commit to user 74
keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah.
C. Pembahasan
Hasil pengujian data menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Kruskal-Wallis test membuktikan adanya audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK
dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran
auditor, independensi auditor dan pengetahuan audit. Hal ini bisa dilihat dari indikator masing-masing variabel yang menunjukkan nilai asymptotic
significance 0,05 sehingga semua hipotesis yang diajukan diterima. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan
masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran auditor. Hasil pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Sugiyarso 2009 yang menyimpulkan
bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah anggota DPRD, pemeriksa BawasdaInspektorat, anggota
Lembaga Swadaya Masyarakat pada variabel peran auditor. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK
bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan
commit to user 75
keuangan pemerintah daerah Tabel 17. Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal BPK
tidak bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas baik buruknya kinerja pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat
sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Tingginya expectation dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah terhadap peran auditor dibandingkan dengan expectation dari auditor pemerintah
BPK disebabkan pengguna laporan keuangan kurang memahami peran dari auditor pemerintah BPK, sedangkan auditor pemerintah BPK dalam
menjalankan perannya berpedoman pada standar yang telah ditetapkan dalam profesi audit. Auditor pemerintah BPK dalam menjalankan tugasnya
berpedoman pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dan Standar Profesional Akuntan Publik. Ikatan Akuntan Indonesia 2001 dalam Standar Profesional
Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 230 menyatakan bahwa auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan, karena pendapat auditor
atas laporan keuangan didasarkan pada konsep pemerolehan keyakinan memadai. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK
bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah
daerah Tabel 17. Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal BPK tidak
bertanggung jawab untuk mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian,
commit to user 76
sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK
dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Pendapat auditor BPK didukung dengan pernyataan Ikatan Akuntan Indonesia 2001 dalam Standar
Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 316 yang menegaskan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Manajemen harus bertanggung jawab untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Hasil pengujian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Best et al. 2001 yang menemukan adanya expectation gap yang sangat luas, terutama dalam hubungannya dengan tingkatan dan jenis tanggung jawab auditor.
Expectation gap telah ditemukan terutama pada isu tanggung jawab auditor untuk pencegahan dan pendeteksian fraud.
Expectation gap pada tanggung jawab mencegah kecurangan dan kesalahan pengujian sesuai dengan pernyataan Salehi et al. 2008 yang menyatakan bahwa
berdasarkan fakta, pihak ketiga menginginkan auditor eksternal dapat menjamin keakuratan dari rekening yang ditampilkan, maka dalam kondisi ini mereka
menginginkan bahwa tujuan dari audit adalah untuk mendeteksi kecurangan, mendeteksi kesalahan teknik, dan mendeteksi kesalahan yang prinsip. Pihak
ketiga mempunyai persepsi bahwa tanpa mendeteksi kecurangan maka tidak ada gunanya praktek audit, sedangkan profesi audit mempercayai tanggung jawabnya
terbatas untuk merencanakan audit. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK
bertanggung jawab untuk mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan
commit to user 77
pengujian baik yang material maupun tidak lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah Tabel 17.
Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa auditor eksternal BPK tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi seluruh kecurangan dan kesalahan pengujian baik yang material maupun tidak, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya.
Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Pendapat
auditor pemerintah BPK diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia 2001 dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 yang menyatakan
bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan yang tidak material terhadap laporan keuangan.
Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK harus melaporkan seluruh salah saji baik yang material maupun tidak yang
ditemukan dalam laporan audit lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah Tabel 17. Berdasarkan mean
rank pada pernyataan tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal BPK tidak bertanggung jawab untuk melaporkan seluruh salah
saji baik yang material maupun tidak yang ditemukan dalam laporan audit, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta tersebut
menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK
commit to user 78
dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Ikatan Akuntan Indonesia 2001 dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110
menyatakan bahwa auditor berperan dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab terhadap salah saji yang tidak
material. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK
bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah Tabel 17. Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal BPK tidak
bertanggung jawab terhadap kelemahan dalam struktur pengendalian pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Fakta
tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Ikatan Akuntan
Indonesia 2001 dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab memelihara
pengendalian intern, pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit.
Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK bertanggung jawab untuk menjagamengawasi catatan-catatan akuntansi
pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan
commit to user 79
keuangan pemerintah daerah Tabel 17. Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut terlihat bahwa auditor BPK berpendapat bahwa auditor eksternal BPK
tidak bertanggung jawab untuk menjagamengawasi catatan-catatan akuntansi pemerintah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya.
Fakta tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah.
Saifulah 2003 menyatakan bahwa pihak manajemen yang bertanggung jawab untuk memelihara catatan laporan keuangan bukan auditor. Eksistensi audit
expectation gap pada pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Best et al. 2001 yang menemukan adanya expectation gap pada tanggung jawab
auditor untuk memelihara rekaman akuntansi. Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa terdapat audit
expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan
masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi independensi auditor. Hasil pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Rusliyawati dan Halim
2008 yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara auditor BPK dengan pengguna laporan keuangan daerah yaitu anggota DPRD, pemerintah
daerah dan masyarakat dilihat dari independensi. Perbedaan persepsi tersebut menunjukkan eksistensi audit expectation gap di antara pengguna laporan
keuangan daerah. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK
independen terhadap pemerintah daerah eksekutif, auditor eksternal BPK
commit to user 80
independen terhadap pegawai negeri sipil, auditor eksternal BPK independen terhadap para politisi legislatif lebih besar dibandingkan dengan mean rank
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah Tabel 19. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK mempunyai standar
etika yang tinggi lebih besar dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah anggota DPRD dan pegawai DPPKAD, sedangkan
dengan masyarakat pembayar pajak daerah lebih rendah tetapi tidak berbeda jauh. Tingginya expectation dari auditor pemerintah BPK terhadap independensi
auditor dibandingkan dengan expectation dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah disebabkan keinginan auditor pemerintah BPK untuk
meningkatkan kualitas kinerja profesionalnya dengan cara meningkatkan independensinya. Hal ini didukung oleh Mulyadi dan Puradireja 1998 yang
menyatakan bahwa sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap
auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam entitas yang diauditnya. Auditor harus menghindari
keadaan-keadaan yang
dapat mengakibatkan
masyarakat meragukan
independensinya sehingga di samping harus benar-benar independen, auditor juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar
independen. Hasil dari penelitian ini diperkuat dengan pendapat Rusliyawati dan Halim 2008 yang menyatakan bahwa independensi auditor harus dilindungi dari
pengaruh kelompok pemerintah pusatdaerah, status sebagai pegawai negeri sipil dan politisi.
commit to user 81
Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah yang diwakili anggota DPRD, pegawai DPPKAD, dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi pengetahuan audit. Hasil
pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan penelitian Sugiyarso 2009 yang menyimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor BPK dan
pengguna laporan
keuangan pemerintah
anggota DPRD,
pemeriksa BawasdaInspektorat, anggota Lembaga Swadaya Masyarakat pada variabel
pengetahuan audit. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK
mempunyai tanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah Tabel 21. Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah BPK bahwa auditor eksternal
BPK tidak bertanggung jawab untuk membuat laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Ikatan Akuntan Indonesia 2001
dalam Standar Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 menambahkan bahwa auditor tidak bertanggung jawab terhadap laporan
keuangan, tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
commit to user 82
Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK harus memperhatikan setiap transaksi di pemerintah daerah, mereka tidak boleh
menggunakan sampel dalam melaksanakan suatu audit lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah Tabel 21.
Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah BPK bahwa auditor eksternal BPK menggunakan sampel
dalam melaksanakan suatu audit, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Messier 2005 mendukung pernyataan auditor pemerintah BPK bahwa auditor
menggunakan pendekatan sampel untuk memeriksa transaksi. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan laporan keuangan
pemerintah daerah yang telah diaudit harus dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah Tabel 21. Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut terlihat pendapat auditor pemerintah BPK bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah yang telah diaudit tidak dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Perbedaan persepsi tersebut disebabkan
kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, laporan keuangan pelaksanaan APBD
commit to user 83
disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 3 tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK diselesaikan
selambat-lambatnya 2 dua bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah, sehingga laporan keuangan pemerintah daerah yang telah
diaudit tidak dapat diterbitkan setiap tiga bulan sekali. Mean rank anggota DPRD pada pernyataan nilai aktiva yang terdapat dalam
neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnyanilai pasar aktiva tersebut lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah lainnya, sedangkan auditor BPK lebih tinggi Tabel 21. Auditor pemerintah BPK berpendapat bahwa nilai aktiva yang terdapat dalam
neraca pemerintah daerah merupakan nilai sebenarnyanilai pasar aktiva, sedangkan responden dari anggota DPRD tingkat keyakinannya terhadap
pernyataan tersebut lebih rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit
expectation gap. Perbedaan persepsi tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah anggota DPRD.
Pendapat mengenai aktiva tetap ditegaskan oleh Bastian 2007 yang menyatakan bahwa aktiva tetap dilaporkan di neraca pada harga pokok atau nilai pasar yang
paling tepat. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan laporan kinerja non
keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit harus termasuk dalam laporan tahunan pemerintah daerah lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna
laporan keuangan pemerintah daerah Tabel 21. Berdasarkan mean rank pada
commit to user 84
pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor BPK bahwa laporan kinerja non keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit tidak harus termasuk
dalam laporan tahunan pemerintah daerah, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Bastian 2007 menyatakan bahwa audit kinerja merupakan pelengkap audit
keuangan dan kepatuhan. Hasil audit harus disampaikan dalam bentuk laporan audit kepada manajemen. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: KEP134BL2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik menegaskan bahwa
laporan tahunan harus memuat
penilaian terhadap kinerja
direksi
mengenai pengelolaan perusahaan
. Keputusan tersebut tidak menekankan ketentuan untuk memuat laporan kinerja non keuangan yang telah diaudit dalam laporan tahunan.
Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan auditor eksternal BPK harus menyelesaikan penugasan audit tanpa menggunakanmelihat hasil kerja
auditor lain dan para ahli lebih kecil dibandingkan dengan mean rank pengguna laporan keuangan pemerintah daerah Tabel 21. Berdasarkan mean rank pada
pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah BPK bahwa auditor eksternal BPK harus menyelesaikan penugasan audit dengan
menggunakanmelihat hasil kerja auditor lain dan para ahli, sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat menimbulkan audit expectation gap. Ikatan Akuntan Indonesia 2001 dalam Standar
commit to user 85
Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 310 menyatakan bahwa auditor dapat membuat pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor
intern jika diperlukan dan membuat pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu. Pandangan auditor pemerintah BPK mengenai pernyataan auditor
eksternal BPK
harus menyelesaikan
penugasan audit
dengan menggunakanmelihat hasil kerja auditor lain dan para ahli berpedoman pada
Standar Auditing Seksi 315 yang menegaskan perlunya permintaan keterangan kepada auditor pendahulu. Review yang dilakukan oleh auditor pengganti
terhadap kertas kerja auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan
konsistensi prinsip akuntansi. Mean rank auditor pemerintah BPK pada pernyataan pengguna laporan
keuangan auditan pemerintah daerah dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji lebih kecil dibandingkan dengan mean rank
pengguna laporan keuangan pemerintah daerah Tabel 21. Berdasarkan mean rank pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendapat auditor pemerintah
BPK bahwa pengguna laporan keuangan auditan pemerintah daerah tidak dapat memiliki keyakinan absolut bahwa laporan tidak mengandung salah saji,
sedangkan pengguna laporan keuangan berpendapat sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi dalam pengetahuan audit yang dapat
menimbulkan audit expectation gap. Pendapat dari auditor BPK berdasarkan pada fakta yang ditegaskan Ikatan Akuntan Indonesia 2001 dalam Standar
Profesional Akuntan Publik-Standar Auditing Seksi 110 bahwa auditor berperan
commit to user 86
dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai,
namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terhadap indikator dalam variabel-
variabel penelitian terlihat bahwa kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menyebabkan eksistensi audit expectation
gap. Kurangnya pengetahuan audit dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah ditunjukkan pada sedikitnya responden yang memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi, pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di bidang auditing, frekuensi membacamenggunakan laporan hasil audit dan
kurangnya memahami istilah-istilah dalam audit yang ditunjukkan dalam terminologi umum. Expectation auditor pemerintah BPK yang lebih rendah
pada variabel peran auditor dan pengetahuan audit disebabkan adanya pengalaman dan pendidikan yang memadai di bidang audit sehingga mereka mempunyai
pengetahuan yang memadai. Masyarakat pembayar pajak daerah dan anggota DPRD rata-rata memiliki mean rank yang tertinggi di antara pengguna laporan
keuangan pemerintah daerah lainnya. Mean rank yang tinggi disebabkan kurangnya pengetahuan dari masyarakat pembayar pajak daerah dan anggota
DPRD yang bisa dilihat dari tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja di bidang akuntansi, pengalaman kerja di bidang auditing,
commit to user 87
frekuensi membacamenggunakan laporan hasil audit, dan kurangnya memahami istilah-istilah dalam audit yang ditunjukkan dalam terminologi umum.
Pentingnya pengetahuan dari pengguna laporan keuangan pemerintah daerah ditegaskan oleh Koh dan Woo 1998 yang menyatakan bahwa pengetahuan dari
pengguna laporan keuangan mempengaruhi besarnya audit expectation gap. Pengguna laporan keuangan yang lebih berpengetahuan menempatkan tanggung
jawab yang lebih rendah dibandingkan pengguna laporan keuangan yang kurang berpengetahuan, mengindikasikan bahwa gap yang lebih besar muncul di antara
auditor dan pengguna laporan keuangan yang kurang berpengalaman.
commit to user 88
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD, pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi peran
auditor. Hasil pengujian terhadap hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD,
pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi independensi auditor.
Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat audit expectation gap antara auditor pemerintah
BPK dan pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu anggota DPRD, pegawai DPPKAD dan masyarakat pembayar pajak daerah dilihat dari sisi
pengetahuan audit. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terhadap indikator dalam variabel-
variabel penelitian terlihat bahwa kurangnya pengetahuan audit dari pengguna