Peranan RPP Dalam Kegiatan Pembelajaran

210 kegiatan pembelajaran, b buku-buku sumber, c penggunaan peralatan teknologi pembelajaran modern, d pembiayaan, e tanggung jawab dinas pendidikan, f persetujuan implementasi bahasa Portugis, g kendala implementasi bahasa Portugis, dan h masa depan bahasa Portugis.

A. Peranan RPP Dalam Kegiatan Pembelajaran

Satu-satunya kegiatan yang menunjukkan dan mendukung implementasi program bahasa Portugis sebagai bahasa pengantar pendidikan adalah dengan menggunakan bahasa Portugis dalam pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar yang seharusnya dilaksanakan oleh guru dan siswa di kelas. Di sini guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pebelajar diwajibkan untuk menggunakan bahasa Portugis sebagai sarana komunikasi selama berada di lingkungan sekolah terutama pada saat PBM berlangsung di kelas. Penggunaan bahasa Portugis dalam proses belajar mengajar di kelas dapat berlangsung melalui dua cara yaitu secara tertulis dan secara lisan. Secara tertulis seharusnya diimplementasikan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang mencantumkan judul, topik, sub topik, alokasi waktu, tujuan, metode, teknik, prosedur, evaluasi sehingga pembelajaran memiliki arah yang jelas dan berjalan efisien serta 211 efektif. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru pada SMP Hera tidak menggunakan RPP, dan hanya SMP Sacrojes yang membuat RPP dalam bahasa Portugis namun tetap disampaikan dalam bahasa Tétum. Guru SMP Hera tidak membuat RPP karena semua kegiatan pembelajaran telah direncanakan dan ditetapkan oleh pemerintah. Padahal ketetapan perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ini dalam bentuk buku-buku pelajaran saja yang ditulis dalam bahasa Portugis kemudian didistribusikan ke setiap sekolah SMP yang ada di Timor-Leste. Buku-buku pelajaran ini seharusnya digunakan sebagai sumber untuk pembuatan RPP. Namun kenyataannya para guru langsung mengangkat buku untuk ditandai, diwarnai, digarisbawahi, lalu mengajar siswa tanpa membuat RPP. Tindakan tidak membuat RPP merupakan praktek yang bertentangan dengan pernyataan Adisusilo tth yang menyatakan bahwa RPP adalah rencana operasional kegiatan pembelajaran setiap atau beberapa kompetensi dasar KD dalam setiap tatap muka di kelas. Dikatakan bertentangan karena dalam praktek penyelenggaraan PBM guru SMP Hera hanya menggarisbawahi, mewarnai, atau menandai bagian pelajaran yang dipandang penting kemudian disampaikan kepada 212 peserta didik. Hal ini juga bertentangan dengan pendapat Setyawanto, dkk tth yang menyatakan bahwa dengan pembuatan RPP guru dapat mengorganisasi fasilitas, perlengkapan, alat bantu pengajaran, waktu dan isi dalam rangka untuk mencapai tujuan mengajar seefektif mungkin serta menghubungkan tujuan dan prosedur dengan keseluruhan tujuan mata pelajaran yang diajarkan. Dikatakan bertentangan karena dalam praktek pelaksanaan PBM guru belum membuat RPP sebagai persiapan utama bagi perwujudan pembelajaran secara efisien dan efektif. Sedangkan secara lisan berarti bahasa Portugis harus digunakan oleh guru dan siswa sebagai bahasa pengantar dalam memberikan informasi, orientasi, penjelasan, perintah, nasehat, pertanyaan, jawaban, usulan, saran. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru dan siswa SMP Hera dan SMP Sacrojes belum menggunakan bahasa Portugis sebagai bahasa pengantar pendidikan secara lisan dalam PBM. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian angket bahwa 66 siswa SMP Hera dan 92,1 siswa SMP Sacrojes mengatakan guru menggunakan bahasa Tétum dalam memberikan penjelasan, bukan menggunakan bahasa Portugis. Maka dikatakan bahwa pada umumnya guru SMP 213 Hera dan SMP Sacrojes tidak menggunakan bahasa Portugis secara lisan. Kenyataan ini sesuai dengan ungkapan Mariette Bolina 2005 bahwa mayoritas guru Timor-Leste tidak fasih berbahasa Portugis, meskipun kursus bahasa sering diberikan oleh Pemerintah Portugis, melalui Layanan Pendidikan Kedutaan Besar di Timor-Leste. Memang, beberapa dari sekitar 4.150 guru pendidikan dasar, yaitu orang- orang yang pada prinsipnya, sudah mengajar di jaman pemerintahan Portugis, mereka hanya memiliki pengetahuan yang sangat dasar tentang bahasa ini. Akibatnya, banyak anak-anak yang sedang menyelesaikan pendidikan dasar mengalami kesulitan besar dalam memahami dan mengekspresi bahasa Portugis. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Timor-Leste harus menaruh perhatian yang paling serius bagi pemberdayaan tenaga pendidik SMP di Timor-Leste. Belajar bahasa berarti menggunakan bahasa bersangkutan melalui dua cara yaitu secara lisan dan tulisan. Namun cara untuk mempercepat penguasaan suatu bahasa adalah dengan cara lisan. Bahasa lisan tidak terlepas dari penggunaan bahasa yang sedang dipelajari dalam kehidupan seharian. Artinya seseorang yang belajar bahasa harus mampu dan mau mempraktekkan bahasa yang sedang dipelajari sebagai 214 alat komunikasi. Tetapi hasil penelitian ini kontradiksi dengan pernyataan di atas sebab hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru dan siswa belum menggunakan bahasa Portugis di dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam praktek sehari-hari guru dan siswa menggunakan bahasa Portugis hanya untuk menulis namun tidak digunakan sebagai alat komunikasi lisan selama pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariette Bolina 2005 bahwa sebagian besar dari hampir 1.176 guru Pendidikan dasar tidak berkomunikasi dalam bahasa Portugis…. Namun kebiasaan guru SMP Hera dan SMP Sacrojes tidak memiliki kebiasaan berbahasa Portugis di lingkungan sekolah, di kantor kepala dan wakil kepala sekolah, di ruang guru, dalam rapat dewan guru, dalam pembelajaran di kelas. Apa lagi di luar sekolah baik guru maupun siswa selalu menggunakan bahasa Tétum dan bahasa ibu mereka sedangkan bahasa Portugis dilupakan sama sekali. Berdasarkan pada data yang diperoleh melalui statistik menunjukkan bahwa kebiasaan guru dan siswa di sekolah adalah 81,5 siswa SMP Hera dan 98,8 siswa SMP Sacrojes menyatakan bahwa bahasa yang mereka gunakan sebagai bahasa pergaulan di sekolah adalah bahasa Tétum. Dan mengenai bahasa pergaulan guru 215 seharian dan bahasa dalam rapat dewan guru; 88,9 guru SMP Hera dan 100 guru SMP Sacrojes menggunakan bahasa Tétum, bukan bahasa Portugis. Hal ini berarti bahwa masih sangat sedikit persentase guru dan siswa yang mampu menggunakan bahasa Portugis di sekolah.

B. Buku-Buku Sumber

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jenis dan Pola Penyelesaian Pelanggaran Keimigrasian di Timor Leste T2 322011902 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Pembentukan Institusi Kepolisian Nasional Timor Leste T2 322011008 BAB IV

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste T2 912010015 BAB IV

0 1 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016

0 0 158

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016 T2 942015901 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016 T2 942015901 BAB II

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016 T2 942015901 BAB I

0 0 9

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tolok Ukur Membela Democratic Legality Tugas Polisi Timor Leste T2 BAB IV

0 0 6

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kerjasama Bilateral Indonesia dan Timor Leste dalam Pembangunan Ekonomi di Timor Leste T1 BAB IV

1 3 25