malaria terdapat kekebalan kongenital atau neonatal pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan kekebalan tinggi.
14
a.1.7. Pekerjaan Pekerjaan yang tidak menetap atau mobilitas yang tinggi berisiko lebih besar
terhadap penyakit malaria, seperti tugas-tugas dinas di daerah endemis untuk jangka waktu yang lama sampai bertahun-tahun misalnya petugas medis, petugas militer,
misionaris, pekerja tambang, dan lain-lain.
13
Pekerjaan sebagai buruh perkebunan yang datang dari daerah yang non endemis ke daerah yang endemiss belum
mempunyai kekebalan terhadap penyakit di daerah yang baru tersebut sehingga berisiko besar untuk menderita malaria. Begitu pula pekerja-pekerja yang
didatangkan dari daerah lain akan berisiko menderita malaria.
21
Menurut penelitian Dasril 2005 dengan desain penelitian case control penderita malaria kemungkinan 4 kali bekerja di luar rumah malam hari dibandingkan
dengan tidak penderita malaria.
20
a.1.8. Status gizi Seorang penderita malaria yang mengalami gizi buruk akan mempengaruhi
kerja farmakokinetik obat anti malaria seperti diare dan muntah menurunkan absorpsi obat. Selain itu, disfungsi hati menyebabkan metabolism obat menurun.
13
Anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak
bergizi buruk.
22
a.2. Host Definitive Nyamuk Anopheles
14
Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi kira-kira 2.000 spesies. Yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut pengamatan
Universitas Sumatera Utara
terakhir ditemukan 80 spesies Anopheles dan yang ditemukan sebagai vektor malaria adalah 15 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda.
Di Jawa dan Bali An. sundaicus dan An. aconitus merupakan vektor utama, sedangkan An. subpictus dan An. maculates merupakan vektor sekunder. An.
sundaicus dan An. subpictus banyak terdapat di daerah pantai, sedangkan An. aconitus dan An. maculates ditemukan di daerah pedalaman. Di Sumatera yang
ditemukan sebagai vektor penting adalah An. sundaicus, An. maculates, dan An. nigerrimus, sedangkan An. sinensis dan An. letifer merupakan vektor yang kurang
penting. Di Sulawesi, An. sundaicus, An. subpictus dan An. barbirostris merupakan
vektor penting, sedangkan An. sinensis, An. nigerrimus, An. umbrosus, An. flavirostris dan An. ludlowi merupakan vektor sekunder. Di Kalimantan yang
ditemukan sebagai vektor penting adalah An. balabacensis, sedangkan An. letifer merupakan vektor sekunder. Vektor utama di Irian Jaya adalah An. farauti, An.
punctuates, dan An. bancrofti, sedangkan An. karwari dan An. koliensis merupakan vektor sekunder. Di NTT yang pernah ditemukan sebagai vektor utama adalah An.
sundaicus, An. subpictus, dan An. barbirostris. Hanya nyamuk Anopheles betina yang bisa menularkan penyakit malaria pada
manusia. Kemampuan suatu spesies bertindak sebagai vektor untuk menularkan malaria ditentukan oleh : keberadaannya di dalam atau dekat kediaman manusia,
kesukaan akan darah manusia atau hewan, dan lingkungan yang menguntungkan untuk perkembangan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga Plasmodium
dapat menyelesaikan daur hidupnya.
11
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Barodj dkk 1999 menemukan nyamuk Anopheles subpictus lebih banyak ditemukan istirahat di dalam rumah 57,4 dibandingkan di luar rumah
43,6.
23
b. Agent Plasmodium