Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 4

110 koordinasi yang telah dilakukan masih berlaku atau tidak dalam mengamankan gangguan.

4.3.7 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 4

Pada Lampiran A dapat dilihat bahwa recloser 4 berkoordinasi dengan 29 fuse yaitu fuse 28, fuse 29, fuse 30, fuse 31, fuse 32, fuse 33, fuse 34, fuse 35, fuse 36, fuse 38, fuse 39, fuse 40, fuse 41, fuse 42, fuse 43, fuse 44, fuse 45, fuse 46, fuse 47, fuse 48, fuse 49, fuse 50, fuse 51, fuse 52, fuse 53, fuse 54, fuse 55, fuse 56, dan fuse 57 dalam mengamankan gangguan di sepanjang jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 4. Pada daerah tersebut juga terdapat koordinasi antara fuse pengaman cabang yaitu koordinasi antara fuse 40 dengan fuse 41, fuse 40 dengan fuse 42, fuse 40 dengan fuse 43, fuse 40 dengan fuse 44, fuse 40 dengan fuse 45, fuse 40 dengan fuse 46, fuse 47 dengan fuse 48, fuse 47 dengan fuse 49, fuse 51 dengan fuse 52, dan fuse 51 dengan fuse 53, oleh karena itu standar pemilihan rating fuse tidak hanya mempertimbangkan koordinasi dengan recloser 4 tetapi juga mempertimbangkan koordinasi antara fuse pengaman cabang. Setelan jumlah operasi pada recloser 4 adalah 2 operasi yaitu 1 operasi pemutusan segera TCC1 dan 1 operasi pemutusan tunda TCC2 sehingga perlu dilakukan pemilihan setelan waktu setiap pemindahan operasi kerja yang satu dengan yang lainnya. Berikut adalah langkah – langkah studi koordinasi seluruh fuse yang berkoordinasi dengan recloser 4 : 1. Simulasi pada software ETAP menunjukkan bahwa gangguan 3 fasa pada Bus 240 saat jaringan distribusi terhubung dengan PLTmH Tonduhan dan Universitas Sumatera Utara 111 PLTM Silau 2 merupakan gangguan maksimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 1298 A sedangkan gangguan 1 fasa ke tanah pada Bus 509 saat jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG merupakan arus gangguan minimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 157 A. 2. Arus beban maksimum yang melewati recloser 4 adalah sebesar 67,3 A, maka setelan arus recloser 4 adalah Setelan Arus Fasa = 200 x 67,3 = 134,6 A ~134 A Setelan Arus Tanah = 67,3 A ~ 67 A Pemilihan setelan arus fasa dan tanah adalah sebesar 134 A dan 67 A dikarenakan setelan arus pada recloser 4 tidak menyediakan fasilitas bilangan pecahan. 3. Kurva TCC1 yang dipilih adalah Kurva Kyle 102. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu pemutusan operasi yang singkat dalam rentang arus terpanjang dibandingkan kurva lainnya. Supaya gangguan tanah diamankan oleh elemen proteksi arus tanah dari recloser 4, maka kurva TCC1 dari setelan arus tanah dikali dengan faktor pengali sebesar 0,1. Karakteristik arus – waktu dari semua jenis kurva yang disediakan oleh Recloser Kyle Form 6 pada penyulang PM.6 dapat dilihat pada Lampiran D. 4. Pada daerah yang yang dilindungi oleh recloser 4, digunakan fuse tipe T dengan arus pengenal 40 A untuk fuse 28, fuse 29, fuse 30, fuse 31, fuse 32, fuse 33, fuse 34, fuse 35, fuse 36, fuse 38, fuse 39, fuse 41, fuse 42, fuse 43, fuse 44, fuse 45, fuse 46, fuse 48, fuse 49, fuse 50, fuse 52, fuse 53, fuse 54, fuse 55, fuse 56, dan fuse 57. Fuse 40, fuse 47, dan fuse 51 dipilih Universitas Sumatera Utara 112 dengan arus pengenal 65 A dikarenakan masing - masing fuse tersebut berkoordinasi 1 fuse. Pemilihan fuse dengan arus pengenal tersebut dikarenakan dengan arus gangguan minimum 157 A dan arus gangguan maksimum sebesar 1298 A, waktu pemutusan dari masing – masing fuse lebih lama dibandingkan dengan operasi pemutusan segera TCC1 dari recloser 4. 5. Kurva TCC2 yang dipilih adalah Kurva IEC INV. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu operasi pemutusan terlama dibandingkan kurva lainnya, tetapi pada daerah recloser 4, waktu operasi pemutusan kurva ini harus dikalikan dengan faktor pengali multiplier dikarenakan saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG sebesar 163 A pada Bus 533, fuse 51 memutuskan gangguan dengan waktu 133 detik sedangkan bila kurva ini tidak dikalikan dengan faktor pengali, maka TCC2 akan melakukan pemutusan dengan waktu 7,8 detik pada gangguan tersebut di Bus 533. Dengan operasi seperti itu maka fuse tidak akan melakukan operasi pemutusan setelah operasi TCC1 melakukan pemutusan sehingga mengakibatkan rusaknya koordinasi fuse 51, fuse 53, dan recloser 4 dimana urutan operasi kinerja tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.64 a dan Gambar 4.64 b. Universitas Sumatera Utara 113 a b Gambar 4.64 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 51, Fuse 53 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 4 Sebelum Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali Dengan perkalian faktor pengali sebesar 25 pada kurva TCC2 dan setelan waktu pada selang waktu penutupan recloser 4 dari operasi pertama TCC1 menuju operasi kedua TCC2 sebesar 134 detik, maka koordinasi tidak mengalami kerusakan. Gambar 4.65 a dan Gambar 4.65 b menunjukkan urutan koordinasi saat gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 533 terjadi pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG setelah Kurva TCC2 dikali faktor pengali. Universitas Sumatera Utara 114 a b Gambar 4.65 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 51, Fuse 53 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 4 Setelah Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali Berdasarkan Gambar 4.65 a diperoleh waktu pemutusan maksimum fuse 53 adalah 6664 ms dan waktu lebur minimum dari fuse 51 adalah 48703 ms, maka rasio waktu dari koordinasi kedua fuse tersebut adalah 6664 48703 x 100 = 13,6 Hasil perhitungan dari rasio waktu diatas menunjukkan bahwa rasio koordinasi fuse 51 dan fuse 53 tidak melewati batas yang telah ditetapkan oleh PT. PLN melalui standar PLN No. 64 tahun 1985 yaitu 75, sehingga operasi koordinasi dari fuse 51 dan fuse 53 dapat diterima. Kurva karakteristik arus – waktu koordinasi fuse dan recloser yang dibatasi oleh gangguan minimum dan gangguan maksimum pada jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 4 dapat dilihat pada Lampiran S. Universitas Sumatera Utara 115

4.3.8 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 240

Dokumen yang terkait

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

1 7 161

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

1 6 2

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 14

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 1

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 3

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 41

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 56

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 69