Kekuatan Beton FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERKERASAN BETON

II.3.4. Kekuatan Beton

Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah. Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada perkerasan kaku maupun perkerasan lentur, dan sebagai lapisan pondasi atas pada perkerasan kaku. a. Beton Pondasi Bawah Untuk pondasi bawah pada perkerasan lentur, beton mempunyai kelebihan kemampuan untuk ditempatkan dengan dituangkan begitu saja pada area dengan kondisi tanah dasar yang jelek poor subgrade tanpa digilas. Untuk maksud perencanaan struktur, karakteristik penting yang harus diketahui dan dievaluasi adalah modulus, angka Poisson dan penampilan pada saat pembebanan ulang. Beton digunakan untuk dipakai keperluan pondasi bawah mempunyai kuat tekan 28 hari minimum 5 Mpa jika menggunakan campuran abu batu flyash dan 7 Mpa jika tanpa abu batu. b. Beton Pondasi Atas Perkerasan kaku dapat didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai alasdasar atau landasan beton semen. Prinsip parameter perencanaan untuk perencanaan beton didasarkan pada kuat lentur 90 hari. Kuat lentur rencana beton 90 hari dianggap estimasi paling baik digunakan untuk menentukan tebal perkerasan. Dalam praktek, kuat lentur rencana beton 90 hari cukup memadai untuk konstruksi perkerasan jalan jika diambil 3.5 – 4 Mpa. Universitas Sumatera Utara Tipikal hubungan untuk mengubah kuat tekan beton 28 hari ke kuat lentur 90 hari untuk beton yang menggunakan agregat pecah, menurut NAASRA adalah : F 28 = 0.75 √ C 28 F 90 = 1.1 F 28 = 0.83 √ C 28 Dimana : F 28 = Kuat lentur beton 28 hari Mpa F 90 = Kuat lentur beton 90 hari Mpa C 28 = Kuat tekan rencana beton 28 hari Mpa Alternatif yang mudah untuk dan banyak digunakan benda uji tarik silinder sampai terbelah atau uji tarik tidak langsung Brazilian test, yang juga digunakan pada pengendalian mutu. Tipikal hubungan untuk mengubah kuat belah ke kuat lentur menurut NAASRA, sebagai berikut : F 28 = 1.3 S 28 Dimana : S 28 = Kuat belah beton 28 hari Mpa Kuat tekan karakteristik beton pada usia 28 hari untuk perkerasan jalan dengan beton bertulang harus tidak kurang dari 30 Mpa. Menurut SNI T-15-1991-03 : Besarnya Modulus Keruntuhan Lentur Beton f r , yaitu : f r = 0.7 √ f’ c , Mpa untuk beton normal Universitas Sumatera Utara 1 Jika f ct sudah ditentukan, maka √ f’ c diganti 1.8 f ct Dengan ketentuan 1.8 f ct √ f’ c f r = 1.26 f ct Mpa. 2 Jika f ct tidak ditentukan, maka f r harus dikalikan dengan angka sebagai berikut :  Untuk Beton Ringan Total : f r = 0.75 0.7 √ f’ c f r = 0.525 √ f’ c Mpa  Untuk Beton Ringan Berpasir : f r = 0.85 0.7 √ f’ c f r = 0.595 √ f’ c Mpa dimana : f’ c = Kuat tekan karakteristik beton pada usia 28 hari f ct = Kuat tarik belah rata-rata beton ringan f’ c , f ct Mpa Menurut ACI 318-83 :  Untuk Beton Ringan Total : f ct = 0.417 √ f’ c Mpa  Untuk Beton Ringan Berpasir : f ct = 0.473 √ f’ c Mpa  Untuk keperluan praktis dalam perencanaan, harga-harga di bawah ini dapat digunakan : Untuk Beban Normal : f ct = 0.556 √ f’ c Mpa f r = 0.62 √ f’ c Mpa Universitas Sumatera Utara f r = 1.115 √ f’ c Mpa Pengujian yang dilakukan : a. Untuk menentukan Modulus Keruntuhan Lentur Beton Modulus of Rupture dilakukan dengan standar ASTM C78 – 75 atau AASHTO T97 – 76 1982 “Flexural Strength of Concrete” menggunakan balok simple beam beton dengan Pembebanan Tiga Titik. b. Untuk menentukan kuat tarik belah beton, dilakukan dengan standar ASTM C496 – 71 atau AASHTO T198 – 74 1982 “Splitting Tensile Strength” menggunakan contoh silinder beton. Kalau ditinjau dari metoda AASHTO, Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elasitisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton itu sendiri. Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam merencanakan perkerasan jalan beton semen portland adalah kekuatan beton itu sendiri AASHTO ’93. Kekuatan beton harus di uji terlebih dahulu di laboratorium dengan menggunakan benda uji silinder 15 x 30 cm. Kuat tekan beton f c’ ditetapkan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan. Di Indonesia saat ini umumnya digunakan f c’ = 350 kgcm 2 untuk pelat beton sedangkan untuk beton pondasi bawah wet lean concrete juga demikian dengan menggunakan silinder f c’ = 105 kgcm2. Dan modulus rupture flexural strength S c’ = 45 kgcm 2 atau 640 psi. F c’ digunakan untuk penentuan parameter modulus elastisitas beton Ec’. Universitas Sumatera Utara

II.3.5. Kondisi Drainase Perkerasan