Metoda AASHTO Perhitungan Overlay AC 1V.1.3.1. Metoda AUSTROADS

1V.1.3.2. Metoda AASHTO

 Umur Rencana n = 5 tahun D oi = A D f – D eff Dimana : D oi = Tebal lapis ulang AC yang diperlukan A = Faktor konversi dari kekurangan tebal pelat beton ke tebal lapis ulang AC D f = Tebal pelat untuk mendukung lalu lintas di masa mendatang, yang merupakan fungsi dari properties pelat perkerasan eksisting dan pondasi, seperti : modulus elastisitas, modulus rupture, dan load transfer, dll. D eff = Tebal efektif dari perkerasan eksisting 1. CESA = 18.544.845 1,85 x 10 7 2. Menentukan nilai Modulus Reaksi Tanah Dasar k dan Modulus Elastis Beton E c dengan 2 cara yaitu : • Cara lendutan • Cara CBR 2.1. Cara lendutan  Hitung nilai AREA dari lendutan yang diperoleh dengan alat FWD, diambil nilai lendutan pada titik tengah pelat karena paling besar menerima beban lalu lintas. Nilai lendutan rata-rata adalah : d 0’ = 0,159 + 0,143 + 0,167 3 = 0,156 Universitas Sumatera Utara d 12’ = 0,136 + 0,120 + 0,128 3 = 0,128 d 24’ = 0,116 + 0,101 + 0,096 3 = 0,104 d 36’ = 0,096 + 0,081 + 0,070 3 = 0,082 dimana : d = Lendutan pada titik tengah pelat mm di = Lendutan pada 12’,24’, 36’ dari titik tengah pelat mm Nilai AREA dihitung menggunakan rumus dibawah ini : AREA = 6 [ 1 + 2     12 d d + 2     24 d d +     36 d d ] = 6 [ 1 + 2       156 , 128 , + 2       156 , 104 , +       156 , 082 , ] = 27 pelat betonnya lemah Nilai AREA secara tipikal akan mempunyai nilai dari 29 – 32 untuk beton yang kuat.  Hitung nilai k-dinamis efektif berdasarkan nilai d dan AREA dengan menggunakan rumus dibawah atau menggunakan grafik gambar 3.4. k =     2 8 k l d p                   − +           + 2 25 , 1 2 ln 2 1 1 k k l a l a γ π dimana : d = Lendutan maksimum p = beban dipakai 9.000 pounds γ = kontanta Euler’s 0,57721566490 l k = radius of relative stiffness Universitas Sumatera Utara lk =             −       − 559340 , 2 279133 , 1812 36 ln AREA Nilai k dinamis adalah 50 – 500 pci  Hitung nilai k-statis efektif berdasarkan nilai k-dinamis efektif : Nilai k-statis efektif = 2 , efektiff dinamis k −  Hitung Modulus Elastisitas beton E berdasarkan nilai AREA, Tebal pelat dan nilai k-dinamis efektif dengan menggunakan rumus dibawah ini atau grafik gambar 3.5. : E c = [ ] 3 2 1 12 D k lk µ − Dimana : D = Tebal pelat beton mm μ = poisson ratio pelat beton = 0,15 k = k-dinamis efektif psi Nilai E c adalah 3 – 8 x 10 6 psi untuk pelat beton yang kuat dan 3 x 10 6 psi untuk pelat beton yang lemah. 2.2. Cara CBR  CBR = 6  Modulus reaksi tanah dasar k k = 4 , 19 MR = 4 , 19 1500xCBR = 4 , 19 6 1500x = 464 pci • Lapis subbase : Cement aggregate mixture • Loss of Support : LS = 1 Universitas Sumatera Utara Koreksi effective modulus of subgrade reaction lihat gambar 3.4, didapat k = 160 pci. Gambar 3.4. Correction of Effective Modulus of Subgrade Reaction for Potensial Loss Subbase Support  Modulus Elastis Beton E c E c = 57.000 fc f c ’ = kuat tekan beton, silinder psi telah ditetapkan sesuai spesifikasi pekerjaan di Indonesia pada umumnya digunakan f c ’ = 350 kgcm 2 . Jadi, E c = 57.000 350 = 1.066.372,355 = 1,07 x 10 6 psi Universitas Sumatera Utara Dengan demikian diambillah nilai k dan Ec dari nilai CBR, karena cara ini lebih akurat dari cara lendutan. k = 160 pci E c = 1,07 x 10 6 psi 3. Hitung faktor koreksi lentur pelat perkerasan B berdasarkan rasio d d 12’ dari nilai lendutan yang diukur pada titik tengah pelat. Nilai B ideal berada antara 1,05 – 1,15. B = 12 d d = 128 , 156 , = 1,22 4. Hitung nilai load transfer ∆LT dengan per samaan dibawah ini : ∆LT = 100       ∆ ∆ i ui B Dimana : ∆LT = Load transfer ∆ ui = Lendutan sisi pada pelat yang tidak dibebani unloaded ∆ I = Lendutan sisi pada pelat yang dibebani B = Faktor koreksi lentur pelat beton 5. Tentukan nilai koefisien Load transfer “J” dengan menggunakan tabel 3.2. Nilai load transfer diambil yang terendah yaitu 64 , J = 3,5 6. Estimasi nilai Modulus Rupture Flexural Strength S c ’ S c ’ = 210 + 1,02 IT IT = Kuat tarik tak langsung dari bor inti berdiameter 6 inchi psi Universitas Sumatera Utara [ ]                 − − − + + +       − ∆ + − + + = 25 , 75 , 75 , 10 46 , 8 7 10 10 18 10 42 , 18 63 , 215 132 , 1 log 32 , 22 , 4 1 10 624 , 1 1 5 , 1 5 , 4 log 06 , 1 log 35 , 7 log k E D xJx D x C S x p D x PSI D S Z w c d c t R [ ]                 − − − + + +       − + − + + − = 25 , 6 75 , 75 , 10 46 , 8 7 10 10 7 10 160 10 07 , 1 42 , 18 5 , 3 63 , 215 132 , 1 1 640 log 5 , 2 32 , 22 , 4 1 10 624 , 1 1 5 , 1 5 , 4 7 , 1 log 06 , 1 log 35 , 7 39 , 645 , 1 10 85 , 1 log x D x x D x x x x D x D x x Modulus rupture Flexural strength pada umumnya digunakan : S c ’ = 45 kgcm 2 = 640 psi. 7. Tentukan tebal pelat perkerasan yang diperlukan untuk lalu lintas mendatang D f . Data –data parameter yang digunakan :  Z R = Standar deviasi normal = - 1,645  R = Reliability = 95  So = Standar deviasi = 0,39  ∆ PSI = pt – po, kehilangan tingkat pelayanan = 1,7  Cd = Koefisien drainase = 1  k = 160 pci  E c = 1,07 x 10 6 psi  S c ’ = Modulud rupture = 45 kgcm 2 = 640 psi.  J = Koefisien load transfer = 3,5  pt = terminal serviceability index jalur utama = 2,5  ESAL = W 18 = 18.544.845 1,85 x 10 7 Universitas Sumatera Utara Didapat, D = D f = 280 mm = 28 cm 8. Faktor penyesuaian sambungan dan retak F jc dan Faktor penyesuaian kerusakan akibat fatik F fat , lihat gambar 3.6 dan tabel 3.3. diperoleh : Ruas Seksi F jc F fat Kesambi Cikampek 1 0,92 0,96 2 0,87 0,91 3 0,94 0,92 9. Tentukan tebal pelat perkerasan efektif D eff dari perkerasan eksisting : D eff = F jc . F fat . D Ruas Seksi F jc F fat D cm D eff cm Kesambi Cikampek 1 0,92 0,96 25 22 2 0,87 0,91 25 20 3 0,94 0,92 25 22 Untuk keseragaman, D eff berpatokan kepada seksi ruas jalan yang paling parah mengalami kerusakan yaitu, seksi 2 = 20 cm 10. Hitung faktor konversi ketebalan lapis ulang AC A dengan persamaan dibawah ini atau menggunakan gambar 3.2. : A = 2,2233 + 0,0099 D f – D eff 2 – 0,1534 D f – D eff = 2,2233 + 0,0099 28 – 20 2 – 0,1531 28 – 20 = 1,6321 11. Dengan demikian, didapatlah tebal lapis ulang D oi : D oi = A D f – D eff Universitas Sumatera Utara [ ]                 − − − + + +       − + − + + − = 25 , 6 75 , 75 , 10 46 , 8 7 10 10 7 10 160 10 07 , 1 42 , 18 5 , 3 63 , 215 132 , 1 1 640 log 5 , 2 32 , 22 , 4 1 10 624 , 1 1 5 , 1 5 , 4 7 , 1 log 06 , 1 log 35 , 7 39 , 645 , 1 10 31 , 4 log x D x x D x x x x D x D x x = 1,6321 28 – 20 = 13,0568 cm ≈ 13 cm Jadi, tebal lapis tambah D oi = 13 cm  Umur Rencana n = 10 tahun 1. CESA = 43.141.592 4,31 x 10 7 2. Analog dengan parameter hitungan pada metoda AASHTO untuk umur rencana n = 5 tahun, untuk AASHTO dengan n = 10 tahun data-datanya sebagai berikut :  Z R = Standar deviasi normal = - 1,645  R = Reliability = 95  So = Standar deviasi = 0,39  ∆ PSI = pt – po, kehilangan tingkat pelayanan = 1,7  Cd = Koefisien drainase = 1  k = 160 pci  E c = 1,07 x 10 6 psi  S c ’ = Modulus rupture = 45 kgcm 2 = 640 psi.  J = Koefisien load transfer = 3,5  pt = terminal serviceability index jalur utama = 2,5  ESAL = W 18 = 43.141.592 4,31 x 10 7 3. Tentukan tebal pelat perkerasan yang diperlukan untuk lalu lintas mendatang D f : Universitas Sumatera Utara Didapat, D = D f = 300 mm = 30 cm 4. Tebal pelat perkerasan efektif D eff = 20 cm Faktor konversi ketebalan lapis ulang AC A = 1,7053 5. Dengan demikian, didapatlah tebal lapis ulang D oi : D oi = A D f – D eff = 1,6321 30 – 20 = 16,321 cm ≈ 16 cm Jadi, tebal lapis tambah D oi = 16 cm Universitas Sumatera Utara

1V.1.3.3. Metoda Asphalt Institute