengeluaran adalah jumlah pengeluaran
yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga, pemerintah dan lembaga swasta yang tidak mencari untung serta pengeluaran untuk investasi dan ekspor suatu wilayah
dalam jangka wakktu tertentu satu tahun.
PDRB Atas Dasar Harga Yang Berlaku adalah jumlah nilai produk atau pendapatan
atau pengeluaran yang dinilai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Kegunaan dari penyajian PDRB atas dasar harga yang berlaku antara
lain : Melihat secara langsung nilai tambah sektoral PDRB, peranan menurut sektor dan besarnya pendapatan perkapita pada tahun yang bersangkutan, Dapat digunakan sebagai
indikator pembanding dengan daerah lain secara sektoral maupun perkapita dan Dapat digunakan sebagi alat pembanding tingkat kemakmuran antar daerah.
Struktur perekonomian Kabupaten TTU baik sebelum dan sesudah otonomi daerah yakni dalam kurun waktu 1996-2005 secara perlahan memperlihatkan
perubahan. Sektor ekonomi yang cukup dominan dalam perekonomian TTU adalah sektor Pertanian, menyusul sektor Jasa-jasa, sektor Pengangkutan dan Komunikasi,
sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel, serta sektor BangunanKonstruksi,. Sektor Pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB TTU belum
tergeser dalam kurun waktu 1996 hingga 2005, demikian juga halnya dengan sektor Jasa-jasa sebagai penyumbang terbesar kedua, sedangkan untuk ketiga sektor lainnya
seperti Sektor BangunanKonstruksi, Sektor Perdagangan, RestoranRumah Makan dan Perhotelan serta Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terkadang bertukar posisi.
Persentase perkembangan PDRB kabupaten TTU berdasarkan atas dasar harga
commit to user
berlaku dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik sebelum dan sesudah otonomi daerah .Namun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan karena pada umumnya
sektor yang lebih diandalkan untuk meningkatkan PDRB adalah sektor pertanian sedangkan sektor lain masih memberikan sumbangan yang tidak terlalu besar
persentasenya. Bila dibandingkan pertumbuhan PDRB maka pada masa sebelum otonomi daerah laju pertumbuhann PDRB lebih tinggi yakni sebesar 8,30 .
Perkembangan PDRB Kabupaten TTU dari tahun ke tahun periode sebelum otonomi daerah adalah pada tahun 1996 sebesar : 5,03 , tahun 1997 sebesar : 6,79 , tahun
1998 sebesar : 6,15, tahun 1999 sebesar : 14,94 dan pada tahun 2000 sebesar 8,58 . Sedangkan sesudah otonomi daerah terjadi penurunan laju pertumbuhan PDRB yakni
dengan rata-rata sebesar 7,67 . Perkembangan pertumbuhan PDRB sesudah otonomi daerah adalah pada tahun 2001 sebesar : 9,46 , tahun 2002 sebesar : 7,75 , tahun
2003 sebesar : 8,09 , tahun 2004 sebesar : 6,69 dan tahun 2005 sebesar : 6,37 . Hal tersebut dipengaruhi oleh penerimaan tiap sektor yang fluktuatif. Kontribusi Sektor
Pertanian yang merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB pada tahun 2000 memberikan share sebesar 55,7 persen, kemudian menurun menjadi 52,8
persen pada tahun 2001 dan sampai tahun 2005 terus menurun menjadi 49,1 persen. Menurunnya kontribusi sektor Pertanian terhadap pembentukan PDRB ini
menunjukkan bahwa percepatan kenaikan nilai tambah dalam setiap tahun berjalan yang dihasilkan sektor ekonomi tradisional ini relatif lebih lamban dibandingkan
dengan kenaikan nilai tambah yang dihasilkan sektor - sektor ekonomi moderen. Hal ini dapat dipahami karena selain performa sektor primer ini yang masih dikelola secara
subsisten dengan produktifitas relatif rendah, faktor ketergantungannya yang sangat
commit to user
tinggi terhadap kondisi iklim dan curah hujan yang cenderung fluktuatif menjadi faktor dominan penyebab lambannya akselerasi kinerja sektor ekonomi ini.
Sektor Jasa-jasa yang merupakan penyumbang terbesar kedua pada tahun 2000 memberikan share sebesar 18,1 persen, kemudian meningkat menjadi 20,4 persen pada
tahun 2001, dan terus meningkat hingga menjadi 22,9 persen pada tahun 2005. Meningkatnya share yang semakin signifikan dari sektor jasa-jasa lebih didominasi
oleh sub sektor jasa pemerintahan umum, di mana semenjak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001 peranaan alokasi dana perimbangan, terutama Dana Alokasi
Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK menjadi katalisator utama dari kinerja sektor publik ini. Dengan orientasi sektor pertanian yang lebih diarahkan untuk
memenuhi konsumsi sendiri maka diharapkan sub sektor jasa pemerintahan tampil menjadi alat stimulan bagi pergerakan sektor- sektor ekonomi yang lain.
Untuk sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2000 dan 2001 memberikan kontribusi sebesar 7,1 persen, terus menurun menjadi 6,6 persen pada
tahun tahun 2004 dan tahun 2005 kembali meningkat menjadi 7,3 persen. Fluktuasinya share
dari sektor jasa distribusi ini tentu sangat dipengaruhi oleh fluktuasi kenaikan harga suku cadang alat angkutan sehingga pada gilirannya mempengaruhi besaran nilai
tambah, terutama pada unsur profit angkutan para pengusaha. Kendatipun demikian dengan adanya posisi strategis Kota Kefamenanu sebagai kota transit dari kabupaten
lain menuju Kota Kupang atau sebaliknya menuju ke wilayah Timor Leste menjadikan pengembangan sektor ini ke depan tetap prospektif.
Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel pada tahun 2000 dengan kontribusi 6,6 persen meningkat menjadi 7,2 persen pada tahun 2001, kemudian menurun menjadi 6,9
commit to user
persen hingga 2004 dan 6,8 persen di tahun 2005. Sama halnya dengan sektor angkutan dan komunikasi, penurunan kontribusi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran
dengan sub sektor perdagangan besar dan eceran sebagai penyanggah utamanya lebih disebabkan menurunnya rasio margin perdagangan sebagai akibat dari semakin
meningkatnya harga pokok barang dagangan yang tidak diimbangi secara proporsional dengan peningkatan daya beli masyarakat.
Sektor BangunanKonstruksi memperlihatkan peranan yang semakin nyata terhadap pembentukan PDRB. Pada tahun 2000 sektor ini memberikan kontribusi
sebesar 6,3 persen kemudian naik menjadi 6,4 persen pada tahun 2001, tahun 2004 menjadi 6,9 persen dan tahun 2005 sedikit menurun menjadi 6,7 persen. Kapasitas
kinerja sektor ini untuk kondisi perekonomian daerah TTU masih sangat tergantung pada besaran anggaran belanja pemerintah untuk belanja modal konstruksi seperti
pengadaanperbaikan sarana pendidikan, kesehatan, jalan, jembatan dan irigasi pertanian. Praktis seluruh kegiatan konstruksi yang ada masih bertumpu pada
pengerjaan proyek – proyek pemerintah, sedangkan kegiatan konstruksi yang bersifat direct investment
masih sangat langkah karena keterbatasan modal para pengusaha dan kemampuan daya beli masyarakat yang relatif terbatas.
Selain kelima sektor besar tersebut di atas, sektor lainnya yang juga mempunyai peranan strategis dalam pembentukan PDRB kabupaten TTU adalah sektor Keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yang pada tahun 2005 memberikan kontribusi 3,3 persen. Pada sektor mediator ini sub sektor jasa perbankan dan lembaga keuangan bank
menjadi basis andalan dalam membangun multipllier effect bagi pertumbuhan sektor
commit to user
ekonomi yang lain. Sektor Pertambangan dan penggalian pada tahun 2005 memberikan share 1,7 persen. Selain itu sektor industri pengolahan pada tahun yang sama
memberikan kontribusi 1,6 persen.Sementara sektor Listrik, gas dan air bersih menjadi sektor yang paling kecil memberikan sumbangan terhadap kinerja PDRB Kabupaten
TTU hanya sebesar 0,7 persen. Bila dibandingkan dengan kondisi struktur ekonomi Nusa Tenggara Timur NTT secara umum relatif sama dengan struktur ekonomi TTU.
Sebagai daerah agraris sektor Pertanian tetap menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB NTT yakni sebesar 41,3 persen pada tahun 2005, diikuti sektor
Jasa - jasa 22,5 persen, sektor Perdagangan, hotel dan restoran 15,1 persen, sektor Bangunan konstruksi 7,7 persen, Pengangkutan dan komunikasi 6,3 persen serta sektor
– sektor ekonomi lainnya sebesar 7,2 persen. Nampak bahwa konstruksi perekonomian NTT juga sangat bergantung pada sektor jasa-jasa terutama sub sektor jasa
pemerintahan, dengan bersandar pada alokasi dana perimbangan DAU dan DAK dari pemerintah pusat. Konstruksi perekonomian seperti ini tentunya sangat rapuh karena
bila sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang stagnan dan pada saat bersamaan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah dievaluasi kembali maka praktis akan
melumpuhkan gerak nadi perekonomian daerah secara keseluruhan.
commit to user
Tabel. 4.22 . Data Pertumbuhan PDRB Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005 TAHUN
PDRB Pertumbuhan
Rata-Rata Keterangan
1996 Rp. 139.009.910
5,03 8,30
Sebelum Otonomi
Daerah 1997
Rp. 165.386.070 6,79
1998 Rp. 200.998.545
6, 15 1999
Rp. 233.239.027 14,94
2000 Rp. 311.591.906
8, 58 2001
Rp. 356.583.666 9,46
7,67 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 Rp. 406.244.882
7,75 2003
Rp. 446.918.734 8,09
2004 Rp. 489.353.525
6,69 2005
Rp. 524.443.577 6,37
Sumber : BPS Kabupaten TTU data di olah Dibawah ini adalah trend pertumbuhan PDRB Kabupaten TTU sebelum dan
sesudah otonomi daerah dari tahun 1996 – 2005 dalam Grafik dan Diagram dibawah ini.
commit to user
Grafik 4.8. Trend Perkembangan PDRB Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Diagram 4.8. Trend Perkembangan PDRB Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
Diag ram P ertu mb uh an P DR B K abu p aten T T U T ah u n 1996-2005
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
16.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
Trend P ertumbuhan P DR B K abupaten TTU
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
Sebelum Otonomi
Daerah Sesudah
Otonomi Daerah
commit to user
9. Jumlah Penduduk
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dari hasil sensus juga memperlihatkan bahwa jumlah rumah tangga pun bertambah yakni pada sensus tahun 1990 sebanyak
33.647 dan pada tahun 2000 telah mecapai 44.105 rumah tangga. Dalam kurun waktu yang sama rata-rata jumlah anggota rumah tangga tidak mengalami perubahan
berarti yakni 4,8 orang pada tahun 1990 dan untuk tahun 2000 telah turun menjadi 4,4 orang per rumah tangga. Untuk perkembangan jumlah penduduk pertahun selama
periode 5 tahun sebelum otonomi daerah dan 5 tahun sesudah otonomi daerah menunjukkan pertambahan jumlah penduduk yang variatif. Namun dapat dilihat
bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada masa sebelum otonomi daerah lebih tinggi yakni sebesar 2,27 . Persentase perkembangan dari tahun 1996 sebesar
0,92 , tahun 1997 sebesar 1,74 , tahun 1998 sebesar : 1,24 , tahun 1999 sebesar 4,89 dan pada tahun 2000 sebesar 2,24 . Hal ini karena perkembangan penduduk
secara alamiah, juga diakibatkan karena meningkatnya migrasi masuk penduduk dari luar wilayah Kabupaten TTU. Migrasi masuk penduduk berkaitan dengan kedudukan
wilayah geografis Kabupaten TTU yang berbatasan dengan Timor Leste dimana dapat menjadi daerah transit untuk ekspansi usaha ke negara baru tersebut. Selain itu
kedudukan Universitas Timor di wilayah TTU menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk dari kabupaten tetangga untuk melanjutkan studi. Khusus untuk
pertambahan penduduk alamiah, dimana angka kelahiran kasar pada tahun 2001 sebesar 19,1 per 1000 penduduk sedikit menurun jika dibandingkan dengan
sebelumnya sebesar 22,6 kelahiran per 1000 penduduk. Sedangkan persentase
commit to user
pertumbuhan penduduk pada periode 5 tahun sejak diberlakukan otonomi daerah terjadi penurunan yakni dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1, 79
. Perkembangan penduduk sesudah otonomi daerah adalah pada tahun 2001 sebesar : 1,79 , tahun 2002 sebesar : 1,90 , tahun 2003 sebesar : 2,10 , tahun
2004 sebesar : 1,56 dan pada tahun 2005 sebesar : 1,70 . Penurunan jumlah anggota rumah tangga ini secara signifikan selama dua dekade terakhir dapat
disebabkan ada perubahan sikap masyarakat untuk menerima konsep “Norma
Keluarga Kecil keluarga Bahagia” . Menurunnya angka fertilitas ini menunjukan
upaya pengendalian tingkat kelahiran melalui program Keluarga Berencana yang mulai membaik sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
Tabel. 4.23 . Data Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kabupaten TTU Tahun 1996 - 2005
TAHUN Jumlah Penduduk
Jiwa Pertumbuhan
Rata-Rata Keterangan
1996 175.299.000
0,92 2,27
Sebelum Otonomi
Daerah 1997
177.288.000 1,74
1998 181.034.000
1,24 1999
183.689.000 4, 89
2000 194.202.000
2,49 2001
199.539.000 1,79
1,79 Sesudah
Otonomi Daerah
2002 203.383.000
1,90 2003
207.485.000 2,01
2004 211.809.000
1,56 2005
215.156.000 1,70
Sumber : BPS Kabupaten TTU data di olah
commit to user
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Trend pertumbuhan penduduk Kabupaten TTU sebelum dan sesudah otonomi daerah dari tahun 1996 – 2005 dalam Grafik dan
Diagram dibawah ini. Grafik 4.9. Trend Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kabupaten TTU tahun
1996-2005.
G rafik P ertu mbu han J umlah P en duduk K abupaten T T U T ah un
1996-2005
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00
1996199719981999200020012002200320042005 Trend P ertumbuhan
J umlah P enduduk K abupaten TTU
Diagram 4.9. Trend Pertumbuhan Penduduk Kabupaten TTU tahun 1996-2005.
D ia g ra m P ertu m b u h a n J u mla h P en d u d u k K a b u p a ten T T U T a h u n 1996-2005
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
Trend P ertumbuhan J umlah P enduduk K abupaten TTU
2. ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN