Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 3

96 22 bekerja dengan baik pada jaringan distribusi saat tidak terhubung dengan Distributed Generation maupun terhubung dengan Distributed Generation. Lampiran L menunjukkan tabel – tabel perbandingan dari koordinasi eksisting dan hasil studi koordinasi pada titik uji Bus 577. Lampiran K menunjukkan bahwa semua jenis gangguan meliputi gangguan 1 fasa ke tanah, fasa ke fasa, 3 fasa dan fasa ke fasa ke tanah yang terjadi pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan DG maupun tidak terhubung dengan DG, koordinasi fuse dan recloser tetap berjalan dengan baik dikarenakan besar arus gangguan – gangguan tersebut berada diantara arus gangguan minimum dan maksimum yang menjadi batas atas dan batas bawah bagi kurva arus – waktu koordinasi fuse dan recloser, tetapi bila terdapat penambahan DG yang baru pada penyulang PM.6 maka perlu dilakukan analisis kembali terhadap gangguan maksimum apakah koordinasi yang telah dilakukan masih berlaku atau tidak dalam mengamankan gangguan. Apabila pada daerah yang dilindungi oleh recloser 2 akan ditambah fuse di bus tertentu sehingga menimbulkan koordinasi antara fuse pengaman cabang, maka nilai multiplier kurva TCC2 dari recloser 2 harus berubah tergantung dengan jenis nilai arus pengenal serta tipe fuse yang akan dikoordinasikan dengan fuse yang sudah ada fuse 40T sehingga koordinasi dari recloser 2 dengan seluruh fuse yang berkoordinasi dengan recloser 2 tetap terjaga.

4.3.5 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 3

Pada Lampiran A dapat dilihat bahwa recloser 3 berkoordinasi dengan 12 fuse yaitu fuse 64, fuse 65, fuse 66, fuse 67, fuse 68, fuse 69, fuse 70, fuse 71, fuse 72, fuse 73, fuse 74, dan fuse 75 dalam mengamankan gangguan di sepanjang Universitas Sumatera Utara 97 jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 3. Pada daerah tersebut juga terdapat koordinasi antara fuse pengaman cabang yaitu koordinasi antara fuse 68 dengan fuse 69, fuse 70 dengan fuse 68 dan fuse 69, fuse 71 dengan fuse 68 dan fuse 69, fuse 72 dengan fuse 73, oleh karena itu standar pemilihan rating fuse tidak hanya mempertimbangkan koordinasi dengan recloser 3 tetapi juga mempertimbangkan koordinasi antara fuse pengaman cabang. Setelan jumlah operasi pada recloser 3 adalah 2 operasi yaitu 1 operasi pemutusan segera TCC1 dan 1 operasi pemutusan tunda TCC2 sehingga perlu dilakukan pemilihan setelan waktu setiap pemindahan operasi kerja yang satu dengan yang lainnya. Berikut adalah langkah – langkah studi koordinasi seluruh fuse yang berkoordinasi dengan recloser 3 : 1. Simulasi pada software ETAP menunjukkan bahwa gangguan 3 fasa pada Bus 724 saat jaringan distribusi terhubung dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2 merupakan gangguan maksimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 1246 A sedangkan gangguan 1 fasa ke tanah pada Bus 860 saat jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG merupakan arus gangguan minimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 143 A. 2. Arus beban maksimum yang melewati recloser 3 adalah sebesar 38,2 A, maka setelan arus recloser 3 adalah Setelan Arus Fasa = 200 x 38,2 = 76,4 A ~76 A Setelan Arus Tanah = 38,2 A ~ 38 A Pemilihan setelan arus fasa dan tanah adalah sebesar 76 A dan 38 A dikarenakan setelan arus pada recloser 3 tidak menyediakan fasilitas bilangan pecahan. Universitas Sumatera Utara 98 3. Kurva TCC1 yang dipilih adalah Kurva Kyle 102. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu pemutusan operasi yang singkat dalam rentang arus terpanjang dibandingkan kurva lainnya. Supaya gangguan tanah diamankan oleh elemen proteksi arus tanah dari recloser 3, maka kurva TCC1 dari setelan arus tanah dikali dengan faktor pengali sebesar 0,1. Karakteristik arus – waktu dari semua jenis kurva yang disediakan oleh Recloser Kyle Form 6 pada penyulang PM.6 dapat dilihat pada Lampiran D. 4. Pada daerah yang dilindungi oleh recloser 3 digunakan fuse tipe T dengan arus pengenal 40 A untuk fuse 64, fuse 65, fuse 67, fuse 70, fuse 71, fuse 73, fuse 74, dan fuse 75. Fuse 69 dan fuse 72 dipilih dengan arus pengenal 65 A dikarenakan masing - masing fuse tersebut berkoordinasi 1 fuse untuk setiap koordinasinya. Fuse 68 dipilih dengan arus pengenal 80 A dikarenakan fuse 68 pada setiap koordinasi, berkoordinasi dengan 2 fuse. Pemilihan fuse dengan arus pengenal tersebut dikarenakan dengan arus gangguan minimum 143 A dan arus gangguan maksimum sebesar 1246 A, waktu pemutusan dari masing – masing fuse lebih lama dibandingkan dengan operasi pemutusan segera TCC1 dari recloser 3. 5. Kurva TCC2 yang dipilih adalah Kurva IEC INV. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu operasi pemutusan terlama dibandingkan kurva lainnya, tetapi pada daerah recloser 3, waktu operasi pemutusan kurva ini harus dikalikan dengan faktor pengali multiplier dikarenakan saat terjadi gangguan minimum pada Bus 860 sebesar 143 A, fuse 75 memutuskan gangguan dengan waktu 11,2 detik dan juga saat Universitas Sumatera Utara 99 terjadi gangguan 1 fasa ke tanah pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG sebesar 154 A pada Bus 774, fuse 71 dan fuse 69 memutuskan gangguan dengan waktu 8,1 detik dan 268,5 detik sedangkan bila kurva ini tidak dikalikan dengan faktor pengali, maka operasi TCC2 akan melakukan pemutusan dengan waktu 5 detik pada gangguan di Bus 774 dan 5,3 detik pada gangguan di Bus 860. Dengan operasi seperti itu maka fuse tidak akan melakukan operasi pemutusan setelah operasi TCC1 melakukan pemutusan sehingga mengakibatkan rusaknya koordinasi recloser 2, fuse 68, fuse 69, dan fuse 71 dimana urutan operasi kinerja tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.51 a dan Gambar 4.51 b dan juga rusaknya koordinasi recloser 3 dengan fuse 75 dimana urutan operasi kinerja tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.52 a dan Gambar 4.52 b. a b Gambar 4.51 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69, Fuse 71 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 774 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung dengan DG Sebelum Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali Universitas Sumatera Utara 100 a b Gambar 4.52 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 75 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 3 Sebelum Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali Dengan perkalian faktor pengali sebesar 25 pada kurva TCC2 dan setelan waktu pada selang waktu penutupan recloser 3 dari operasi pertama TCC1 menuju operasi kedua TCC2 sebesar 270 detik, maka koordinasi tidak mengalami kerusakan. Gambar 4.53 a dan Gambar 4.53 b menunjukkan urutan koordinasi saat gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 774 terjadi pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG setelah Kurva TCC2 dikali faktor pengali. Gambar 4.54 a dan Gambar 4.54 b menunjukkan urutan koordinasi saat gangguan minimum setelah Kurva TCC2 dikali faktor pengali. Universitas Sumatera Utara 101 a b Gambar 4.53 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69, Fuse 71 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 774 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan DG Sesudah Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali a b Gambar 4.54 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 75 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 3 Setelah Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali Kurva karakteristik arus – waktu koordinasi fuse dan recloser yang dibatasi oleh gangguan minimum dan gangguan maksimum pada jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 3 dapat dilihat pada Lampiran O. Universitas Sumatera Utara 102

4.3.6 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 769

Dokumen yang terkait

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

1 7 161

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

1 6 2

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 14

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 1

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 3

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 41

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 56

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 69