Karakteristik Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO

KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000152 VERARICA SILALAHI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO

KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000152 VERARICA SILALAHI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO

KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 061000152 VERARICA SILALAHI

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 25 Februari 2011 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19590818 198503 2 002 drh. Rasmaliah, M. Kes Penguji II Penguji III

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH

NIP : 19450817 197302 2 001 NIP : 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes

Medan, Februari 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP : 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

IR malaria Indonesia tahun 2009 sebesar 1,85%. API pada tahun 2008 sebesar 0,16‰. AMI Kabupaten Merangin pada tahun 2008 sebesar 27,40‰. Di RSD Kolonel Abundjani Bangko tahun 2009 tercatat 140 penderita malaria parasit positif yang dirawat inap.

Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko tahun 2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 140 data penderita.

Proporsi sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 21-30 tahun 23,8%, jenis kelamin laki-laki 61,9%, Agama Islam 98,3%, pekerjaan tidak bekerja /IRT 50%, dan tempat tinggal di wilayah Kabupaten Merangin 98,3%. Proporsi jenis parasit tertinggi adalah Plasmodium falciparum 86,5%. Gejala malaria tertinggi adalah demam 94,9%. Jenis komplikasi terbanyak adalah edema paru 47,8%. Lama rawatan rata-rata adalah 2,99 hari (3 hari). Kambuhan 3 kasus. Keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan 61,0%. Sumber biaya tertinggi adalah biaya sendiri 63,6%.

Tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi status anemia berdasarkan jenis parasit (p=0,659), status splenomegali berdasarkan jenis parasit (p=0,853), status komplikasi berdasarkan jenis parasit (p=0,297), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis parasit (p=0,414), lama rawatan rata-rata-rata-rata berdasarkan status komplikasi (p=0,346), dan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,716). Tidak dapat dilakukan uji statistik umur berdasarkan status komplikasi, jenis parasit berdasarkan keadaan sewaktu pulang, dan status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang karena ada frekuensi harapan <5.

Disarankan RSD Kolonel Abundjani Bangko memberikan penyuluhan tentang malaria kepada penderita malaria agar mendapatkan pengobatan yang adekuat.

Kata kunci : Karakteristik, Malaria, Parasit Positif, Rawat Inap

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(5)

ABSTRACT

IR malaria Indonesia in 2009 is 1,85%. API in 2008 is 0,16‰. AMI Merangin District in 2008 is 27,40‰. There are 140 malaria patients of parasites positive hospitalized in RSD Kolonel Abundjani Bangko in 2009.

To determine the characteristics of malaria patient of parasites positive hospitalized in RSD Kolonel Abundjani Bangko doing research with a descriptive case series design. The population and the sample is 140 malaria patient data.

Socio demographic highest proportion in the age group 21-30 years 23,8%, male 61,9%, Muslim 98,3%, unemployer/household 50%, and living in Merangin District 98,3%. The highest parasites species proportion is Plasmodium falciparum 86,5%. The highest malaria symptom is fever 23,2%. The highest complication types is pulmonary edema 47,8%. The average length of stay is 2,99 days (3 days).The relapses is three cases. The highest condition of patients after treatment is recovered 61,0%. The highest cost source is his own 63,6%.

There was no significant difference in the proportion of anemia status based on parasites species (p=0,659), splenomegali status based on parasites species (p=0,853), complication status based on parasites species (p=0,297), duration of treatment on average based on parasites species (p=0,414), duration of treatment on average based on complications status (p=0,346), and duration of treatment on average based on cost source (p=0,716). There is no statistical test can be done age based on status of complications, parasites species based on condition of patients after treatment, and complications status based on condition of patients after treatment with Chi Square because there are expected frequency <5.

RSD Kolonel Abundjani Bangko should give the illumination about malaria diseases to malaria patients for get the prompt treatment.

Keywords : Characteristics, Malaria, Parasites Positive, hospitalized

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Nama : Verarica Silalahi

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Muara Siau/ 2 Januari 1988 3. Agama : Kristen Protestan

4. Anak Ke : 2 dari 4 Bersaudara 5. Status Pernikahan : Belum menikah 6. Nama Ayah : P. Silalahi 7. Nama Ibu : E. Saragih

8. Alamat : Jl. Talang Kawo Kompleks Kebun Sayur Bangko 9. Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1993 – 2000 : SD No.3 Bangko III b. Tahun 2000 – 2003 : SLTP N 1 Bangko c. Tahun 2003 – 2006 : SMA N 1 Bangko

d. Tahun 2006 – 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Karakteristik Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU 3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Mantan Ketua Departemen

Epidemiologi FKM USU.

4. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik. 5. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M. Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi.

7. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medik RSD Kolonel Abundjani Bangko beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

8. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(8)

9. Orang tua yang tercinta, P. Silalahi dan E. Saragih yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan motivasi dalam mengikuti pendidikan.

10.Kakak serta adik-adik tersayang: Veronica Silalahi, Yati Ristria Silalahi, dan Boyke Silalahi yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sampai terselesainya skripsi ini.

11.Keluarga besar POMK FKM dan teman-teman sepelayanan Koordinasi dan TPP POMK FKM 2010 yang senantiasa memberikan dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.KTB Hosana (Kak Ade, Kak Decy, Asri, Icha, dan Sabeth), KK Fitri, Elita, Christna, Maria dan Sri yang memberikan perhatian, semangat, dan doa bagi penulis.

13.Teman-teman Peminatan Epidemiologi stambuk 2006 yang telah membantu penulis saat menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi dan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Februari 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Malaria ... 7

2.2. Cara Penularan Penyakit Malaria ... 7

2.3. Gejala Malaria ... 8

2.2.1. Demam ... 8

2.2.2. Pembesaran Limpa (Splenomegali) ... 9

2.2.3. Anemia ... 9

2.4. Daur Hidup Plasmodium ... 10

2.4.1. Skizogoni ... 10

2.4.2. Sporogoni ... 11

2.5. Komplikasi Malaria ... 13

2.6. Epidemiologi Penyakit Malaria ... 15

2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Malaria ... 15

2.6.2. Determinan Penyakit Malaria ... 17

2.7. Parameter Pengukuran Epidemiologi Malaria ... 26

2.8. Stratifikasi Daerah Malaria ... 28

2.8.1. Stratifikasi Berdasarkan Insidens Malaria ... 28

2.8.2. Stratifikasi Berdasarkan Prevalens Malaria ... 29

2.9. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria ... 29

2.9.1. Pencegahan Penyakit Malaria ... 29

2.9.2. Pemberantasan Penyakit Malaria ... 32

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 35

3.1. Kerangka Konsep ... 35

3.2. Definisi Operasional ... 35

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 40

4.1. Jenis Penelitian ... 40

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 40

4.2.2. Waktu Penelitian ... 40

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

4.3.1. Populasi ... 40

4.3.2. Sampel ... 41

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

4.5. Teknik Analisa Data ... 41

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 42

5.1. Gambaran Umum RSD Kolonel Abundjani Bangko ... 42

5.2. Sosiodemografi (Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal) ... 44

5.3. Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 46

5.4. Gejala Malaria pada Penderita dengan Parasit Positif ... 46

5.5. Status Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif ... 47

5.6. Jenis Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif... 48

5.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Malaria dengan Parasit Positif ... 49

5.8. Riwayat Kambuh pada Penderita dengan Parasit Positif ... 50

5.9. Sumber Biaya pada Penderita dengan Parasit Positif ... 51

5.10. Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif ... 51

5.11. Analisa Bivariat ... 52

5.11.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif ... 52

5.11.2. Status Anemia Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 53

5.11.3. Status Splenomegali Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 54

5.11.4. Status Komplikasi Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 55

5.11.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 56

5.11.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif ... 57

5.11.7. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya pada Penderita dengan Parasit Positif ... 58

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(11)

5.11.8. Jenis Parasit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

pada Penderita dengan Parasit Positif ... 59

5.11.9. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita dengan Parasit Positif ... 60

BAB 6 PEMBAHASAN ... 61

6.1. Sosiodemografi (Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal) pada Penderita dengan Parasit Positif ... 61

6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 61

6.1.2. Agama ... 63

6.1.3. Pekerjaan ... 64

6.1.4. Tempat Tinggal ... 65

6.2. Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 66

6.3. Gejala Malaria pada Penderita dengan Parasit Positif ... 67

6.4. Status Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif ... 68

6.5. Jenis Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif ... 70

6.6. Lama Rawatan Rata-Rata pada Penderita dengan Parasit Positif ... 71

6.7. Riwayat Kambuh pada Penderita dengan Parasit Positif ... 71

6.8. Sumber Biaya pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif ... 73

6.9. Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif ... 74

6.10. Analisa Statistik ... 75

6.10.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif ... 75

6.10.2. Status Anemia Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 76

6.10.3. Status Splenomegali Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 77

6.10.4. Status Komplikasi Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 78

6.10.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita dengan Parasit Positif ... 79

6.10.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi pada Penderita dengan Parasit Positif ... 80

6.10.7. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya pada Penderita dengan Parasit Positif ... 81

6.10.8. Jenis Parasit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita dengan Parasit Positif ... 82

6.10.9. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita dengan Parasit Positif ... 83

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(12)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 85 7.1. Kesimpulan ... 85 7.2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 44 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Agama, Pekerjaan, dan Tempat

Tinggal pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 45 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Jenis Parasit pada Penderita Malaria

dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Tahun 2009 ... 46 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Gejala Malaria pada Penderita Malaria

dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Tahun 2009 ... 47 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Status Komplikasi pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 47 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 48 Tabel 5.7. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Malaria dengan

Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Tahun 2009 ... 49 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Riwayat Kambuh pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 50

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(14)

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Sumber Biaya pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Tahun 2009 ... 51 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang pada

Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 51 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi

pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 52 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Status Anemia Berdasarkan Jenis

Parasit pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 53 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Status Splenomegali Berdasarkan Jenis

Parasit pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 54 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Jenis

Parasit pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 55 Tabel 5.16. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis Parasit pada

Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 56 Tabel 5.17. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 57 Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan

Sumber Biaya pada Penderita Malaria dengan Parasit Postif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani

Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 58

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(15)

Tabel 5.19. Distribusi Proporsi Jenis Parasit Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani

Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 59 Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Tahun 2009 ... 60

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 61 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Agama pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 63 Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Pekerjaan pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 64 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tempat Tinggal pada

Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 65 Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Jenis Parasit pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 66 Gambar 6.6. Diagram Bar Distribusi Proporsi Gejala Malaria pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 67 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Status Komplikasi pada

Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 69 Gambar 6.8. Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi pada Penderita Malaria

dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun

2009 ... 70

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(17)

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Riwayat Kambuh pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 72 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Sumber Biaya pada Penderita

Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi

Jambi Tahun 2009 ... 73 Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang

pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin

Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 74 Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status

Komplikasi pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko

Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 75 Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Anemia Berdasarkan

Jenis Parasit pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 76 Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Splenomegali

Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat di RSD Kolonel Abundjani

Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 77 Gambar 6.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Komplikasi

Berdasarkan Jenis Parasit pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani

Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 78 Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis

Parasit pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 79 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status

Komplikasi pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten

Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 80

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(18)

Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya pada Penderita Malaria dengan Parasit Postif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani

Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 81 Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Parasit Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani

Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009 ... 82 Gambar 6.20. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Komplikasi

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang pada Penderita Malaria dengan Parasit Positif yang Dirawat Inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun

2009 ... 83

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data

Lampiran 2 : Output Data Distribusi dan Uji Chi Square

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 4 : Surat Selesai Penelitian dari RSD Kolonel Abundjani Bangko

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(20)

ABSTRAK

IR malaria Indonesia tahun 2009 sebesar 1,85%. API pada tahun 2008 sebesar 0,16‰. AMI Kabupaten Merangin pada tahun 2008 sebesar 27,40‰. Di RSD Kolonel Abundjani Bangko tahun 2009 tercatat 140 penderita malaria parasit positif yang dirawat inap.

Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di RSD Kolonel Abundjani Bangko tahun 2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 140 data penderita.

Proporsi sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 21-30 tahun 23,8%, jenis kelamin laki-laki 61,9%, Agama Islam 98,3%, pekerjaan tidak bekerja /IRT 50%, dan tempat tinggal di wilayah Kabupaten Merangin 98,3%. Proporsi jenis parasit tertinggi adalah Plasmodium falciparum 86,5%. Gejala malaria tertinggi adalah demam 94,9%. Jenis komplikasi terbanyak adalah edema paru 47,8%. Lama rawatan rata-rata adalah 2,99 hari (3 hari). Kambuhan 3 kasus. Keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan 61,0%. Sumber biaya tertinggi adalah biaya sendiri 63,6%.

Tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi status anemia berdasarkan jenis parasit (p=0,659), status splenomegali berdasarkan jenis parasit (p=0,853), status komplikasi berdasarkan jenis parasit (p=0,297), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis parasit (p=0,414), lama rawatan rata-rata-rata-rata berdasarkan status komplikasi (p=0,346), dan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,716). Tidak dapat dilakukan uji statistik umur berdasarkan status komplikasi, jenis parasit berdasarkan keadaan sewaktu pulang, dan status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang karena ada frekuensi harapan <5.

Disarankan RSD Kolonel Abundjani Bangko memberikan penyuluhan tentang malaria kepada penderita malaria agar mendapatkan pengobatan yang adekuat.

Kata kunci : Karakteristik, Malaria, Parasit Positif, Rawat Inap

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(21)

ABSTRACT

IR malaria Indonesia in 2009 is 1,85%. API in 2008 is 0,16‰. AMI Merangin District in 2008 is 27,40‰. There are 140 malaria patients of parasites positive hospitalized in RSD Kolonel Abundjani Bangko in 2009.

To determine the characteristics of malaria patient of parasites positive hospitalized in RSD Kolonel Abundjani Bangko doing research with a descriptive case series design. The population and the sample is 140 malaria patient data.

Socio demographic highest proportion in the age group 21-30 years 23,8%, male 61,9%, Muslim 98,3%, unemployer/household 50%, and living in Merangin District 98,3%. The highest parasites species proportion is Plasmodium falciparum 86,5%. The highest malaria symptom is fever 23,2%. The highest complication types is pulmonary edema 47,8%. The average length of stay is 2,99 days (3 days).The relapses is three cases. The highest condition of patients after treatment is recovered 61,0%. The highest cost source is his own 63,6%.

There was no significant difference in the proportion of anemia status based on parasites species (p=0,659), splenomegali status based on parasites species (p=0,853), complication status based on parasites species (p=0,297), duration of treatment on average based on parasites species (p=0,414), duration of treatment on average based on complications status (p=0,346), and duration of treatment on average based on cost source (p=0,716). There is no statistical test can be done age based on status of complications, parasites species based on condition of patients after treatment, and complications status based on condition of patients after treatment with Chi Square because there are expected frequency <5.

RSD Kolonel Abundjani Bangko should give the illumination about malaria diseases to malaria patients for get the prompt treatment.

Keywords : Characteristics, Malaria, Parasites Positive, hospitalized

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.1

Salah satu pelaksanaan pembangunan kesehatan adalah melalui upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan serta mencegah akibat buruk. Salah satu program pemberantasan penyakit menular adalah pemberantasan penyakit malaria.2

Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari satu juta orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa.3

Berdasarkan WHO (World Health Organization) tahun 2006, IR (Incidence Rate) malaria pada daerah yang berisiko 7,48% (247 juta kasus) dan CFR (Case

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(23)

Fatality Rate) 0,36% dimana hampir satu juta kematian akibat malaria terjadi pada anak-anak usia < 5 tahun. Sebanyak 1,2 miliar penduduk berada di wilayah risiko tinggi malaria. Penduduk yang berada di wilayah risiko tinggi tersebut paling banyak berada di Afrika (586 juta penduduk) dan di Asia Tenggara (457 juta penduduk). Kasus malaria terbanyak terjadi di Afrika yaitu 212 juta kasus (IR 32,77%) yang berada di Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Tanzania, Kenya, Uganda, Mozambik, Ghana, Cote d’lvoire, Burkina Faso, Niger, Camerun, Malawi, Mali, Chad, Guinea, Zambia, Angola, dan Rwanda. Sedangkan kasus yang terjadi di luar Afrika berada di India, Sudan, Myanmar, Bangladesh, Indonesia, Papua New Guinea, Pakistan, Brazil, Somalia, dan Afganistan.4 Pada tahun 2008 dinyatakan ada 109 negara endemis malaria dimana 45 negara diantaranya berada di wilayah Afrika.5

Berdasarkan WHO SEAR (South East Asia Region) tahun 2006, CSDR (Cause Spesific Death Rate) tertinggi akibat malaria ada di Timor Leste (93 per 100.000 penduduk). Urutan kedua adalah Negara Myanmar (19 per 100.000 penduduk) dan urutan ketiga adalah Negara Bangladesh (4 per 100.000 penduduk). CSDR malaria di Indonesia berada di urutan kelima (2 per 100.000 penduduk) setelah Bhutan (3 per 100.000 penduduk).5

Di Indonesia tahun 2007 dinyatakan 73,6% daerah merupakan endemis malaria dimana 45% penduduk Indonesia berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, PMR (Proportionate Mortality Ratio) akibat malaria adalah 1,3%.6 Pada tahun 2009 terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) dan peningkatan kasus malaria di Indonesia yaitu di 20 desa dalam 10 provinsi dengan

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(24)

jumlah penderita positif malaria sebesar 869 penderita dan 11 kematian (CFR 1,23 %).7

Berdasarkan Ditjen PP-PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Depkes RI, API (Annual Parasite Incidence) di Jawa Bali tahun 2007 sama dengan tahun 2008 yaitu 0,16 per 1.000 penduduk. AMI (Annual Malaria Incidence) di luar Jawa Bali tahun 2007 yaitu 19,67 per 1.000 penduduk, dan tahun 2008 yaitu 18,82 per 1.000 penduduk.6 Tahun 2009 sekitar 80% kabupaten/kota di Indonesia masih termasuk kategori endemis malaria. Jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak 1.143.024 orang.3 IR tahun 2009 menurun menjadi 1,85 % dibandingkan tahun 2007 sebesar 2,89%.7

Di Provinsi Jambi tahun 2007, AMI 6,86 per 1.000 penduduk (19.122 kasus).8 Tahun 2008 AMI 18,08 per 1.000 penduduk (51.401 kasus). Angka ini merupakan tertinggi ketiga di Sumatera setelah Kepulauan Bangka Belitung (40,58 per 1.000 penduduk) dan Bengkulu (22,96 per 1.000 penduduk).6

Di Kabupaten Merangin tahun 2007, AMI 18,98 per 1.000 penduduk dan tahun 2008 AMI 27,40 per 1.000 penduduk.8 Kunjungan malaria di Puskesmas dominan penyakit malaria klinis. Dari 12.876 kunjungan malaria 20,4 % atau 2.632 kasus diperiksa laboratorium dan dinyatakan positif malaria. Jika ditetapkan penyakit malaria hanya yang positif saja, maka seakan-akan kunjungan malaria sangat kecil. Padahal kendala pemeriksaan laboratorium untuk malaria masih mengalami kendala tentang pembuatan spesimen dan rujukan pemeriksaan ke Puskesmas.9

Berdasarkan data survei awal yang diperoleh dari RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi diketahui jumlah penderita malaria

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(25)

dengan parasit positif yang dirawat inap tahun 2007 yaitu 445 penderita dari 747 penderita malaria (59,57%), tahun 2008 yaitu 223 penderita dari 458 penderita malaria (48,69%), dan tahun 2009 yaitu 140 penderita dari 446 penderita malaria (31,39%).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi tahun 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan sosiodemografi, antara lain: umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan tempat tinggal.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(26)

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis parasit malaria.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan gejala malaria.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan status komplikasi malaria.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis komplikasi malaria.

f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita malaria.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan riwayat kambuh.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi sumber biaya penderita malaria.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita malaria berdasarkan status komplikasi malaria.

k. Untuk mengetahui distribusi proporsi status anemia penderita malaria berdasarkan jenis parasit malaria.

l. Untuk mengetahui distribusi proporsi status splenomegali penderita malaria berdasarkan jenis parasit malaria.

m. Untuk mengetahui distribusi proporsi status komplikasi malaria berdasarkan jenis parasit malaria.

n. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis parasit malaria.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(27)

o. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi malaria.

p. Untuk mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

q. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis parasit malaria berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

r. Untuk mengetahui distribusi proporsi status komplikasi malaria berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko untuk meningkatkan pelayanan dan penatalaksanaan penderita malaria.

1.4.2. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan peneliti lain yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Malaria

Malaria disebut juga dengan paludisme, demam intermitens, panas dingin, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai, dan “ague”.10 Istilah malaria diambil dari Bahasa Italia Mal’aria. Mal yang artinya buruk dan aria yang artinya udara.11

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp betina.12

2.2. Cara Penularan Penyakit Malaria13

Proses penularan penyakit malaria dimulai pada saat nyamuk pembawa parasit malaria menggigit manusia sehat. Setelah itu, parasit mengalami perubahan bentuk dan masuk ke dalam saluran darah hingga masuk ke dalam jaringan hati. Parasit ini berkembang biak dengan cara melakukan pembelahan sel sehingga jumlah parasit dalam tubuh manusia akan berkembang dalam waktu yang cepat. Parasit tersebut selanjutnya akan tersebar dalam darah dan di luar darah.

Dalam tubuh manusia, parasit mengalami berbagai perkembangan hingga menjadi bentuk siap kawin dan seterusnya berubah lagi menjadi bentuk yang siap dihisap oleh nyamuk. Bentuk ini yang akan ditularkan ke manusia lain melalui perantaraan nyamuk. Di dalam tubuh nyamuk, parasit mengalami perkembangan dan menghasilkan bentuk parasit yang siap ditularkan ke tubuh manusia. Apabila nyamuk


(29)

pembawa parasit malaria tersebut tidak menggigit manusia sehat sepanjang hidupnya, penularan penyakit malaria tidak akan terjadi dan tingkat infeksi parasit tersebut akan menurun.

Penyebaran penyakit malaria selain dilakukan dengan perantaraan nyamuk malaria, dapat pula dilakukan melalui transfusi darah atau suntikan. Apabila darah yang didonorkan kepada seseorang telah tercemar oleh parasit malaria, maka resipien darah tersebut telah tertular panyakit malaria. Selain itu, ibu hamil yang menderita malaria juga dapat menularkan penyakit malaria pada bayinya melalui plasenta (secara kongenital).14

2.3. Gejala Malaria14

Penyakit Malaria ditandai dengan tiga gejala utama yaitu demam, pembengkakan limpa (splenomegali), dan anemia. Sebelum timbul demam, gejala awal dimulai dengan mual, muntah, lesu, dan rasa nyeri pada kepala, serta terjadi penurunan selera makan.

2.3.1. Demam

Demam merupakan gejala paling awal yang diperlihatkan oleh penderita malaria. Demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi). Serangan demam yang khas terdiri dari tiga tahap atau stadium, yaitu :

a. Tahap Pertama (Stadium Dingin)

Tahap pertama, penderita mengalami demam menggigil. Penderita merasa dingin dan bila diraba di pergelangan tangan denyut nadi terasa cepat, tetapi lemah.


(30)

Bibir dan jari tangan tampak kebiru-biruan. Kulit kering dan pucat. Kadang-kadang disertai muntah dan bahkan kejang-kejang. Pada anak-anak proses kejang-kejang ini lebih sering dialami. Demam tahap ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam.

b. Tahap Kedua (Stadium Puncak Demam)

Pada tahap kedua dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Gejalanya: wajah merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras, dan selalu merasa haus. Suhu badan dapat mencapai 41℃. Demam stadium ini berlangsung selama 2-6 jam.

c. Tahap Ketiga (Stadium Berkeringat)

Tahap ketiga merupakan tahap demam berkeringat yang berlangsung selama 2-4 jam. Berkeringat banyak, suhu badan turun dengan cepat, dan penderita mulai dapat tidur. Penderita seolah-olah sudah sembuh.

2.3.2. Pembesaran Limpa (Splenomegali)

Penderita dapat mengalami pembengkakan limpa terutama pada penderita malaria yang sudah lama (menahun). Limpa tersebut dapat menjadi keras dan mudah pecah. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti kemudian limpa berubah menjadi hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid.

2.3.3. Anemia

Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum


(31)

dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat pada malaria menahun. Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa. Dalam hal ini, faktor autoimun memegang peranan. b. Reduced survival time yaitu eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak

dapat hidup lama.

c. Diseritropoesis yaitu gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.

2.4. Daur Hidup Plasmodium10

Dalam daur hidupnya, plasmodium mempunyai dua hospes yaitu vertebrata dan nyamuk. Di dalam hospes vertebrata melangsungkan daur aseksual yang dikenal sebagai skizogoni, dan daur seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh nyamuk disebut sporogoni.

2.4.1. Skizogoni (Daur Aseksual)

Sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Sporozoit dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati untuk memulai stadium ekso-eritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah. Dari sel hati, plasmodium kemudian keluar dengan bebas masuk ke dalam sel darah merah. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil memasuki sel hati yang baru untuk mengulangi daur ekso-eritrositik. Plasmodium yang keluar dari sel hati akan masuk ke sel darah merah disebut stadium pra-eritrositik.


(32)

Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang dikelilingi sitoplasma tipis plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin dan ameboid adalah trozoit dalam sel darah merah tumbuh menjadi skizon merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah.

Parasit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah kembali untuk mengulangi daur skizogoni. Merozoit yang masuk ke dalam sel darah merah baru kemudian membentuk gametosit untuk memasuki stadium seksual.

2.4.2. Sporogoni (Daur Seksual)

Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam nyamuk. Pada saat nyamuk menghisap darah, gametosit ditelan bersama. Berbeda dengan skizon, gametosit tidak dicernakan bersama sel-sel darah. Pada gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan dalam gamet jantan (mikrogamet) terbentuk beberapa filamen seperti cambuk sehingga mempunyai gerakan aktif. Sementara itu, makrogamet menjadi matang sebagai makrogemetosit. Perkembangan gametosit berlangsung dalam rongga perut nyamuk.

Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam 12-24 jam setelah nyamuk menghisap darah, zigot berubah menjadi bentuk seperti cacing yang disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk. Selanjutnya tumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat.


(33)

Di dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit sehingga menyebabkan ookista pecah. Dengan pecahnya ookista, sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan dan selanjutnya bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludah nyamuk. Jika nyamuk sedang menusuk kulit manusia, maka sporozoit masuk ke dalam darah dan jaringan bersama air ludah kemudian mulailah daur pra-eritrositik.

Daur sporogoni di dalam nyamuk berlangsung tergantung dengan spesies. Pada suhu 28℃ adalah: 15

P. vivax = 8-10 hari P. malariae = 14-16 hari P. ovale = 12-14 hari P. falciparum = 9-10 hari.


(34)

Gambar 2.1 Daur Hidup Plasmodium16

2.5. Komplikasi Malaria17

Malaria berat dan berkomplikasi disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum. Pasien dengan malaria berat dan berkomplikasi dapat ditemukan dalam keadaan gangguan kesadaran (tetapi masih dapat dibangunkan), sangat lemah, dan ikterik (kadar bilirubin darah > 3 mg%) sehingga disebut malaria biliosa. Selain itu, dapat disertai dengan komplikasi :


(35)

2.5.1. Malaria serebral (otak)

Pada malaria serebral terjadi koma, yaitu bila dalam waktu 30 menit penderita tidak memberikan respon motorik ataupun respon verbal. Keadaan ini berlangsung selama 30 menit.

2.5.2. Kejang umum

Kejang timbul sekurang-kurangnya 2 kali dalam 24 jam. 2.5.3. Gagal Ginjal

Yaitu kelainan urin output yang < 400 ml/24 jam pada orang dewasa dan 12 m/kg berat badan/24 jam pada anak. Kreatinin dalam serum meningkat > 3 mg/dl. 2.5.4. Hipoglikemia

Konsentrasi gula darah pada penderita turun yaitu < 40 mg/dl. Hipoglikemia dapat juga sebagai akibat penggunaan obat kina yang merupakan life saving drug. 2.5.5. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa.

Komplikasi ini menunjukkan tanda-tanda klinis dehidrasi, yaitu penurunan tekanan okular dan turgor kulit.

2.5.6. Edema paru.

Petunjuk pertama edema paru yang akan terjadi adalah peningkatan frekuensi pernapasan, yang terjadi mendahului perkembangan tanda-tanda lain di dada. Keadaan ini dapat dilihat dengan radiografik.

2.5.7. Kolaps sirkulatorik dan syok.

Yaitu suatu keadaan pasien memiliki tekanan darah sistolik < 80 mm Hg pada posisi berbaring dan < 50 mm Hg pada anak-anak. Disebut juga dengan malaria algid bila menyebabkan syok dan hipovolemik.


(36)

2.5.8. Perdarahan spontan pada gusi dan hidung. 2.5.9. Hiperpireksia/ hipertermia.

Yaitu terjadi peningkatan suhu badan yang tinggi (> 42 ℃). 2.5.10.Hiperparasitemia.

Merupakan keadaan dimana pasien penderita malaria falsiparum memiliki kepadatan parasit yang tinggi dalam darahnya (> 5% eritrosit dihinggapi parasit). 2.5.11.Hemoglobinuria malaria.

Disebut juga dengan Black water fever yaitu urin berwarna kehitam-hitaman yang dikarenakan terjadinya hemolisis (penghancuran) sel darah merah yang banyak. 2.5.12.Anemia berat.

Anemia sering terjadi pada malaria serebral. Tanda-tandanya yaitu kadar hemoglobin <5 gr% atau hematokrit <15%

Penting untuk diperhatikan bahwa manifestasi berat ini dapat berdiri sendiri, atau lebih sering dalam bentuk kombinasi pada pasien yang sama. Anak-anak dan orang dewasa yang non imun merupakan kelompok yang paling berisiko di daerah endemik.

2.6. Epidemiologi Penyakit Malaria

2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Malaria a. Orang

Diperkirakan prevalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 300-500 juta kasus dengan kematian antara 1 sampai 2 juta setiap tahun dimana lebih dari 80% adalah anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.13 Berdasarkan SKRT (Survei


(37)

Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2001, CSDR akibat malaria pada laki-laki 11 per 100.000 penduduk dan wanita 8 per 100.000 penduduk.18

b. Tempat14

Malaria ditemukan di daerah-daerah mulai 64o lintang utara (Rusia) sampai dengan 32o lintang selatan (Argentina), dari daerah dengan ketinggian 2.666 m (Bolivia) sampai dengan daerah yang letaknya 433 m di bawah permukaan laut (Laut Mati). Kini malaria banyak dijumpai di Meksiko, sebagian Karibia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, India, Asia Selatan, Asia Tenggara, Indo Cina, dan pulau-pulau di Pasifik Selatan.

Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropis sampai ke daerah tropis, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia, spesies ini tersebar di seluruh kepulauan. Plasmodium falciparum terutama menyebabkan malaria di Afrika, Asia, dan daerah-daerah tropis lainnya. Di Indonesia, parasit ini tersebar di seluruh kepulauan. Plasmodium malariae meluas meliputi daerah tropis maupun daerah subtropik. Di Indonesia spesies ini dijumpai di Indonesia Bagian Timur. Plasmodium ovale terutama terdapat di daerah tropik Afrika bagian barat, di daerah Pasifik Barat dan di beberapa bagian lain di dunia. Di Indonesia, parasit ini terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur.

c. Waktu

Berdasarkan SKRT tahun 2001, CFR malaria 0,1% (30.000 kematian dari 30 juta kasus). Tahun 2005, CFR malaria 2 % (32.000 kematian dari 1,6 juta kasus).


(38)

Pada tahun yang sama CFR malaria falsiparum 1,12% (44 kematian dari 3.924 kasus).18

2.6.2. Determinan Penyakit Malaria

Penyebaran penyakit malaria sangat ditentukan oleh faktor Host, Agent, dan Environment.

a. Host

a.1. Host Intermediate (Manusia)

Keadaan manusia dapat menjadi pengandung gametosit yang dapat meneruskan daur hidup nyamuk. Manusia ada yang rentan yaitu yang dapat ditular malaria, tapi ada juga yang kebal dan tidak mudah ditular malaria.14

Faktor manusia yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit malaria yaitu : a.1.1. Umur

Anak-anak lebih rentan terhadap penyakit malaria dibandingkan orang dewasa.15 Anak-anak usia kurang dari 5 tahun adalah kelompok terbanyak yang berisiko terhadap malaria. Pertahanan tubuh terhadap malaria yang diturunkan penting untuk melindungi anak kecil atau bayi karena sifat khusus eritrosit yang relatif resisten terhadap masuk dan berkembang biaknya parasit malaria.13

a.1.2. Ras

Berbagai bangsa atau ras mempunyai kerentanan yang berbeda-beda (faktor rasial) terhadap penyakit malaria.14 Individu yang tidak mempunyai determinan golongan darah Duffy (termasuk kebanyakan negro Afrika) mempunyai resistensi alamiah terhadap Plasmodium vivax.13


(39)

a.1.3. Jenis Kelamin

Infeksi parasit plasmodium dapat menyerang semua masyarakat dari segala golongan termasuk golongan yang paling rentan seperti wanita hamil.13 Hasil penelitian Gomes (2001) menyatakan bahwa ibu hamil yang anemia kemungkinan 8,56 kali menderita malaria falsiparum dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak anemia.19

a.1.4. Riwayat malaria

Kekebalan residual adalah kekebalan terhadap reinfeksi yang timbul akibat infeksi terdahulu dengan strain homolog spesies parasit malaria. Kekebalan ini menetap hanya untuk beberapa waktu.14

a.1.5. Cara Hidup

Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan malaria, seperti tidur tidak memakai kelambu, tidak menggunakan repelen nyamuk pada saat melakukan aktivitas di luar rumah dan pada saat sore hari, dan penggunaan insektisida yang tidak teratur di dalam rumah.13

Menurut penelitian Dasril (2005) dengan desain penelitian case control menyatakan bahwa penderita malaria kemungkinan 3,2 kali tidak memakai repelen dibandingkan dengan tidak penderita malaria.20

a.1.6. Imunitas

Masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria memiliki kekebalan alami terhadap penyakit malaria.13 Di daerah endemi dengan transmisi malaria yang tinggi hampir sepanjang tahun, penduduk nya sangat kebal dan sebagian besar dalam darahnya terdapat parasit malaria dalam jumlah kecil. Selain itu, di daerah endemis


(40)

malaria terdapat kekebalan kongenital (atau neonatal) pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan kekebalan tinggi.14

a.1.7. Pekerjaan

Pekerjaan yang tidak menetap atau mobilitas yang tinggi berisiko lebih besar terhadap penyakit malaria, seperti tugas-tugas dinas di daerah endemis untuk jangka waktu yang lama sampai bertahun-tahun misalnya petugas medis, petugas militer, misionaris, pekerja tambang, dan lain-lain.13 Pekerjaan sebagai buruh perkebunan yang datang dari daerah yang non endemis ke daerah yang endemiss belum mempunyai kekebalan terhadap penyakit di daerah yang baru tersebut sehingga berisiko besar untuk menderita malaria. Begitu pula pekerja-pekerja yang didatangkan dari daerah lain akan berisiko menderita malaria.21

Menurut penelitian Dasril (2005) dengan desain penelitian case control penderita malaria kemungkinan 4 kali bekerja di luar rumah malam hari dibandingkan dengan tidak penderita malaria.20

a.1.8. Status gizi

Seorang penderita malaria yang mengalami gizi buruk akan mempengaruhi kerja farmakokinetik obat anti malaria seperti diare dan muntah menurunkan absorpsi obat. Selain itu, disfungsi hati menyebabkan metabolism obat menurun.13 Anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk.22

a.2. Host Definitive (Nyamuk Anopheles)14

Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi kira-kira 2.000 spesies. Yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut pengamatan


(41)

terakhir ditemukan 80 spesies Anopheles dan yang ditemukan sebagai vektor malaria adalah 15 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda.

Di Jawa dan Bali An. sundaicus dan An. aconitus merupakan vektor utama, sedangkan An. subpictus dan An. maculates merupakan vektor sekunder. An. sundaicus dan An. subpictus banyak terdapat di daerah pantai, sedangkan An. aconitus dan An. maculates ditemukan di daerah pedalaman. Di Sumatera yang ditemukan sebagai vektor penting adalah An. sundaicus, An. maculates, dan An. nigerrimus, sedangkan An. sinensis dan An. letifer merupakan vektor yang kurang penting.

Di Sulawesi, An. sundaicus, An. subpictus dan An. barbirostris merupakan vektor penting, sedangkan An. sinensis, An. nigerrimus, An. umbrosus, An. flavirostris dan An. ludlowi merupakan vektor sekunder. Di Kalimantan yang ditemukan sebagai vektor penting adalah An. balabacensis, sedangkan An. letifer merupakan vektor sekunder. Vektor utama di Irian Jaya adalah An. farauti, An. punctuates, dan An. bancrofti, sedangkan An. karwari dan An. koliensis merupakan vektor sekunder. Di NTT yang pernah ditemukan sebagai vektor utama adalah An. sundaicus, An. subpictus, dan An. barbirostris.

Hanya nyamuk Anopheles betina yang bisa menularkan penyakit malaria pada manusia. Kemampuan suatu spesies bertindak sebagai vektor untuk menularkan malaria ditentukan oleh : keberadaannya di dalam atau dekat kediaman manusia, kesukaan akan darah manusia atau hewan, dan lingkungan yang menguntungkan untuk perkembangan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga Plasmodium dapat menyelesaikan daur hidupnya.11


(42)

Hasil penelitian Barodj dkk (1999) menemukan nyamuk Anopheles subpictus lebih banyak ditemukan istirahat di dalam rumah (57,4%) dibandingkan di luar rumah (43,6%).23

b. Agent (Plasmodium)14

Berbagai spesies dari genus plasmodium dari kelas Sporozoa merupakan parasit malaria pada manusia. Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia ada empat jenis, yaitu :

b.1. Plasmodium vivax

Plasmodium vivax akan memberikan intensitas serangan dalam bentuk demam setiap 3 hari sekali sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertian (malaria benigna). Jenis malaria ini tersebar di seluruh kepulauan di Indonesia dan pada umumnya di daerah endemis mempunyai frekuensi tertinggi diantara spesies yang lain.

Eritrosit yang dihinggapi parasit P. vivax mengalami perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik-titik halus berwarna merah yang bentuk dan besarnya sama (titik Schuffner). Masa tunas intrinsik berlangsung 12-17 hari.

b.2. Plasmodium malariae

Plasmodium malariae adalah penyebab malaria malariae atau malaria kuartana karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat. Penyakit malaria kurtana meluas meliputi daerah tropik maupun daerah subtropik. Frekuensi penyakit ini di beberapa daerah cenderung menurun. Eritrosit yang dihinggapi Plasmodium malariae tidak membesar atau ukuran dan bentuk eritrosit normal. Masa tunas intrinsik berlangsung 18 hari dan kadang-kadang sampai 30-40 hari.


(43)

b.3. Plasmodium ovale

Plasmodium ovale mempunyai waktu demam yang lebih pendek dan biasanya bisa sembuh spontan. Masa tunas intrinsik sama seperti Plasmodium vivax, yaitu 12-17 hari. Plasmodium vivax dapat ditemukan di daerah tropik Afrika bagian barat, di daerah Pasifik Barat dan beberapa lain di dunia. Di Indonesia parasit ini terdapat di Pulau Owi sebelah selatan Biak Irian Jaya dan di Pulau Timor. Perubahan eritrosit yang terjadi yaitu eritrosit tampak oval dengan tepi bergerigi. Titik Schuffner menjadi lebih banyak.

b.4. Plasmodium falciparum

Parasit ini ditemukan di daerah tropik terutama di Afrika dan Asia Tenggara sehingga disebut dengan penyebab malaria tropika (malaria maligna). Di Indonesia parasit ini tersebar di seluruh kepulauan. Spesies ini merupakan paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat. Pada malaria falciparum, eritrosit yang terinfeksi tidak membesar selama stadium perkembangan parasit. Namun, terjadi perubahan yang menyerupai bentuk pisang.

Plasmodium vivax Plasmodium malariae


(44)

Plasmodium ovale Plasmodium falciparum Gambar 2.2 Plasmodium dalam Sediaan Darah24

c. Environment (Lingkungan)

Keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan malaria di suatu wilayah. Keadaan lingkungan ini terbagi menjadi empat macam, yaitu :

c.1. Lingkungan Fisik c.1.1. Iklim

Pengaruh iklim penting sekali terhadap ada atau tidaknya malaria. Di daerah yang beriklim dingin, transmisi malaria hanya mungkin terjadi pada musim panas.14 c.1.2. Curah Hujan

Selama musim kemarau, jumlah kasus malaria umumnya menurun, sedangkan setelah hujan beberapa minggu jumlah kasus malaria mulai menanjak sampai mencapai puncaknya. Air hujan yang menyebabkan genangan-genangan air merupakan tempat perindukan nyamuk sehingga dengan bertambahnya tempat perindukan populasi nyamuk juga akan bertambah penularannya.21


(45)

Hasil penelitian Idram dkk (2002) dengan desain penelitian cross sectional menyatakan ada hubungan antara curah hujan dengan kepadatan populasi jentik Anopheles di tempat penelitiannya, yaitu ditemukan jentik terbanyak (1,26 jentik/ciduk) di sawah pada bulan Oktober, sedangkan di kolam ditemukan (1,46 jentik/ciduk) pada bulan Maret dimana curah hujan tinggi antara bulan Oktober sampai Maret.25

c.1.3. Temperatur

Parasit malaria berhenti berkembang dalam tubuh nyamuk ketika temperatur di bawah 16oC. Kondisi terbaik untuk perkembangan Plasmodium dalam tubuh nyamuk Anopheles dan penularan infeksi adalah ketika temperatur berada di antara 20-30oC.15

c.1.4. Kelembaban

Perkembangan Plasmodium dan penularan infeksi terjadi ketika kelembaban paling rendah 60%. Kelembaban yang relatif tinggi akan memperpanjang hidup nyamuk dan juga akan memperpanjang penularan infeksi ke orang lain.15

c.1.5. Angin

Kecepatan angin akan mempengaruhi jarak terbang nyamuk. Nyamuk Anopheles biasanya tidak ditemukan dalam jumlah besar lebih dari 2-3 km dari tempat perindukkannya. Normalnya, nyamuk betina menyebar lebih jauh dari nyamuk jantan dan pengaruh angin bisa membawa nyamuk sejauh 30 km dari tempat perindukan.15


(46)

c.1.6. Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat teduh, sebaliknya An. hyrcanus lebih menyukai tempat terbuka. An. barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun di tempat yang terang.22

c.1.7. Arus Air

An. barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit. An. minimus menyukai tempat perindukan yang aliran airnya cukup deras dan An. sundaicus di tempat yang airnya tergenang.22

c.2. Lingkungan Kimiawi

Lingkungan yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan. Jumlah nyamuk pantai mulai bertambah sewaktu genangan air meningkat kadar garamnya, yaitu dengan tertutupnya muara sungai pada musim kemarau.21 Hasil penelitian Barodj (2000) dengan desain penelitian cross sectional menemukan jentik An. subpictus dapat hidup pada perairan payau dengan salinitas sampai 42‰.23 c.3. Lingkungan Biologik

Adanya daerah perindukan yang ideal dan tersedia sepanjang tahun bagi nyamuk An. aconitus di pedalaman, yaitu daerah persawahan di lereng bukit yang terus menerus ditanami padi karena mendapat aliran air sepanjang tahun dari mata air, merupakan penyebab malaria bertahan di kecamatan-kecamatan di Jawa. Selain itu juga karena kepadatan hewan ternak besar di daerah tersebut sangat rendah sehingga vektor An.aconitus yang bersifat zoofilik akan lebih banyak menggigit manusia.21


(47)

Berdasarkan macam darah yang disenangi, nyamuk Anopheles sp dibedakan atas: antropofilik apabila nyamuk lebih senang darah manusia, zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan golongan nyamuk yang tidak punya pilihan tertentu.26

c.4. Lingkungan Sosial Budaya dan Ekonomi

Lingkungan sosial budaya dan ekonomi setempat sangat mempengaruhi besar kecilnya kontak antara manusia dengan vektor. Berbagai kebiasaan seperti cara membuat rumah, cara bertani, dan adat kebiasaan lainnya dapat menambah kontak antara manusia dengan vektor. Di Indonesia bagian timur, orang membangun rumah dengan dinding yang dibuat dari “gaba-gaba” yaitu batang daun sagu. Dinding rumah seperti itu biasanya tidak rapat sehingga nyamuk dengan mudah dapat masuk ke dalam rumah. Kebiasaan menunggui ladang selama bercocok tanam dan tidur di pondok-pondok yang sangat sederhana sangat menambah pemaparan.21

Menurut penelitian Dasril (2005) dengan desain penelitian case control menyatakan penderita malaria kemungkinan 5,2 kali tidak memasang kawat kasa pada rumah dibandingkan dengan tidak penderita malaria.20

2.7. Parameter Pengukuran Epidemiologi Malaria27

Untuk mengetahui kejadian dan pola suatu penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat, kita harus mempunyai alat atau metode pengukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan distribusi penyakit tersebut. Dalam studi epidemiologi yang paling utama diperlukan adalah alat pengukuran frekuensi penyakit. Pengukuran frekuensi penyakit tersebut dititikberatkan pada angka kesakitan dan angka kematian yang terjadi dalam masyarakat.


(48)

Frekuensi penyakit dalam epidemiologi biasanya dalam perbandingan antara populasi. Alat yang biasa digunakan adalah rate dan ratio. Adapun ukuran-ukuran yang dipakai khususnya dalam penyakit malaria adalah sebagai berikut :

2.7.1. Annual Parasit Incidence (API)

Adalah angka kesakitan per 1.000 penduduk dalam satu tahun, jumlah sediaan darah positif dibandingkan dengan jumlah penduduk, dinyatakan dalam permil (0

00 � ). API

=

Jumlah penderita SD positif dalam satu tahun

Jumlah penduduk tahun tersebut x 1.000

2.7.2. Annual Malaria Incidence (AMI)

Adalah angka kesakitan (malaria klinis) per 1.000 penduduk dalam satu tahun yang dinyatakan dalam permil (0

00 � ).

AMI = Jumlah penderita malaria klinis dalam satu tahunJumlah penduduk tahun tersebut x 1.000 2.7.3. Case Fatality Rate (CFR)

Adalah ukuran angka kematian (kematian yang disebabkan oleh malaria falciparum) dibandingkan dengan jumlah penderita penderita malaria jenis parasit P. falciparum pada periode waktu yang sama.

CFR =

Jumlah penderita meninggal karena malaria falciparum pada periode waktu tertentu

Jumlah penderita malaria falciparum pada periode waktu yang sama

x 100%

2.7.4. Annual Blood Examination Rate (ABER)

Adalah jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap semua penduduk dalam satu tahun yang dinyatakan dalam persen (%).

ABER = Jumlah SD yang diperiksa dalam satu tahun

Jumlah penduduk tahun tersebut x 100%


(49)

2.7.5. Slide Positif Rate (SPR)

Adalah persentase dari sediaan darah yang positif dari seluruh sediaan darah yang diperiksa yang dinyatakan dalam persen (%).

SPR = Jumlah sediaan darah positif

Jumlah seluruh sediaan darah yang diperiksa x 100%

2.7.6. Parasite Rate (PR)

Adalah sama dengan SPR tetapi Parasite Rate (PR) ini digunakan pada kegiatan survei malariometrik anak berumur 0-9 tahun.

PR = Jumlah sediaan darah positif

Jumlah seluruh sediaan darah yang diperiksa x 100%

2.7.7. Spleen Rate (SR)

Adalah adanya pembesaran limpa pada golongan umur tertentu terhadap jumlah penduduk yang diperiksa limpanya pada golongan umur yang sama dan tahun yang sama yang dinyatakan dalam persen (%).

SR=

Jumlah anak 2-9 tahunyang

mengalami pembesaran limpa Jumlah anak 2-9 tahunyang

diperiksa limpanya

x 100%

2.8. Stratifikasi Daerah Malaria27

Dalam kegiatan pemberantasan malaria, maka dibuat stratifikasi daerah malaria berdasarkan :

2.8.1. Stratifikasi Berdasarkan Insidens Malaria a. AMI

AMI yaitu jumlah penderita malaria klinis di suatu wilayah pada setiap 1.000 penduduk di wilayah tersebut dalam satu tahun. AMI digunakan untuk daerah yang berada di luar Jawa-Bali. Pembagiannya yaitu :


(50)

a.1. Low Malaria Incidence, yaitu AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk a.2. Medium Malaria Incidence, yaitu AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk a.3. High Malaria Incidence, yaitu AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk b. API

API yaitu jumlah penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di suatu wilayah pada setiap 1.000 penduduk di wilayah tersebut dalam satu tahun. API digunakan untuk daerah yang berada di Jawa-Bali. Pembagiannya yaitu:

b.1. Low Parasite Incidence, yaitu API < 1 kasus per 1.000 penduduk b.2. Medium Parasite Incidence, yaitu API 1-5 kasus per 1.000 penduduk b.3. High Parasite Incidence, yaitu API > 5 kasus per 1.000 penduduk 2.8.2. Stratifikasi Berdasarkan Prevalens Malaria

Didapatkan dari hasil pemeriksaan sediaan darah (SD) positif dari kegiatan survei malariometrik, maka daerah malaria dapat dibagi menjadi :

a. Low Prevalence Area (LPA), yaitu PR < 2% b. Medium Prevalence Area (MPA), yaitu PR 2-4% c. High Prevalence Area (HPA), yaitu PR > 4%.

2.9. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria 2.9.1. Pencegahan Penyakit Malaria

a. Pencegahan Primer


(51)

Adalah upaya untuk mempertahankan orang yang sehat tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.28 Kegiatannya sederhana dan dapat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat, seperti :27

a.1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria dengan cara tidur menggunakan kelambu pada malam hari, tidak berada di luar rumah, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repelen), memakai obat nyamuk bakar, memasang kawat kasa pada jendela, dan menjauhkan kandang ternak dari rumah.

a.2. Membersihkan tempat sarang nyamuk dengan cara membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan melipat kain-kain yang bergantungan, dan mengalirkan atau menimbun genangan-genangan air serta tempat-tempat yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles.

a.3. Membunuh nyamuk dewasa dengan penyemprotan insektisida. a.4. Membunuh jentik-jentik dengan menebarkan ikan pemakan jentik. a.5. Membunuh jentik dengan menyemprot larvasida.

Selain itu, pencegahan primer juga dilakukan terhadap parasit yaitu dengan pengobatan profilaksis. Pengobatan profilaksis diberikan dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala. Jenis obat yang digunakan menurut Departemen Kesehatan RI ada dua jenis, yaitu Klorokuin dan Sulfadoksin atau Pirimetamin. Klorokuin diberikan satu minggu sekali, dimulai satu minggu sebelum masuk daerah malaria dan diteruskan sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Dosis yang diberikan yaitu 1

4

� tablet/hari untuk umur <1 tahun, 1 2


(52)

tablet/hari untuk umur 1-4 tahun, 1 tablet/hari untuk umur 5-9 tahun, 11 2

� tablet/hari untuk umur 10-14 tahun, dan 2 tablet/hari untuk umur >15 tahun. 1 tablet klorokuin mengandung 150 mg basa. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong.

Sulfadoksin atau Pirimetamin diberikan apabila memasuki daerah resisten klorokuin. Obat ini diberikan satu minggu sekali. Dosis yang diberikan yaitu 1

4

� tablet/hari untuk umur 1-4 tahun, 1

2

� tablet/hari untuk umur 5-9 tahun, 3 4

� tablet/hari untuk umur 10-14 tahun, dan 1 tablet/hari untuk umur >15 tahun. 1 tablet sulfadoksin/pirimetamin mengandung 500 mg/25 mg. Klorokuin tetap diberikan untuk mencegah infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.14

b. Pencegahan Sekunder

Adalah upaya untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan menghindarkan komplikasi.28 Kegiatannya meliputi: pencarian penderita secara aktif melalui skrining dan secara pasif dengan melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan penderita malaria, diagnosa dini dan pengobatan yang adekuat, dan memperbaiki status gizi guna membantu proses penyembuhan.27

Seringkali diagnosis malaria diperkirakan dan hanya terdapat satu spesimen darah dalam laboratorium untuk pemeriksaan. Meskipun demikian, satu sediaan atau satu spesimen tidak dapat dipercayai untuk menyingkirkan diagnosis terutama apabila telah digunakan pengobatan atau profilaksis parsial. Penggunaan obat malaria secara parsial dapat menyebabkan berkurangnya jumlah parasit sehingga akibatnya pada


(53)

pulasan darah hanya dijumpai sedikit parasit, yang menggambarkan parasetemia yang rendah padahal pasien sedang menderita penyakit yang berat. Jumlah parasit yang sedikit pada sediaan darah hapus juga terjadi pada fase awal atau kambuh.29

Dianjurkan untuk membuat sediaan darah tipis dan tebal dan paling sedikit diperiksa 200 sampai 300 lapangan pandang dengan minyak emersi sebelum melaporkan suatu hasil yang negatif.29 Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif, maka diagnosis malaria dikesampingkan.30 Untuk penderita tersangka malaria berat perlu diperhatikan bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut. Bila hasil pemeriksaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit, maka diagnosis malaria disingkirkan.31 Pemeriksaan sediaan darah dilakukan dengan pulasan Giemsa. Diagnosis spesies yang akurat sangat penting dalam menentukan obat atau kombinasi obat yang akan digunakan.29

c. Pencegahan Tertier

Adalah upaya untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rahabilitasi.28 Kegiatannya meliputi: penanganan lanjut akibat komplikasi malaria, dan rehabilitasi mental/psikologi.27

2.9.2. Pemberantasan Penyakit Malaria

Kegiatan pemberantasan malaria bertujuan untuk memutuskan rantai penularan penyakit malaria. Kegiatannya yaitu :

a. Pemberantasan Vektor


(54)

Pemberantasan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa dengan cara penyemprotan rumah dengan menggunakan insektisida, membunuh jentik dengan kegiatan anti larva, dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan. Dengan dibunuhnya nyamuk, maka parasit yang ada di tubuh pertumbuhannya tidak akan selesai sehingga penyebarannya dapat dihentikan.27

b. Penemuan Penderita dan Pengobatan Penderita Malaria b.1. Mencari Penderita Malaria

Salah satu cara untuk memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan cara menemukan penderita sedini mungkin, baik dilakukan secara aktif oleh petugas khusus yang mengunjungi rumah secara teratur (Active Case Detection) maupun dilakukan secara pasif (Passive Case Detection) yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) seperti Polindes, Pustu, Puskesmas, dan Rumah Sakit baik swasta maupun pemerintah yang menunjukkan gejala klinis malaria.27

b.2. Pengobatan Penderita Malaria Pengobatan penderita malaria meliputi : b.2.1. Pengobatan malaria klinis

Adalah pengobatan yang diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria serta membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan.27 Obat yang sering digunakan yaitu kina, klorokuin, hidroksiklorokuin, dan amodiakuin yang semuanya efektif apabila parasit masuk ke eritrosit melalui hati dan mulai dengan siklus eritrositik.29

b.2.1. Pengobatan radikal


(55)

Adalah pengobatan yang diberikan kepada penderita malaria dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria. Pengobatan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kambuh.27 WHO merekomendasikan pengobatan malaria secara global dengan penggunaan regimen obat ACT (Artemisinin Combination Therapy). Komisi ahli malaria dari Depkes RI sejak tahun 2004 sepakat dan menyetujui penggunaan obat ACT sebagai obat lini I di seluruh Indonesia. Pengobatan ACT yang direkomendasikan WHO pada tahun 2006 adalah : 13

i. Kombinasi artemeter – lumefantrin ii. Kombinasi artesunate + amodikuin iii. Kombinasi artesunate + meflokuin

iv. Kombinasi artesunate + sulfodoksin – pirimetamin b.2.3. Pengobatan masal (Mass Drug Administration = MDA)

Adalah pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk (> 80% penduduk) di daerah KLB sebagai bagian dari upaya penanggulangan KLB malaria.27 b.2.4. Pengobatan kepada penderita demam (Mass Fever Treatment = MFT)

Dilakukan untuk mencegah KLB dan melanjutkan penanggulangan KLB, yaitu diulang setiap 2 minggu setelah pengobatan MDA sampai penyemprotan selesai.27


(56)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Malaria 1. Sosiodemografi :

- Umur

- Jenis Kelamin - Agama - Pekerjaan - Tempat Tinggal 2. Jenis Parasit Malaria 3. Gejala Malaria 4. Status Anemia 5. Status Splenomegali 6. Status Komplikasi 7. Jenis Komplikasi

8. Lama Rawatan Rata-Rata 9. Riwayat Kambuh

10.Sumber Biaya

11.Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita Malaria adalah penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko berdasarkan ICD-X (International Classification of Diseases and Related Health Problem – X) dan tercatat dalam kartu status.


(57)

3.2.2. Umur adalah usia penderita malaria saat datang berobat sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yaitu :

1. 1-10 tahun 2. 11-20 tahuun 3. 21-30 tahun 4. 31-40 tahun 5. 41-50 tahun 6. 51-60 tahun 7. 61-70 tahun 8. 71-80 tahun 9. 81-83 tahun

Untuk analisa statistik, umur dikategorikan atas:32 1. < 14 tahun

2. 14-60 tahun 3. > 60 tahun

3.2.3. Jenis Kelamin adalah ciri khas organ (organ reproduksi) yang dimiliki oleh penderita sesuai yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Agama adalah keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh penderita sesuai yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. Islam

2. Kristen Protestan

3.2.5. Pekerjaan adalah aktivitas utama sehari-hari penderita sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. PNS/TNI/Polri/Pensiunan PNS 2. Petani

3. Wiraswasta 4. Karyawan Swasta 5. Tidak bekerja/IRT


(58)

Untuk analisa, pekerjaan dikelompokkan atas : 1. Bekerja

2. Tidak bekerja

3.2.6. Tempat tinggal adalah tempat penderita tinggal atau berdomisili menetap sesuai yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. Wilayah Kabupaten Merangin 2. Luar wilayah Kabupaten Merangin

3.2.7. Jenis Parasit Malaria adalah parasit Plasmodium yang menyebabkan terjadinya malaria sesuai yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. Plasmodium falciparum 2. Plasmodium vivax

3. Mixed (Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax)

3.2.8. Gejala Malaria adalah keadaan penderita sewaktu datang berobat sesuai yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. Demam 2. Menggigil 3. Sakit kepala 4. Nyeri otot 5. Mual/muntah

3.2.9. Status anemia adalah keadaan hemoglobin penderita malaria yang diperiksa < 11 gr/dl sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas :

1. Anemia 2. Tidak Anemia

3.2.10.Splenomegali adalah pembesaran limpa yang dialami penderita malaria sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas :

1. Splenomegali 2. Tidak Splenomegali


(59)

3.2.11.Status Komplikasi adalah ada tidaknya gangguan fisiologis dan anatomis yang dirasakan oleh penderita sebagai dampak lanjut dari penyakit malaria dan sifatnya memperberat penyakit sesuai yang tercatat dalam kartu status, yaitu : 1. Ada komplikasi

2. Tidak ada komplikasi

3.2.12.Jenis Komplikasi adalah setiap gangguan fisiologis dan anatomis yang dirasakan oleh penderita sebagai dampak lanjut dari penyakit malaria dan sifatnya memperberat penyakit sesuai yang tercatat dalam kartu status, yaitu : 1. Malaria serebral

2. Anemia berat 3. Black Water Fever

4. Perdarahan gusi dan hidung 5. Kejang umum

6. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa 7. Edema paru

3.2.13.Lama Rawatan Rata-rata adalah rata-rata lama hari perawatan penderita malaria yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko terhitung mulai hari pertama masuk sampai keluar sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status.

3.2.14.Riwayat Kambuh adalah keadaan pernah tidaknya penderita malaria menderita penyakit yang sama yang tercatat dalam kartu status yang dikategorikan atas :

1. Kambuhan 2. Baru


(60)

3.2.15.Sumber Biaya adalah asal biaya perawatan penderita malaria sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. Biaya sendiri 2. ASKES 3. Jamkesmas 4. Lainnya

Untuk analisa, sumber biaya dikategorikan atas : 1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri

3.2.16.Keadaan Sewaktu Pulang adalah keadaan atau kondisi penderita waktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yaitu :

1. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

3. Sembuh 4. Rujuk RS lain


(1)

Splenomegali * Jenis Parasit Crosstabulation

Jenis Parasit

Total Plasmodium

falciparum

Plasmodium vivax

Splenomegali Ya Count 45 7 52

Expected Count 45.3 6.7 52.0

% within Splenomegali 86.5% 13.5% 100.0% % within Jenis Parasit 44.1% 46.7% 44.4%

% of Total 38.5% 6.0% 44.4%

Tidak Count 57 8 65

Expected Count 56.7 8.3 65.0

% within Splenomegali 87.7% 12.3% 100.0% % within Jenis Parasit 55.9% 53.3% 55.6%

% of Total 48.7% 6.8% 55.6%

Total Count 102 15 117

Expected Count 102.0 15.0 117.0

% within Splenomegali 87.2% 12.8% 100.0% % within Jenis Parasit 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 87.2% 12.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .034a 1 .853

Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .034 1 .853

Fisher's Exact Test 1.000 .534

Linear-by-Linear Association

.034 1 .853 N of Valid Cases 117

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.67. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Status Komplikasi * Jenis Parasit Crosstabulation

Jenis Parasit

Total Plasmodium

falciparum

Plasmodium vivax Status

Komplikasi Ada Komplikasi

Count 22 1 23

Expected Count 20.1 2.9 23.0

% within Status Komplikasi

95.7% 4.3% 100.0%

% within Jenis Parasit 21.6% 6.7% 19.7%

% of Total 18.8% .9% 19.7%

Tidak Ada Komplikasi

Count 80 14 94

Expected Count 81.9 12.1 94.0

% within Status Komplikasi

85.1% 14.9% 100.0%

% within Jenis Parasit 78.4% 93.3% 80.3%

% of Total 68.4% 12.0% 80.3%

Total Count 102 15 117

Expected Count 102.0 15.0 117.0

% within Status Komplikasi

87.2% 12.8% 100.0%

% within Jenis Parasit 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 87.2% 12.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.839a 1 .175

Continuity Correctionb 1.016 1 .313 Likelihood Ratio 2.264 1 .132

Fisher's Exact Test .297 .156

Linear-by-Linear Association

1.823 1 .177 N of Valid Cases 117

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.95. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

T-TEST

Group Statistics

Jenis Parasit N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Lama Rawatan

Rata-rata (Hari)

Plasmodium falciparum 102 2.93 1.753 .174 Plasmodium vivax 15 3.33 1.915 .494 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper Lama

Rawatan Rata-rata (Hari)

Equal variances assumed

.294 .589 -.819 115 .414 -.402 .491 -1.374 .570

Equal variances not assumed

-.767 17.628 .453 -.402 .524 -1.505 .701

T-Test

Group Statistics

Status Komplikasi N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Lama Rawatan

Rata-rata (Hari)

Ada Komplikasi 23 3.30 1.396 .291 Tidak Ada Komplikasi 95 2.92 1.843 .189


(4)

Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper Lama

Rawatan Rata-rata (Hari)

Equal variances assumed

.002 .961 .946 116 .346 .389 .411 -.425 1.202

Equal variances not assumed

1.119 42.710 .269 .389 .347 -.312 1.089

T-Test

Group Statistics

Sumber BiayaK N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Lama Rawatan

Rata-rata (Hari)

Biaya Sendiri 77 2.95 1.912 .218

Bukan Biaya Sendiri 41 3.07 1.473 .230 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differenc e

Std. Error Differenc

e Lower Upper Lama

Rawatan Rata-rata (Hari)

Equal variances assumed

.233 .631 -.365 116 .716 -.125 .343 -.804 .554

Equal variances not assumed

-.395 101.12 5


(5)

Jenis Parasit * Keadaan Sewaktu Pulang Crosstabulation

Keadaan Sewaktu Pulang

Total PAPS PBJ Sembuh

Rujuk ke RS lain Jenis

Parasit

Plasmodium falciparum

Count 10 61 29 2 102

Expected Count 9.6 62.8 27.0 2.6 102.0 % within Jenis Parasit 9.8% 59.8% 28.4% 2.0% 100.0% % within Keadaan

Sewaktu Pulang

90.9% 84.7% 93.5% 66.7% 87.2% % of Total 8.5% 52.1% 24.8% 1.7% 87.2% Plasmodium

vivax

Count 1 11 2 1 15

Expected Count 1.4 9.2 4.0 .4 15.0 % within Jenis Parasit 6.7% 73.3% 13.3% 6.7% 100.0% % within Keadaan

Sewaktu Pulang

9.1% 15.3% 6.5% 33.3% 12.8% % of Total .9% 9.4% 1.7% .9% 12.8%

Total Count 11 72 31 3 117

Expected Count 11.0 72.0 31.0 3.0 117.0 % within Jenis Parasit 9.4% 61.5% 26.5% 2.6% 100.0% % within Keadaan

Sewaktu Pulang

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 9.4% 61.5% 26.5% 2.6% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.780a 3 .427 Likelihood Ratio 2.701 3 .440 Linear-by-Linear

Association

.020 1 .886

N of Valid Cases 117

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38.


(6)

Status Komplikasi * Keadaan Sewaktu Pulang Crosstabulation

Keadaan Sewaktu Pulang

Total PAPS PBJ Sembuh

Rujuk ke RS lain Status

Komplikasi Ada Komplikasi

Count 2 18 3 0 23

Expected Count 2.1 14.0 6.0 .8 23.0 % within Status

Komplikasi

8.7% 78.3% 13.0% .0% 100.0% % within Keadaan

Sewaktu Pulang

18.2% 25.0% 9.7% .0% 19.5% % of Total 1.7% 15.3% 2.5% .0% 19.5% Tidak Ada

Komplikasi

Count 9 54 28 4 95

Expected Count 8.9 58.0 25.0 3.2 95.0 % within Status

Komplikasi

9.5% 56.8% 29.5% 4.2% 100.0% % within Keadaan

Sewaktu Pulang

81.8% 75.0% 90.3% 100.0% 80.5% % of Total 7.6% 45.8% 23.7% 3.4% 80.5%

Total Count 11 72 31 4 118

Expected Count 11.0 72.0 31.0 4.0 118.0 % within Status

Komplikasi

9.3% 61.0% 26.3% 3.4% 100.0% % within Keadaan

Sewaktu Pulang

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 9.3% 61.0% 26.3% 3.4% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.275a 3 .233 Likelihood Ratio 5.293 3 .152 Linear-by-Linear

Association

2.445 1 .118

N of Valid Cases 118

a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .78.