commit to user 13
perundang-undangan yang mengatur bagaimana pemerintah harus mengelola dan mempertanggungjawabkan keuangan negara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menjelaskan bahwa BPK merupakan lembaga negara yang
bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. BPK merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
3. Audit Expectation Gap
Salehi et al. 2009 menyatakan bahwa audit pada dasarnya mempercayai tugas pelaporan yang sebenarnya dalam laporan keuangan dan kebenarannya adalah
harapan pengguna informasi akuntansi. Bagaimanapun, auditor tidak mungkin membuktikan kebenaran dan kebenaran ini mungkin menyentuh sedikit dari
harapan pengguna. Defisit dalam efektivitas audit ini secara luas disebut sebagai audit expectation gap. Sebagian besar pengguna laporan keuangan
mempertimbangkan laporan auditor menjadi bukti yang sempurna. Maka harapan dari pengguna laporan keuangan terhadap auditor melebihi dari apa yang
seharusnya mereka lakukan. Expectation gap terjadi ketika ada perbedaan di antara apa yang diharapkan publik dari auditor dan apa auditor mampu
memberikannya. Salehi dan Rostami 2009 menambahkan bahwa banyak pemakai laporan
keuangan yang kurang memahami sifat dasar dari fungsi atestasi, terutama dalam
commit to user 14
konteks opini tidak memenuhi syarat. Beberapa pemakai laporan keuangan percaya bahwa opini tidak memenuhi syarat berarti bahwa entitas mempunyai
laporan keuangan yang dibuat dengan bukti atas kesalahan atau kegagalan. Beberapa pemakai laporan keuangan menyatakan bahwa auditor semestinya tidak
hanya menyediakan suatu opini audit, tetapi juga menginterpretasikan laporan keuangan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk mengambil
keputusan. Pemakai laporan keuangan mengharapkan auditor untuk melaksanakan
beberapa dari prosedur audit sementara melakukan fungsi atestasi seperti menyusup ke dalam skandal entitas, melakukan pengawasan manajemen dan
mendeteksi tindakan ilegal atau fraud pada bagian manajemen. Itu adalah harapan yang tinggi pada pihak pemakai laporan keuangan yang menciptakan
suatu gap antara auditor dan pemakai laporan keuangan. Para pemakai laporan keuangan juga menempatkan tanggung jawab untuk membatasi gap pada auditor
dan pihak lainnya melibatkan dalam menyiapkan dan mempresentasikan laporan keuangan Salehi dan Rostami, 2009.
Berbagai studi telah menetapkan keberadaan audit expectation gap. Istilah expectation gap biasanya digunakan untuk mendeskripsikan situasi dimana
terdapat perbedaan dalam harapan yang muncul di antara suatu kelompok dengan keahlian tertentu dengan suatu kelompok yang mana percaya terhadap
keahliannya. Persepsi publik dari suatu tanggung jawab auditor berbeda dengan profesinya dan perbedaan ini dikenal sebagai expectation gap Salehi dan
Rostami, 2009.
commit to user 15
Salehi et al. 2009 menyatakan bahwa salah satu dari diskusi pertama mengenai expectation gap pada laporan keuangan dilakukan oleh Liggio pada
tahun 1974. Profesi akuntan telah dikritik kualitas kinerja profesionalnya sejak akhir tahun 1960. Kritik tersebut dilakukan dengan alasan adanya kesediaan yang
lebih besar untuk memegang akuntabilitas lainnya khususnya profesionalitas untuk mengetahui kelakuan yang tidak benar dan expectation gap sebagai faktor
dari tingkatan kinerja yang diharapkan oleh akuntan independen dan pemakai laporan keuangan. Perbedaan di antara tingkatan kinerja yang diharapkan adalah
expectation gap. Salehi et al. 2009 menambahkan bahwa definisi expectation gap yang telah
didiskusikan Liggio pada tahun 1974 diperluas di dalam Komisi Cohen pada tahun 1978. Komisi Cohen mempertimbangkan apakah suatu gap mungkin
muncul di antara apa yang masyarakat harapkan atau butuhkan dan apakah auditor dapat dan pasti bijaksana dalam merealisasikannya. Mereka tidak
mempertimbangkan adanya kinerja di bawah standar. Hal tersebut merupakan pendapat bahwa gap yang memberikan permulaan untuk memberikan kritikan
auditor bahwa di antara apa yang masyarakat harapkan dan apakah mereka mendapatkannya dari mereka. Oleh karena itu selanjutnya gap lebih baik apabila
diberi judul “audit expectation performance gap” yang didefinisikan sebagai gap di antara harapan masyarakat dari auditor dan kinerja auditor yang disadari
masyarakat.
commit to user 16
Salehi et al. 2009 menyatakan bahwa berdasarkan definisi yang telah dikembangkan Komisi Cohen, diindikasikan bahwa gap mempunyai dua
komponen utama: a. gap antara apa yang diharapkan masyarakat dari auditor untuk dicapai dan
apakah mereka dapat mengharapkan akan dipenuhi secara layak oleh auditor yang ditunjuk gap kebijaksanaan; dan
b. gap antara apa yang masyarakat selayaknya harapkan dari auditor untuk dipenuhi dan apa yang auditor rasakan untuk dicapai yang ditunjuk gap
kinerja. Salehi dan Rostami 2009 menyatakan bahwa komponen-komponen dari audit
expectation gap dibagi lagi menjadi dua, yaitu: a. gap di antara yang layak diharapkan dari auditor dan auditor menampilkan
kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang; b. gap di antara standar kinerja auditor yang diharapkan auditor dan tugas-tugas
yang diharapkan dan dirasa oleh masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan Best et al. 2001 menemukan adanya
expectation gap yang sangat luas, terutama dalam hubungannya dengan tingkatan dan jenis tanggung jawab auditor. Expectation gap telah ditemukan terutama
pada isu tanggung jawab auditor untuk pencegahan dan pendeteksian fraud, dan tanggung jawab auditor untuk memelihara rekaman akuntansi dan melatih
pertimbangan dalam menyeleksi prosedur audit. Untuk jangkauan yang lebih luas, expectation gap juga ditemukan berkenaan
dengan tanggung jawab auditor untuk ketepatan pengendalian internal, derajat di
commit to user 17
mana laporan keuangan memberi suatu pandangan yang benar dan adil, persetujuan auditor dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan dan kegunaan laporan keuangan yang sudah diaudit dalam monitoring kinerja entitas Best et al., 2001.
Yuliati et al. 2007 menyatakan bahwa di Indonesia keberadaan expectation gap telah diteliti oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian Saifulah 2003 dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa akuntansi sebelum dan sesudah mendapatkan mata kuliah Auditing terhadap
tanggung jawab relatif auditor dan persiapan laporan keuangan, sedangkan tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan tidak terdapat perbedaan.
Mahasiswa akuntansi setelah mendapatkan mata kuliah Auditing mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh auditor tersebut andal.
Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa sebelum mendapatkan mata kuliah Auditing dengan mahasiswa setelah mendapatkan mata
kuliah Auditing. Tetapi ada beberapa persamaan persepsi mahasiswa terhadap tanggung jawab untuk mencegah kecurangan, mendeteksi kecurangan, dan
mendeteksi kecurangan kecil. Yuliati et al. 2007 menyatakan bahwa Marsono pada tahun 2004 menyelidiki
keberadaan expectation gap antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi dalam isu auditor dan proses audit dan kasus-kasus khusus.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi terhadap
expectation gap dalam isu auditor dan proses audit. Sedangkan untuk isu kasus-
commit to user 18
kasus khusus, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemakai laporan keuangan, auditor, dan mahasiswa akuntansi.
Yuliati et al. 2007 menyatakan bahwa dalam sektor publik, keberadaan expectation gap pernah diteliti oleh Nugroho pada tahun 2004. Penelitian tersebut
dilakukan untuk melihat adanya perbedaan persepsi antara auditor pemerintah dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah, antara pemakai laporan
audit sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah, antara pemakai laporan keuangan auditan pemerintah di daerah satu dengan daerah yang
lain. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor pemerintah dengan pemakai laporan keuangan auditan pemerintah
anggota DPRD, ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan auditan sektor swasta dengan pemakai laporan keuangan pemerintah, dan tidak
ada perbedaan persepsi antara pemakai laporan keuangan pemerintah di sektor pemerintahan daerah satu dengan pemakai laporan keuangan pemerintah daerah
lain, hal ini di karenakan tingkat pendidikan anggota DPRD satu daerah dengan daerah lain relatif sama.
Hasil penelitian Rusliyawati dan Halim 2008 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan
keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari sisi pelaporan. Hal ini menunjukkan eksistensi audit expectation gap di antara
pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat. Hasil pengujian hipotesis kedua dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan
commit to user 19
pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari akuntabilitas. Perbedaan ini menunjukkan eksistensi audit
expectation gap antara BPK dan pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil pengujian hipotesis 3a dalam penelitian Rusliyawati dan Halim 2008 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan
pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari independensi. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi
antara auditor BPK dan masyarakat. Hasil Pengujian hipotesis 3b dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan
pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari kompetensi. Perbedaan ini menunjukkan eksistensi audit
expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil Pengujian hipotesis 3e dalam penelitian Rusliyawati dan Halim 2008 terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan
keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dari sisi pendapat wajar. Perbedaan persepsi juga terjadi antara BPK dengan
masyarakat. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan pemerintah daerah. Hasil Pengujian hipotesis 3f terdapat perbedaan persepsi
antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah daerah dan masyarakat dilihat dari audit kinerja. Perbedaan
persepsi juga terjadi antara DPRD dengan masyarakat. Hal ini menunjukkan
commit to user 20
eksistensi expectation gap di antara pengguna laporan keuangan daerah. Perbedaan persepsi yang terbesar terjadi antara auditor BPK dan masyarakat.
Hasil penelitian Yuliati et al. 2007 berdasarkan analisis hipotesis menggunakan independent sample t-test, dapat diketahui bahwa terdapat
expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah. Auditor
pemerintah mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap peran dan tanggung jawabnya dibanding pemakai laporan keuangan pemerintah. Hasil pengujian per
faktornya menunjukkan bahwa: a. tidak terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah
dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada faktor mendeteksi dan melaporkan kecurangan;
b. tidak terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor
pemerintah pada faktor mempertahankan sikap independensi; c. terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan
auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah pada faktor mengkomunikasikan hasil audit;
d. terdapat expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah
pada faktor memperbaiki keefektivan audit. Auditor pemerintah mempunyai persepsi yang lebih baik daripada pemakai laporan keuangan pemerintah
untuk memperbaiki keefektivan audit.
commit to user 21
4. Peran Auditor