Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 769

102

4.3.6 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 769

Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum If min yang terjadi pada Bus 769 sebesar 162 A, yaitu saat Bus 769 mengalami gangguan 1 fasa ke tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.55 a dan Gambar 4.55 b menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3. a b Gambar 4.55 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation Gambar 4.55 a dan Gambar 4.55 b menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih satu fasa ke tanah pada Bus 769, operasi pertama TCC1 Ground bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 3 pada waktu ke 55 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 3 menutup kembali, fuse 69 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 148370 Universitas Sumatera Utara 103 ms. Recloser 3 akan membuka pada waktu ke 270055 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC2 Ground pada waktu ke 389248 ms apabila fuse 69 gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Ground, maka recloser 3 akan membuka secara tetap Lock Out. Setelan operation to lock out dari recloser 3 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 3 melewati operasi kedua TCC2 Ground arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out. Gambar 4.56, Gambar 4.57, dan Gambar 4.58 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 769. a b Gambar 4.56 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan Universitas Sumatera Utara 104 a b Gambar 4.57 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 a b Gambar 4.58 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTMH Silau 2 Universitas Sumatera Utara 105 Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan maksimum If max yang terjadi pada Bus 769 sebesar 658 A, yaitu saat Bus 769 mengalami gangguan 3 fasa pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan. Gambar 4.59 a dan Gambar 4.59 b menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3. a b Gambar 4.59 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2 Gambar 4.59 a dan Gambar 4.59 b menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih 3 fasa pada Bus 769, operasi pertama TCC1 Fasa bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 3 pada waktu ke 57,6 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 3 menutup kembali, fuse 69 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 753 ms. Bila fuse 69 gagal bekerja, maka fuse 68 bekerja memutuskan gangguan pada detik ke 1224 ms. Recloser 3 akan membuka pada waktu ke 270058 ms dan akan menutup kembali Universitas Sumatera Utara 106 dengan operasi kedua TCC2 Fasa pada waktu ke 349417 ms apabila fuse 68 gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Fasa, maka recloser 3 akan membuka secara tetap Lock Out. Setelan operation to lock out dari recloser 3 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 3 melewati operasi kedua TCC2 Fasa arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out. Gambar 4.60 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3 pada jaringan distribusi yang tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.61 dan Gambar 4.62 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 769. a b Gambar 4.60 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation Universitas Sumatera Utara 107 a b Gambar 4.61 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan a b Gambar 4.62 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 Universitas Sumatera Utara 108 Berdasarkan Gambar 4.59 a diperoleh waktu pemutusan maksimum fuse 69 adalah 753 ms dan waktu lebur minimum dari fuse 68 adalah 1005 ms, maka rasio waktu dari koordinasi kedua fuse tersebut adalah 753 1005 x 100 = 74,9 Hasil perhitungan dari rasio waktu diatas menunjukkan bahwa rasio koordinasi fuse 68 dan fuse 69 tidak melewati batas yang telah ditetapkan oleh PT. PLN melalui standar PLN No. 64 tahun 1985 yaitu 75, sehingga operasi koordinasi dari fuse 68 dan fuse 69 dapat diterima. Gambar 4.63 menunjukkan kurva karakteristik dari fuse 68 yang memiliki arus pengenal 80 A. Pada gambar tersebut terlihat bahwa fuse 68 akan bekerja dengan rentang arus dari 191,4 A sampai 10000 A, dengan rentang seperti itu maka saat setiap gangguan yang terjadi pada daerah yang dilindungi oleh fuse 68 dengan besar arus di luar rentang yang proteksi, maka fuse 68 tidak akan bekerja. Pada saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 774 dan Bus 769 pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG dan gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 769 pada jaringan distribusi terhubung dengan PLTmH Tonduhan, fuse 68 tidak bekerja. Hal ini dikarenakan besar arus gangguan yang terjadi pada kondisi – kondisi tersebut dibawah nilai 191,4 A. Universitas Sumatera Utara 109 Gambar 4.63 Kurva Karakteristik Arus – Waktu Fuse 68 Perubahan setelan arus, waktu, dan kurva karakteristik arus – waktu dari recloser 3 serta rating fuse 68 dan fuse 69 mengakibatkan koordinasi dari recloser 3, fuse 68, dan fuse 69 bekerja dengan baik pada jaringan distribusi saat tidak terhubung dengan Distributed Generation maupun terhubung dengan Distributed Generation. Lampiran P menunjukkan tabel – tabel perbandingan dari koordinasi eksisting dan hasil studi koordinasi pada titik uji Bus 769. Lampiran O menunjukkan bahwa semua jenis gangguan meliputi gangguan 1 fasa ke tanah, fasa ke fasa, 3 fasa dan fasa ke fasa ke tanah yang terjadi pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan DG maupun tidak terhubung dengan DG, koordinasi fuse dan recloser tetap berjalan dengan baik dikarenakan besar arus gangguan – gangguan tersebut berada diantara arus gangguan minimum dan maksimum yang menjadi batas atas dan batas bawah bagi kurva arus – waktu koordinasi fuse dan recloser, tetapi bila terdapat penambahan DG yang baru pada penyulang PM.6 maka perlu dilakukan analisis kembali terhadap gangguan maksimum apakah Universitas Sumatera Utara 110 koordinasi yang telah dilakukan masih berlaku atau tidak dalam mengamankan gangguan.

4.3.7 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 4

Dokumen yang terkait

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

1 7 161

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

1 6 2

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 14

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 1

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 3

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 41

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 56

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 69