Cara Penularan Penyakit Malaria Komplikasi Malaria

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Malaria Malaria disebut juga dengan paludisme, demam intermitens, panas dingin, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai, dan “ague”. 10 Istilah malaria diambil dari Bahasa Italia Mal’aria. Mal yang artinya buruk dan aria yang artinya udara. 11 Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp betina. 12

2.2. Cara Penularan Penyakit Malaria

13 Proses penularan penyakit malaria dimulai pada saat nyamuk pembawa parasit malaria menggigit manusia sehat. Setelah itu, parasit mengalami perubahan bentuk dan masuk ke dalam saluran darah hingga masuk ke dalam jaringan hati. Parasit ini berkembang biak dengan cara melakukan pembelahan sel sehingga jumlah parasit dalam tubuh manusia akan berkembang dalam waktu yang cepat. Parasit tersebut selanjutnya akan tersebar dalam darah dan di luar darah. Dalam tubuh manusia, parasit mengalami berbagai perkembangan hingga menjadi bentuk siap kawin dan seterusnya berubah lagi menjadi bentuk yang siap dihisap oleh nyamuk. Bentuk ini yang akan ditularkan ke manusia lain melalui perantaraan nyamuk. Di dalam tubuh nyamuk, parasit mengalami perkembangan dan menghasilkan bentuk parasit yang siap ditularkan ke tubuh manusia. Apabila nyamuk Universitas Sumatera Utara pembawa parasit malaria tersebut tidak menggigit manusia sehat sepanjang hidupnya, penularan penyakit malaria tidak akan terjadi dan tingkat infeksi parasit tersebut akan menurun. Penyebaran penyakit malaria selain dilakukan dengan perantaraan nyamuk malaria, dapat pula dilakukan melalui transfusi darah atau suntikan. Apabila darah yang didonorkan kepada seseorang telah tercemar oleh parasit malaria, maka resipien darah tersebut telah tertular panyakit malaria. Selain itu, ibu hamil yang menderita malaria juga dapat menularkan penyakit malaria pada bayinya melalui plasenta secara kongenital. 14

2.3. Gejala Malaria

14 Penyakit Malaria ditandai dengan tiga gejala utama yaitu demam, pembengkakan limpa splenomegali, dan anemia. Sebelum timbul demam, gejala awal dimulai dengan mual, muntah, lesu, dan rasa nyeri pada kepala, serta terjadi penurunan selera makan.

2.3.1. Demam

Demam merupakan gejala paling awal yang diperlihatkan oleh penderita malaria. Demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah sporulasi. Serangan demam yang khas terdiri dari tiga tahap atau stadium, yaitu : a. Tahap Pertama Stadium Dingin Tahap pertama, penderita mengalami demam menggigil. Penderita merasa dingin dan bila diraba di pergelangan tangan denyut nadi terasa cepat, tetapi lemah. Universitas Sumatera Utara Bibir dan jari tangan tampak kebiru-biruan. Kulit kering dan pucat. Kadang-kadang disertai muntah dan bahkan kejang-kejang. Pada anak-anak proses kejang-kejang ini lebih sering dialami. Demam tahap ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam. b. Tahap Kedua Stadium Puncak Demam Pada tahap kedua dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Gejalanya: wajah merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras, dan selalu merasa haus. Suhu badan dapat mencapai 41 ℃. Demam stadium ini berlangsung selama 2-6 jam. c. Tahap Ketiga Stadium Berkeringat Tahap ketiga merupakan tahap demam berkeringat yang berlangsung selama 2-4 jam. Berkeringat banyak, suhu badan turun dengan cepat, dan penderita mulai dapat tidur. Penderita seolah-olah sudah sembuh.

2.3.2. Pembesaran Limpa Splenomegali

Penderita dapat mengalami pembengkakan limpa terutama pada penderita malaria yang sudah lama menahun. Limpa tersebut dapat menjadi keras dan mudah pecah. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti kemudian limpa berubah menjadi hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid.

2.3.3. Anemia

Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum Universitas Sumatera Utara dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat pada malaria menahun. Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa. Dalam hal ini, faktor autoimun memegang peranan. b. Reduced survival time yaitu eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup lama. c. Diseritropoesis yaitu gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.

2.4. Daur Hidup Plasmodium

10 Dalam daur hidupnya, plasmodium mempunyai dua hospes yaitu vertebrata dan nyamuk. Di dalam hospes vertebrata melangsungkan daur aseksual yang dikenal sebagai skizogoni, dan daur seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.

2.4.1. Skizogoni Daur Aseksual

Sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata manusia. Sporozoit dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati untuk memulai stadium ekso-eritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah. Dari sel hati, plasmodium kemudian keluar dengan bebas masuk ke dalam sel darah merah. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur ekso-eritrositik. Plasmodium yang keluar dari sel hati akan masuk ke sel darah merah disebut stadium pra-eritrositik. Universitas Sumatera Utara Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi sitoplasma tipis plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin dan ameboid adalah trozoit dalam sel darah merah tumbuh menjadi skizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah. Parasit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah kembali untuk mengulangi daur skizogoni. Merozoit yang masuk ke dalam sel darah merah baru kemudian membentuk gametosit untuk memasuki stadium seksual.

2.4.2. Sporogoni Daur Seksual

Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam nyamuk. Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit ditelan bersama. Berbeda dengan skizon, gametosit tidak dicernakan bersama sel-sel darah. Pada gamet betina makrogamet titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan dalam gamet jantan mikrogamet terbentuk beberapa filamen seperti cambuk sehingga mempunyai gerakan aktif. Sementara itu, makrogamet menjadi matang sebagai makrogemetosit. Perkembangan gametosit berlangsung dalam rongga perut nyamuk. Fertilisasi pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam 12-24 jam setelah nyamuk menghisap darah, zigot berubah menjadi bentuk seperti cacing yang disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk. Selanjutnya tumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat. Universitas Sumatera Utara Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit sehingga menyebabkan ookista pecah. Dengan pecahnya ookista, sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludah nyamuk. Jika nyamuk sedang menusuk kulit manusia, maka sporozoit masuk ke dalam darah dan jaringan bersama air ludah kemudian mulailah daur pra- eritrositik. Daur sporogoni di dalam nyamuk berlangsung tergantung dengan spesies. Pada suhu 28 ℃ adalah: 15 P. vivax = 8-10 hari P. malariae = 14-16 hari P. ovale = 12-14 hari P. falciparum = 9-10 hari. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Daur Hidup Plasmodium 16

2.5. Komplikasi Malaria

17 Malaria berat dan berkomplikasi disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum. Pasien dengan malaria berat dan berkomplikasi dapat ditemukan dalam keadaan gangguan kesadaran tetapi masih dapat dibangunkan, sangat lemah, dan ikterik kadar bilirubin darah 3 mg sehingga disebut malaria biliosa. Selain itu, dapat disertai dengan komplikasi : Universitas Sumatera Utara 2.5.1. Malaria serebral otak Pada malaria serebral terjadi koma, yaitu bila dalam waktu 30 menit penderita tidak memberikan respon motorik ataupun respon verbal. Keadaan ini berlangsung selama 30 menit. 2.5.2. Kejang umum Kejang timbul sekurang-kurangnya 2 kali dalam 24 jam. 2.5.3. Gagal Ginjal Yaitu kelainan urin output yang 400 ml24 jam pada orang dewasa dan 12 mkg berat badan24 jam pada anak. Kreatinin dalam serum meningkat 3 mgdl. 2.5.4. Hipoglikemia Konsentrasi gula darah pada penderita turun yaitu 40 mgdl. Hipoglikemia dapat juga sebagai akibat penggunaan obat kina yang merupakan life saving drug. 2.5.5. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Komplikasi ini menunjukkan tanda-tanda klinis dehidrasi, yaitu penurunan tekanan okular dan turgor kulit. 2.5.6. Edema paru. Petunjuk pertama edema paru yang akan terjadi adalah peningkatan frekuensi pernapasan, yang terjadi mendahului perkembangan tanda-tanda lain di dada. Keadaan ini dapat dilihat dengan radiografik. 2.5.7. Kolaps sirkulatorik dan syok. Yaitu suatu keadaan pasien memiliki tekanan darah sistolik 80 mm Hg pada posisi berbaring dan 50 mm Hg pada anak-anak. Disebut juga dengan malaria algid bila menyebabkan syok dan hipovolemik. Universitas Sumatera Utara 2.5.8. Perdarahan spontan pada gusi dan hidung. 2.5.9. Hiperpireksia hipertermia. Yaitu terjadi peningkatan suhu badan yang tinggi 42 ℃. 2.5.10. Hiperparasitemia. Merupakan keadaan dimana pasien penderita malaria falsiparum memiliki kepadatan parasit yang tinggi dalam darahnya 5 eritrosit dihinggapi parasit. 2.5.11. Hemoglobinuria malaria. Disebut juga dengan Black water fever yaitu urin berwarna kehitam-hitaman yang dikarenakan terjadinya hemolisis penghancuran sel darah merah yang banyak. 2.5.12. Anemia berat. Anemia sering terjadi pada malaria serebral. Tanda-tandanya yaitu kadar hemoglobin 5 gr atau hematokrit 15 Penting untuk diperhatikan bahwa manifestasi berat ini dapat berdiri sendiri, atau lebih sering dalam bentuk kombinasi pada pasien yang sama. Anak-anak dan orang dewasa yang non imun merupakan kelompok yang paling berisiko di daerah endemik.

2.6. Epidemiologi Penyakit Malaria