Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 1

73 pemilihan dapat dilakukan dengan benar. Lampiran C menampilkan ukuran – ukuran arus pengenal dari fuse yang telah disediakan. 5. Pemilihan Kurva TCC2 Recloser Sebagai Operasi Pemutusan Tunda Delay Operasi pemutusan tunda recloser merupakan operasi pengaman cadangan untuk gangguan tetap bilamana fuse gagal bekerja untuk mengamankan gangguan, oleh karena itu waktu pemutusan gangguan dari kurva ini harus lebih lama daripada waktu clearing TCT dari fuse yang berkoordinasi dengan recloser.

4.3.1 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 1

Pada Lampiran A dapat dilihat bahwa recloser 1 berkoordinasi dengan 3 fuse yaitu fuse 10, fuse 12 dan fuse 13 dalam mengamankan gangguan di sepanjang jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 1. Pada daerah tersebut juga terdapat koordinasi antara fuse pengaman cabang yaitu koordinasi antara fuse 10 dengan fuse 13 dan fuse 10 dengan fuse 12, oleh karena itu standar pemilihan rating fuse tidak hanya mempertimbangkan koordinasi dengan recloser 1 tetapi juga mempertimbangkan koordinasi antara fuse pengaman cabang. Setelan jumlah operasi pada recloser 1 adalah 3 operasi yaitu 1 operasi pemutusan segera TCC1 dan 2 operasi pemutusan tunda TCC2 sehingga perlu dilakukan pemilihan setelan waktu setiap pemindahan operasi kerja yang satu dengan yang lainnya. Berikut adalah langkah – langkah studi koordinasi seluruh fuse yang berkoordinasi dengan recloser 1 : Universitas Sumatera Utara 74 1. Simulasi pada software ETAP menunjukkan bahwa gangguan 3 fasa pada Bus 143 saat jaringan distribusi terhubung dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2 merupakan gangguan maksimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 1405 A sedangkan gangguan 1 fasa ke tanah pada Bus 156 saat jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG merupakan arus gangguan minimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 219 A. 2. Arus beban maksimum yang melewati recloser 1 adalah sebesar 7,5 A, maka setelan arus recloser 1 adalah Setelan Arus Fasa = 200 x 7,5 = 15 A Setelan Arus Tanah = 7.5 A ~ 7 A Pemilihan setelan arus tanah adalah sebesar 7 A dikarenakan setelan arus pada recloser 1 tidak menyediakan fasilitas bilangan pecahan. 3. Kurva TCC1 yang dipilih adalah Kurva Kyle 102. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu pemutusan operasi yang singkat dalam rentang arus terpanjang dibandingkan kurva lainnya. Supaya gangguan tanah diamankan oleh elemen proteksi arus tanah dari recloser 1, maka kurva TCC1 dari setelan arus tanah dikali dengan faktor pengali sebesar 0,1. Karakteristik arus – waktu dari semua jenis kurva yang disediakan oleh Recloser Kyle Form 6 pada penyulang PM.6 dapat dilihat pada Lampiran D. 4. Pada daerah yang yang dilindungi oleh recloser 1 digunakan fuse tipe T dengan arus pengenal 50 A untuk fuse 12 dan fuse 13. Fuse 10 dipilih dengan arus pengenal 80 A dikarenakan fuse 10 berkoordinasi dengan 1 fuse untuk setiap koordinasi dengan fuse lain. Pemilihan fuse dengan arus Universitas Sumatera Utara 75 pengenal tersebut dikarenakan dengan arus gangguan minimum 235 A dan arus gangguan maksimum sebesar 1405 A, waktu pemutusan dari masing – masing fuse lebih lama dibandingkan dengan operasi pemutusan segera TCC1 dari recloser 1. 5. Kurva TCC2 yang dipilih adalah Kurva IEC INV. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu operasi pemutusan terlama dibandingkan kurva lainnya, tetapi pada daerah recloser 1, waktu operasi pemutusan kurva ini harus dikalikan dengan faktor pengali multiplier dikarenakan saat terjadi gangguan minimum pada Bus 156 sebesar 219 A, fuse 10 memutuskan gangguan dengan waktu 54 detik sedangkan bila kurva ini tidak dikalikan dengan faktor pengali, maka TCC2 akan melakukan pemutusan dengan waktu 2 detik. Dengan operasi seperti itu maka fuse tidak akan melakukan operasi pemutusan setelah operasi TCC1 melakukan pemutusan sehingga mengakibatkan rusaknya koordinasi fuse 10, fuse 12, dan recloser 1. Gambar 4.31 a dan Gambar 4.31 b menunjukkan urutan operasi kinerja tersebut. Universitas Sumatera Utara 76 a b Gambar 4.31 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 1 Sebelum Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali Dengan perkalian faktor pengali sebesar 25 pada kurva TCC2 dan setelan waktu pada selang waktu penutupan recloser 1 dari operasi pertama TCC1 menuju operasi kedua TCC2 sebesar 54 detik, maka koordinasi tidak mengalami kerusakan. Setelan waktu pada selang penutupan recloser 1 dari operasi kedua TCC2 menuju operasi ketiga TCC2 dapat dipilih dengan nilai berapa pun, tergantung dengan kebutuhan dikarenakan operasi ketiga ini tidak dipengaruhi oleh operasi pemutusan dari fuse. Setelan waktu ini dipilih penulis sebesar 5 detik. Kurva karakteristik arus – waktu koordinasi fuse dan recloser yang dibatasi oleh gangguan minimum dan gangguan maksimum pada jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 1 dapat dilihat pada Lampiran G. Gambar 4.32 a dan Gambar 4.32 b menunjukkan urutan kinerja dan kurva karakteristik dari Universitas Sumatera Utara 77 koordinasi fuse 10, fuse 12, dan recloser 1 setelah kurva TCC2 dikali dengan faktor pengali sebesar 25. a b Gambar 4.32 a Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan b Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 1 Setelah Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali

4.3.2 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 143

Dokumen yang terkait

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

1 7 161

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 25

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

1 6 2

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 14

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 1

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 3

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 41

Studi Regulasi Tegangan Menggunakan Step Voltage Regulator pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terhubung dengan Distributed Generation

0 0 56

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

0 0 69