masing. Kedisiplinan santri kalong nglaju dapat dilihat dari bagaimana disiplin dalam masuk kelas, disiplin berlajar, disiplin waktu shalat, disiplin santri
berpakaian dan lain sebagainya.
B. Tata Tertib Santri
Tata Tertib Santri merupakan bagian dari administrasi dan manajemen pesantren. Penegakan tata tertib santri memiliki misi untuk membentuk santri
agar menjadi manusia yang disiplin berakhlak mulia. Dalam kepastiannya sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial, sehingga ketaatan dan
kedisiplinan itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan mewarnai dalam kehidupanya.
Tata Tertib Santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas di buat dengan tujuan memberikan pembelajaran kepada para santri untuk menjadi
manusia yang berdisiplin sehingga akan memiliki perilaku mulia. Tata Tertib Santri Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas memuat aturan-aturan dari
ketentuan umum, ibadah, akhlak, kegiatan, pelanggaran sampai dengan sanksi sebagaimana terdapat dalam lampiran penelitian ini.
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kedisiplinan Santri Kalong nglaju
Kedisiplinan santri kalong nglaju di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menjadi sangat berarti bagi kemajuan madrasah itu sendiri. Dimana
madrasah yang tertib dan disiplin akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya madrasah yang tidak tertib kondisinya dan tidak ada
kedisiplinan tentu akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah.
Menciptakan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas khususnya pada diri santri kalong nglaju diperlukan kerja keras dan
kerjasama yang baik dari tiga unsur, yakni; madrasah, orang tuawali dan santri kalong nglaju itu sendiri. Madrasah dalam hal ini asatiz memiliki peran yang
sangat penting untuk ikut menciptakan kedisiplinan. Seorang asatiz yang rajin dan disiplin akan menjadi panutan para santri. Orang tua mempunyai tugas
memantau dan mengarahkan santrinya dirumah untuk membiasakan disiplin, seperti; waktu belajar, waktu shalat, waktunya bermain, dan lain-lain.
Hasil dari pengamatan dan interview dari waka kesantrian serta beberapa unsur lain yang terkait dengan masalah kedisiplinan santri kalong nglaju di
Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kedisiplinan santri kalong nglaju, sebagai
berikut: 1. Faktor Internal
a. Disiplin Masuk Kelas Disiplin masuk kelas merupakan suatu ukuran empiris yang bisa
diamati dan dinilai dengan baik. Kelas adalah sarana belajar santri untuk mendapatkan pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan wawancara
dengan bapak Purwanto, S.Pd.I pada tanggal 14 Juni 2016, bahwa meskipun intensitasnya tidak terlalu sering, tetapi selalu ada santri kalong
nglaju Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas baik itu dari santri Madrasah Tsanawiyah PPPI Miftahussalam Banyumas maupun dari santri
Madrasah Aliyah PPPI Miftahussalam Banyumas yang terlambat masuk kelas pada jam pertama pelajaran. Sehingga mereka yang terlambat
dikenakan sanksi menghafal surat Al- Qur‟an yang ditentukan oleh
asatizustadzat yang mengajar jam pertama saat itu. Adapun faktor yang melatar-belakangi mengapa terlambat pada jam pertama pelajaran adalah:
Pertama, tempat tinggal santri kalong nglaju jauh dari madrasah. Kedua, naik kendaraan atau bis macet dijalan karena padat arus kendaraan. Ketiga,
mengulur-ulur waktu karena tidak suka dengan pelajaran jam pertama terutama yang merasa belum mengerjakan tugas pekerjaan rumah PR.
Namun apapun alasannya, santri kalong nglaju yang melanggar disiplin tata tertib tetap diberi sanksi. Meski terkesan ringan, tetapi pada akhirnya
memacu santri yang lain untuk tepat disiplin masuk kelas.
122
b. Disiplin Belajar Hasil observasi di lapangan pada tanggal 14 Juni 2016, peneliti
mengamati santri saat Kegiatan Belajar Mengajar KBM berlangsung dikelas, ada beberapa santri yang tidur dikelas dan ngobrol sendiri pada
saat asatiz masih menerangkan pelajaran. Hal ini menunjukan bahwa santri masih ada yang belum disiplin dalam hal belajar, terutama pada saat
pembelajaran di kelas.
122
Wawancara dengan Bapak Purwanto, S.Pd.I, Guru Kelas VIII D Banyumas, 14 Juni 2016
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Purwanto, S.Pd. I guru kelas pada tanggal 14 Juni 2016 pukul 10.30 WIB di kantor asatiz, bahwa
disiplin belajar santri di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas masih sangatlah lemah
123
. Faktor yang menjadikan santri kurang disiplin dalam belajar adalah; 1 Belum menyadarai akan pentingnya belajar, 2
Banyaknya bermain sehingga lupa belajar, 3 Tidak adanya kemauan untuk belajar.
c. Disiplin Waktu Shalat Shalat lima waktu berjamaah di Pondok Pesantren Miftahussalam
Banyumas bagi para santri, asatiz serta karyawan menjadi suatu keharusan. Pelaksanaan shalat lima waktu berjamaah di masjid dilakukan oleh seluruh
santri putra juga asatiz dan karyawan. Sedangkan santri putri hanya waktu shalat dhuhur saja yang tidak berjamaah di masjid, sementara santri kalong
nglaju hanya bisa mengikuti shalat berjamaah di masjid Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas pada waktu shalat dhuhur ketika
masuk madrasah. Pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 11.50 WIB peneliti menjumpai
beberapa santri kalong nglaju masih pada ngobrol di kelas, padahal adzan dhuhur sudah berkumandang, tetapi tidak segera ambil air wudhu.
Saat itu juga peneliti bersama waka kesantrian mengingatkan dan menegur para santri kalong nglaju itu untuk segera berwudhu dan segera masuk
123
Wawancara dengan Bapak Purwanto, S.Pd.I, Guru Kelas VIII D Banyumas, 14 Juni 2016
masjid. Disiplin waktu shalat di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas menjadi sebuah pembelajaran yang baik khususnya bagi santri
kalong nglaju. e. Disiplin Berpakaian
Disiplin berpakaian rapih dan sopan sesuai aturan yang telah ditentukan di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas mencerminkan
sikap seorang muslim yang senantiasa menjaga keindahan dan kerapian, yang diharapkan oleh semua pihak kelak menjadi tokoh dan panutan
masyarakat sekitarnya. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dalam hal disiplin
berpakaian sudah memberikan aturan berseragam santri, yakni: hari senin dan selasa berseragam biru putih untuk MTs dan abu-abu putih untuk MA,
hari rabu dan kamis berseragam batik identitas pesantren, sedangkan hari jum‟at dan sabtu berseragam pramuka.
Namun demikian pelanggaran disiplin berpakaian para santri kalong nglaju Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas masih juga ditemui,
seperti; bajunya tidak dimasukan khususnya santri putra, tidak memakai atribut topi dan dasi saat upacara bendera, pakaian yang belum lengkap
atributlogo madrasah, bahkan ada juga santri kalong nglaju putra yang memakai celana pencil ketat tidak sesuai ketentuan standar.
Madrasah dalam hal ini waka kesantrian sudah berupaya memberikan dan menyediakan perlengkapan atribut santri serta sudah memberikan nasehat
kepada seluruh santri perihal disiplin berpakaian, bahkan memberikan sanksihukuman bagi santri yang melanggar, namun demikian masih ada
juga yang belum disiplin dalam berpakaian. Disiplin berpakaian di madrasah merupakan salah satu hal penting
bagi nama baik madrasah tersebut. Jadi apabila santridisiplin dalam berpakaian dan sesuai dengan aturan seragam yang telah ditetapkan oleh
madrasah, maka itu berpengaruh baik pada nama lembaga madrasah tersebut.
Pakaian seragam yang digunakan santri sangat penting untuk digunakan sebagai identitas bahwa dia merupakan santri pelajar.
Kewajiban untuk berseragam yaitu untuk mendidik santri agar dapat menerapkan kedisiplinan dalam kesehariannya. Dengan berseragam pun
santri diajarkan untuk menerapkan bahwa semua santri yang berseragam itu setara atau sejajar, agar tidak terjadi perbedaan saat berseragam
madrasah melalui status sosial dalam masyarakat. Meskipun seseorang dapat memakai pakaian sesuai dengan
keinginannya, namun dalam hal-hal tertentu berpakaian juga harus diatur, lebih-lebih dalam lingkungan madrasah. Melatih santri untuk berseragam
adalah mendidik. Karena hal ini akan menciptakan jati diri santri yang bersih, peduli diri sendiri.
2. Faktor Eksternal a. Ketauladanan Asatiz
Asatizdi Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas berperan selain bertugas selaku pendidik juga sebagai model dalam internalisasi nilai-nilai
kedisiplinan terhadap para santri. Dalam hal ini asatiz harus memiliki kedisiplinan yang kuat supaya dapat menjadi teladan bagi para santri.
Beberapa hal yang menjadi contoh bagi para santri diantaranya: Pertama, kehadiran asatiz di Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas
sudah hadir di pesantren jam 07.00 WIB. Kedua, ketertiban pemakaian seragam asatiz yang sudah ditentukan oleh pesantren. Hari senin
berpakaian keki, hari selasa dan rabu berpakaian PSH Kemenag, hari kamis dan jum‟at berpakaian batik, sedangkan hari sabtu berpakaian pramuka.
b. Tata Tertib Santri Dalam pelaksanaan penegakkan tata tertib santri Pondok Pesantren
Miftahussalam Banyumas peneliti analisa, masih terus diupayakan terus menerus sebagai upaya membentuk manusia yang taat dan disiplin.
Pengenalan tata terib santri disosialisasikan pada santri ketika ada Masa Orientasi Santri MOS dengan wawasan wiyata mandalanya. Kemudian
pesantren dengan tegas memberi sanksi supaya ada efek jera. Upaya ini ternyata dapat membuktikan mengurangi bentuk penyimpangan sisiwa.
124
124
.Wawancara dengan Bapak Agus Priyanto Waka Kesiswaan tanggal 17 Juni 2016 di depan kantor asatiz Miftahussalam Banyumas.
Santri adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan santri adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing santri pada setiap aspek tidak selalu sama.
125
Proses kedisiplinan dapat dipengaruhi oleh perkembangan santri itu sendiri. Latar
belakang meliputi jenis kelamin santri, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi keluarga, dan lainnya. Sedangkan dilihat dari sifat
yang dimiliki santri meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Setiap santri memiliki kemampuan yang berbeda-beda yang dapat
dikelompokkan pada santri yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Santri yang berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh
motivasi yang tinggi, penuh perhatian, dan keseriusan dalam menerapkan kedisiplinan, dan lainnya. Sebaliknya, santri yang tergolong pada
kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi dan tidak adanya keseriusan dalam menerapkan kedisiplinan, termasuk tidak adanya
keseriusan dalam menyelesaikan tugas, dan lainnya. Penyebaran santri per-kelas telah dilakukan dengan proporsional
berdasarkan latar belakang sosial ekonomi keluarga, dan kemampuan dasar baik kemampuan tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai ijazah SD
atau SMP saat pertama masuk Pondok Pesantren Miftahussalam
125
Wina sanjaya. 2008. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Fajar Interpratam. h. 52
Banyumas.
126
Sehingga diharapkan dengan keragaman heteroginitas tersebut dapat menjadi faktor yang mendukung pelaksanaan kedisiplinan
yang menitikberatkan aspek humanisasi yang tidak membedakan manusia dari perbedaan latar belakang sosial ekonomi keluarga, etnis, kemampuan
intelektual, dan lainnya. c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dalam menunjang pelaksanaan kedisiplinan dapat dikategorikan
cukup memadai, seperti kondisi ruang kelas yang representatif dan penerangannya cukup baik, kamar kecil untuk santri cukup memadai dan
kondisinya juga baik, media pendidikan yang memadai, sumber belajar yang cukup lengkap, dan sarana ibadah yang representatif. Fasilitas-
fasilitas tersebut secara langsung maupun tidak langsung mendukung internalisasi kedisiplinan.
Sarana yang secara langsung mendukung internalisasi kedisiplinan adalah sarana ibadah. Dengan adanya sarana ibadah yang representatif,
santri dibiasakan untuk melaksanakan ibadah dengan baik, misalnya shalat dhuha dan shalat berjamaah. Hal ini menunjukkan bahwa sarana ibadah
tersebut secara langsung sangat mendukung proses internalisasi nilai-nilai kedisiplinan. Sedangkan sarana yang secara tidak langsung mendukung
internalisasi kedisiplinan di antaranya adalah kondisi lingkungan madrasah
126
Dokumen Kesekretariatan Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas
yang bersih, sumber belajar yang memadai maupun media pembelajaran yang lengkap.
Kelengkapan sarana dan prasarana tersebut akan membantu asatiz dalam menginternalisasikan kedisiplinan, dengan demikian sarana dan
prasarana merupakan komponen penting yang dapat memengaruhi penerapan kedisiplinan.
d. Lingkungan Peneliti menemukan faktor yang mendukung pelaksanaan kedisiplinan
dari dimensi lingkungan ada dua faktor, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.Faktor organisasi kelas yang di dalamnya
meliputi jumlah santri dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi penerapan kedisiplinan. Organisasi kelas yang terlalu
besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan kedisiplinan. Atau dengan kata lain bahwa jumlah anggota kelompok yang terlalu besar kurang
menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar yang baik. Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses
kedisiplinan adalah faktor iklim sosial-psikologis, yaitu keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses kedisiplinan. Termasuk
mendukung faktor iklim sosial-psikologis tersebut adalah adanya pesantren di lingkungan madrasah. Keberadaan pesantren tersebut sangat mendukung
kelancaran internalisasi nilai-nilai kedisiplinan, karana hal ini akan
membentuk karakter Islami, tidak saja dari segi kurikulum tetapi juga dari segi lingkungan sosial di madrasah.
Faktor iklim sosial-psikologis ini dapat terjadi secara internal maupun secara eksternal. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan
antara orang yang terlibat dalam lingkungan madrasah, misalnya antara santri dengan santri, antara santri dengan asatiz, antara asatiz dengan
asatiz, bahkan antara asatiz dengan pimpinan madrasah ataupun dengan pimpinan pesantren. Sedangkan iklim sosial-psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak madrasah dengan dunia luar, misalnya hubungan madrasah dengan orang tua santri, hubungan madrasah
dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lainnya sebagainya. Madrasah yang mempunyai hubungan baik secara internal, yang
ditunjukkan oleh kerjasama antar asatiz, saling menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim belajar menjadi sejuk dan tenang
sehingga akan berdampak pada motivasi belajar santri meningkat. Hal ini juga merupakan salah satu nilai kedisiplinan yang ditanamkan kepada
santri. Sebaliknya, santri hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi
psikologis santri dalam belajar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan