55
fasa dan tanah recloser 1. Setelan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan terhadap setelan arus dan waktu, pemilihan
setelan TCC2 pada recloser 1 serta rating fuse yang sesuai supaya kinerja dari koordinasi recloser 1 dengan fuse – fuse yang berkoordinasi dengan recloser 1
dapat mengamankan gangguan secara optimal pada jaringan distribusi yang dilindungi.
4.2.2 Pengujian dan Analisis Koordinasi Fuse dan Recloser Eksisting Pada Bus 577
Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum If
min
yang terjadi pada bus 577 sebesar 205 A, yaitu saat Bus 577 mengalami gangguan 1 fasa ke
tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.14 a dan Gambar 4.14 b menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva
karakteristik arus - waktu dari koordinasi fuse 22 dan recloser 2.
a b
Gambar 4.14 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke
Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation
Universitas Sumatera Utara
56
Gambar 4.14 a dan 4.14 b menunjukkan bahwa bahwa saat terjadi gangguan arus lebih satu fasa ke tanah pada Bus 577, operasi pertama TCC1
Ground bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 2 pada waktu ke 198 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 2
menutup kembali, fuse 22 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 264 ms. Bila fuse 22 gagal bekerja, maka recloser 2 akan membuka pada waktu ke 30198
ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC1 Fasa pada waktu ke 30397 ms. Recloser 2 akan membuka pada waktu ke 50397 ms bila arus gangguan
tetap mengalir dan recloser 2 menutup kembali pada waktu ke 50595 ms dengan operasi ketiga TCC2 Fasa. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah
operasi ketiga TCC2 Fasa, maka recloser 2 akan membuka secara tetap Lock Out. Setelan operation to lock out dari recloser 2 adalah 3 operasi, yang berarti
bahwa setelah recloser 2 melewati operasi ketiga TCC2 arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.
Gambar 4.15, Gambar 4.16, dan Gambar 4.17 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari koordinasi recloser 2 dan fuse 22
dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi yang terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 577.
Universitas Sumatera Utara
57
a b
Gambar 4.15 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke
Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
a b
Gambar 4.16 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke
Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Universitas Sumatera Utara
58
a b
Gambar 4.17 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke
Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan
Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan maksimum If
max
yang terjadi pada Bus 577 sebesar 1180 A, yaitu saat Bus 577 mengalami gangguan 3 fasa
pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan. Gambar 4.18 a dan Gambar 4.18 b menunjukkan urutan waktu
operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari koordinasi fuse 22 dan recloser 2.
Universitas Sumatera Utara
59
a b
Gambar 4.18 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di
Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan
Gambar 4.18 a dan 4.18 b menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih 3 fasa pada Bus 577, fuse 22 bekerja pertama kali memutuskan
gangguan pada waktu 20,8 ms. Fuse 58 yang berada di dekat DG Bus 648 akan bekerja dalam waktu 51,4 ms, hal ini diakibatkan mengalirnya kontribusi arus
gangguan dari PLTmH Silau 2 sebesar 532 A pada fuse 58. Bila fuse 22 dan fuse 54 gagal bekerja, maka operasi pertama TCC1 Fasa bekerja dengan membuka dan
menutup kembali recloser 2 dengan cepat pada waktu ke 198 ms. Bila arus gangguan masih tetap mengalir saat recloser 2 menutup, recloser 2 akan
membuka pada waktu ke 30198 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC1 Fasa pada waktu ke 30397 ms. Recloser 2 akan membuka pada
waktu ke 50397 ms bila arus gangguan tetap mengalir, kemudian recloser 2 menutup kembali pada waktu ke 50595 ms dengan operasi ketiga TCC2 Fasa. Jika
arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi ketiga TCC2 Fasa, maka
Universitas Sumatera Utara
60
recloser 2 akan membuka secara tetap Lock Out. Setelan operation to lock out dari recloser 2 adalah 3 operasi, maka setelah recloser 2 melewati operasi ketiga
TCC2 arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out. Gambar 4.19 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik
arus - waktu dari koordinasi fuse 22 dan recloser 2 pada jaringan distribusi yang tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.20 dan Gambar 4.21
menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari koordinasi fuse 22 dan recloser 2 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi
terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 577.
a b
Gambar 4.19 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di
Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Distributed Generation
Universitas Sumatera Utara
61
a b
Gambar 4.20 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di
Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
a b
Gambar 4.21 a Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di
Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Universitas Sumatera Utara
62
Kehadiran DG pada jaringan distribusi merusak koordinasi fuse dan recloser dalam mengamankan jaringan distribusi yang terhubung dengan DG
untuk kondisi tertentu. Hal ini dibuktikan bahwa saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah pada jaringan tidak terhubung dengan DG dan pada jaringan terhubung
dengan PLTmH Tonduhan, operasi pertama TCC1 recloser 2 bekerja pertama kali dan bila gangguan masih mengalir setelah operasi pertama ini, maka fuse 22 akan
bekerja. Sedangkan saat terjadi gangguan yang sama pada jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan juga saat terjadi gangguan yang sama pada
jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan, mengakibatkan fuse 22 bekerja terlebih dahulu daripada operasi pertama TCC1
recloser 2. Koordinasi dari fuse 22 dan recloser 2 eksisting tidak dapat berkoordinasi
dengan baik saat terjadi gangguan 3 fasa pada jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG dan terhubung dengan DG. Hal ini dibuktikan bahwa saat terjadi
gangguan 3 fasa, fuse 22 bekerja terlebih dahulu, kemudian operasi kerja recloser 2 bekerja bila fuse 22 gagal mengamankan gangguan.
Kedua kondisi diatas menunjukkan bahwa harus dilakukan perubahan terhadap setelan arus – waktu dari recloser 2 dan rating dari fuse yang
berkoordinasi dengan recloser 2 supaya diperoleh suatu sistem pengaman jaringan distribusi yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
63
4.2.3 Pengujian dan Analisis Koordinasi Fuse dan Recloser Eksisting Pada Bus 769