Dengan demikian, Lalu lintas yang padat dan berulang dengan muatan yang berlebih overload yang diterima oleh struktur perkerasan beton akan
berpengaruh terhadap kinerja perkerasan beton itu sendiri, pengaruhnya antara lain :
a. Keamanan
Ditentukan oleh besarnya gesekan adanya kontak ban dengan permukaan jalan. Besarnya gaya gesek yang terjadi dipengaruhi oleh
bentuk dan kondisi ban, tekstur permukaan jalan, dan kondisi cuaca. b.
Wujud Perkerasan Structural Pavement Berhubungan dengan kondisi fisik dari jalan tersebut seperti adanya
retak-retak, amblas, alur, gelombang, defleksi penurunan, kerusakan pada sambungan dan sebagainya.
c. Fungsi Pelayanan Functional Performance
Berhubungan dengan bagaimana perkerasan tersebut memberikan pelayanan kepada pemakai jalan. Kenyamanan berkendara riding
quality merupakan penggambaran dari wujud perkerasan dan fungsi pelayanan.
II.3.2. Faktor Tanah Dasar Subgrade
Tanah dasar yang umumnya adalah berupa tanah asli, galian ataupun berupa tanah timbunan yang memiliki kekuatan dan stabilitas yang tidak kuat.
Sehingga harus dilakukan perbaikan setempat dengan cara pemadatan sampai kepadatan tertentu ataupun dengan stabilisasi dengan bahan campuran tertentu
yang telah dipilih Yoder, E.J. and Witczak, M.W, 1975. Agar dapat menahan beban lalu-lintas yang bekerja diatasnya, maka digunakan prinsip perkerasan yaitu
Universitas Sumatera Utara
dengan membangun sistem lapisan perkerasan diatasnya, dimana lapisan yang paling atas memiliki kekuatan bahan yang paling tinggi. Tujuannya agar lapisan
perkerasan tersebut mampu menahan beban yang bekerja dan mengurangi tegangan yang terjadi pada tanah dasar. Sifat dari masing-masing jenis tanah
tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air kondisi lingkungan dan lain sebagainya.
Kekuatan tanah dasar secara langsung mempengaruhi tebal perkerasan. Semakin kuat tanah dasar, maka semakin tipis tebal lapisan perkerasan yang
dibutuhkan. Sebaliknya apabila semakin lemah stabilitas tanah dasar, maka semakin tebal lapisan perkerasan yang dibutuhkan.
Dalam perencanaan suatu jalan baru, lapisan tanah dasar sangat diperhatikan, apakah tanah dasar tersebut nantinya dapat menahanmenopang
lapisan perkerasan di atasnya NAASRA, 1987. Maka untuk itu, sebelum pengerjaan lapisan pondasi dilakukan dulu uji pengukuran daya dukung subgrade
dengan :
California Bearing Ratio CBR
Parameter Elastis hanya untuk perkerasan lentur
Modulus Reaksi Tanah Dasar k. Hal ini bertujuan untuk mengestimasi nilai daya dukung subgrade yang
akan digunakan dalam perencanaan.
II.3.3. Material Perkerasan
Material perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori sehubungan deangan sifat dasarnya, akibat beban lalu lintas NAASRA ’87 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
• Material berbutir lepas
Material berbutir terdiri atas kerikil atau batu pecah yang mempunyai gradasi yang dapat menghasilkan kestabilan secara mekanis dan dapat
dipadatkan. Dapat pula ditambah zat aditif untuk menambah kestabilan tanpa menambah kekakuan.
• Material terikat
Merupakan material yang dihasilkan dengan menambah semen, kapur, atau zat cair lainnya dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan bahan
yang terikat dengan kuat tarik. •
Aspal Aspal adalah kombinasi bitumen dan agregat yang dicampur,
dihamparkan dan dipadatkan selagi panas untuk membuat lapisan perkerasan. Kekuatankekakuan aspal diperoleh dari gesekan antara
partikel agregat, viskositas bitumen pada saat pelaksanaan dan kohesi dalam massa dari bitumen dan adhesi antara bitumen dan agregat. Ini
hanya terjadi pada perkerasan lentur. •
Beton semen Merupakan agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah.
Agregat dengan gradasi baik yang digunakan dalam material perkerasan jalan akan memberikan dampak yang baik dalam menopang beban lalu
lintas, mengurangi keretakan pada lapisan permukaan perkerasan. Jadi, material yang digunakan untuk perkerasan haruslah diperhatikan
dengan baik sebelum digunakan untuk campuran beton. Pilihlah agregat dengan gradasi baik untuk mendapatkan pelayanan jalan beton yang lebih lama.
Universitas Sumatera Utara
II.3.4. Kekuatan Beton