115
4.3.8 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 240
Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum If
min
yang terjadi pada Bus 240 sebesar 226 A, yaitu saat Bus 240 mengalami gangguan 1 fasa ke
tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.66 a dan Gambar 4.66 b menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva
karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 29 dan recloser 4.
a b
Gambar 4.66 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1
Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation
Gambar 4.66 a dan Gambar 4.66 b menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih satu fasa ke tanah pada Bus 240, operasi pertama TCC1
Ground bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 4 pada waktu ke 55 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 4
menutup kembali, fuse 29 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 2778 ms.
Universitas Sumatera Utara
116
Recloser 4 akan membuka pada waktu ke 134055 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC2 Ground pada waktu ke 236375 ms apabila fuse 29
gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Ground, maka recloser 4 akan membuka secara tetap Lock Out. Setelan
operation to lock out dari recloser 4 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 4 melewati operasi kedua TCC2 Ground arus gangguan masih dirasakan,
recloser akan Lock Out. Gambar 4.67, Gambar 4.68, dan Gambar 4.69 menunjukkan urutan waktu
operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 29 dan recloser 4 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG
saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 240.
a b
Gambar 4.67 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1
Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
Universitas Sumatera Utara
117
a b
Gambar 4.68 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1
Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
a b
Gambar 4.69 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1
Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan maksimum If
max
yang terjadi pada Bus 240 sebesar 1298 A, yaitu saat Bus 240 mengalami gangguan 3 fasa
pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan. Gambar 4.70 a dan Gambar 4.70 b menunjukkan urutan waktu
Universitas Sumatera Utara
118
operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 22 dan recloser 4.
a b
Gambar 4.70 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 3
Fasa di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Gambar 4.70 a dan Gambar 4.70 b menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih 3 fasa pada Bus 240, operasi pertama TCC1 Fasa bekerja
dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 4 pada waktu ke 57,6 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 4 menutup kembali,
fuse 29 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 93,1 ms. Recloser 4 akan membuka pada waktu ke 134058 ms dan akan menutup kembali dengan operasi
kedua TCC2 Fasa pada waktu ke 188341 ms apabila fuse 29 gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Fasa, maka
recloser 4 akan membuka secara tetap Lock Out. Setelan operation to lock out dari recloser 4 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 4 melewati
Universitas Sumatera Utara
119
operasi kedua TCC2 Fasa arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock
Out.
Gambar 4.71 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 29 dan recloser 4 pada jaringan distribusi
yang tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.72 dan Gambar 4.73 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi
koordinasi fuse 29 dan recloser 4 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi
terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 240.
a b
Gambar 4.71 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 3
Fasa di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation
Universitas Sumatera Utara
120
a b
Gambar 4.72 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 3
Fasa di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
a b
Gambar 4.73 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 3
Fasa di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Universitas Sumatera Utara
121
Setelan arus, waktu, dan kurva karakteristik arus – waktu dari recloser 4 dan pemilihan rating fuse 29 yang tepat mengakibatkan koordinasi dari recloser 4
dan fuse 29 bekerja dengan baik pada jaringan distribusi saat tidak terhubung dengan Distributed Generation maupun terhubung dengan Distributed
Generation. Lampiran S menunjukkan bahwa semua jenis gangguan meliputi gangguan 1 fasa ke tanah, fasa ke fasa, 3 fasa dan fasa ke fasa ke tanah yang
terjadi pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan DG maupun tidak terhubung dengan DG, koordinasi fuse dan recloser tetap berjalan dengan baik
dikarenakan besar arus gangguan – gangguan tersebut berada diantara arus gangguan minimum dan maksimum yang menjadi batas atas dan batas bawah bagi
kurva arus – waktu koordinasi fuse dan recloser, tetapi bila terdapat penambahan DG yang baru pada penyulang PM.6 maka perlu dilakukan analisis kembali
terhadap gangguan maksimum apakah koordinasi yang telah dilakukan masih berlaku atau tidak dalam mengamankan gangguan.
Pada jaringan distribusi penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar
recloser 2, recloser 3, dan recloser 4 berkoordinasi dengan fuse yang berjumlah banyak sehingga saat terjadi gangguan pada sisi hilir fuse, daerah yang mengalami
pemadaman akibat kerja recloser sangatlah luas. Kondisi tersebut menunjukkan keandalan sistem proteksi pada jaringan distribusi penyulang PM. 6 yang kurang
baik, oleh karena itu perlu dilakukan studi terhadap peletakkan dan jumlah recloser pada penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar sehingga dapat
diperoleh keandalan sistem proteksi yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
122
BAB 5 KESIMPULAN SAN SARAN