162
adalah bahasa yang paling sulit dalam struktur bahasanya, wawancara, 14112016.
Berdasarkan pada hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa sampai pada penelitian ini
dilaksanakan semua pihak menyetujui program implementasi
bahasa Portugis
sebagai bahasa
pengantar PBM. Namum dalam menggunakan bahasa tersebut ada kesulitan yang sangat dirasakan oleh
guru dan siswa. Namun dengan eksistensi guru yang belum menggunakan bahasa Portugis, secara implisit
mengindikasikan bahwa orang Timor-Leste kurang setuju diberlakukannya bahasa Portugis sebagai
bahasa pengantar dalam PBM.
K. Perubahan Kebijakan
Dengan berbagai
kesulitan yang
dihadapi sepertinya
ada perbedaan
pendapat tentang
implementasi bahasa
Portugis sebagai
bahasa pengantar pendidikan. Pada tahun 2016, buku-buku
berbahasa Tétum telah diterbitkan. Buku-buku berbahasa Tétum ini dijadikan sebagai buku pelajaran
bagi siswa kelas I, II, III dan kelas IV kecuali mata pelajaran bahasa Portugis tetap dalam bahasa
Portugis. Pernyataan di atas didukung dengan pernyataan
kepala sekolah SMP Hera 30112016 bahwa sudah ada perubahan informasi tentang implementasi bahasa
163
Portugis sebagai bahasa pengantar pendidikan yaitu bahasa Portugis baru berlaku untuk siswa kelas V
tetapi untuk siswa kelas I, II, III dan kelas IV harus menggunakan
bahasa Tétum
sebagai bahasa
pengantar pembelajaran. Semua buku berbahasa Tétum ini sudah didistribusikan kepada semua sekolah
dasar yang ada di Timor-Leste. Dengan terbitnya buku berbahasa Tétum untuk
peserta didik kelas I, II, III dan kelas IV, maka peneliti kembali bertanya kepala sekolah SMP Hera tentang
bahasa yang dipakai dalam kurikulum untuk peserta didik kelas V ke atas. Dalam menjawab pertanyaan
peneliti kepala sekolah SMP Hera 1522017 berkata:
“Berdasarkan pada Training of Trainers TOT yang kami dapat, kurikulum untuk kelas V dan kelas VI
berbahasa Portugis tetapi menggunakan bilingual. Kurikulum untuk siklus pertama bukan bahasa
Tétum melulu tetapi kalau waktu untuk mata pelajaran bahasa Portugis tetap ada pelajaran bahasa
Portugis. Di sini rencana pembelajaran sudah lengkap. Jika ada guru yang melewati pelajaran, para
siswa tidak tahu karena isi pelajaran merupakan sebuah rentetan pelajaran yang saling berhubungan.
Guru membuat, siswa mengikuti sehingga setiap hari kosa katanya semakin meningkat. Misalnya: sento-
me, levanto-me, senta-te, senta-se, artinya: saya duduk, saya berdiri, kamu duduk, dia duduk,
masing-masing
dengan konjugasinya
langsung dipraktekkan oleh peserta didik selama lima menit
setiap hari sehingga langsung dicerna oleh siswa. Untuk kelas II, lima menit ini ditambah lagi menjadi
25 menit, untuk kelas III dan IV menjadi 50 menit. Demikian, sampai pada kelas V siswa sudah
menguasai banyak kosa kata sehingga untuk kelas V dan VI sudah bisa menggunakan bilingual. Setiap
hari Sabtu ada empat aktivitas yang harus
164 dilaksanakan; KKG GTP; Grupo Trabalho dos
Professores, mimbar assembleia, pengisian aula recopera dan pengayaan Aula reforça. Mimbar, para
siswa presentasekan sesuatu misalnya; menggambar, puisi, lagu, drama, menulis, membaca dan lain-lain
dalam bahasa Tétum dan Portugis sehingga orang tuawali siswa bisa datang menonton pada waktu
itu. Pengisin aula recopera; untuk mengisi kembali waktu yang pernah diabaikan. Pengayaan aula
reforça; pengulangan materi bagi peserta didik yang bermasalah.
Oleh karena
itu guru
harus mengadakan penelitian tindakan kelas PTK.”
Mengingat siswa SMP Hera yang terdiri atas 60- an orang setiap rombel peneliti kembali bertanya kepala
sekolah apakah siswa SMP setiap rombel sebanyak itu bisa menerapkan sistem kelompok yang terdiri atas
delapan orang. Dalam menjawab pertanyaan ini, kepala sekolah SMP Hera 1522017 berkata bahwa untuk
siswa 60-an orang tidak bisa tetapi sudah dicoba untuk 50 siswa bisa. Semua siswa harus terbagi dalam
kelompok. Setiap kelompok terdiri atas enam orang. Setiap kelas bisa membentuk delapan kelompok, jadi
untuk kelas yang lebih dari 50 siswa sulit. Mengingat kondisi kursi siswa yang hanya
memungkin untuk diisi dua orang siswa, peneliti kembali menyarankan supaya satu dapat diisi tiga
orang siswa. Dalam menanggapi saran peneliti kepala sekolah mengatakan bahwa model meja yang dipakai di
SMP pada waktu itu tidak dipakai tetapi harus diganti dengan model meja yang dipakai oleh siswa kelas I dan
165
II sehingga memungkinkan semua siswa harus duduk berhadapan.
Mengenai kurikulum untuk siswa kelas I, II, III, dan IV yang harus menggunakan bahasa Tétum
sebagai bahasa pengantar, bapak Virgilio wakil kepala sekolah SMP Hera mengatakan bahwa bahasa Portugis
tetap ada tetapi untuk kelas I dan II, mereka sekedar dengar-dengar saja, tidak menulis. Untuk kelas III dan
IV, bahasa Portugis dan bahasa Tétum bercampuran sama rata, serupa kamus bahasa Portugis
–bahasa Tétum dan sebaliknya. Untuk kelas V dan VI,
penggunaan bahasa Portugis harus lebih banyak daripada bahasa Tétum. Sehingga nanti sampai pada
kelas VII dan seterusnya bahasa Tétum sudah tidak digunakan lagi tetapi hanya menggunakan bahasa
Portugis, wawancara. 2612017. Mengenai realisasinya bahasa Tétum dan bahasa
Portugis sebagai bahasa pengantar itu, bapak Virgilio mengatakan bahwa semua program sudah tersedia
namun pelaksanaannya fase demi fase. Pada waktu itu baru mulai lagi untuk siklus kedua yaitu kelas III dan
IV yang harus selesai pada bulan Maret atau April tahun itu. Kemudian baru dilanjutkan lagi dengan
siklus ketiga yaitu kelas VII, VIII dan IX yang belum dimulai pada waktu itu wawancara, 2612017.
Tetapi bapak Virgilio tetap meragukan kemampuan
166
guru berbahasa Portugis selanjutnya dengan berkata: “KKG GTP, tetap penting bagi mereka untuk saling
melengkapi sebab tidak selamanya instruktur tinggal bersama dengan mereka untuk menyelesaikan masalah
mereka. Maka para guru harus menjadi lebih kreatif memecahkan masalah pribadi dan masalah sesama
mereka. Mengenai legalisasi kegiatan yang dikatakan oleh
bapak Virgilio, beliau mengatakan bahwa semula mereka dilatih oleh INFORDEPE sebagai dasar legal,
kemudian baru mereka share kepada guru yang lain. Semua guru diwajibkan untuk melaksanakan karena
itu kementerian
pendidikan untuk
menambah pengetahuan mereka sebagai tenaga pendidik.
Untuk mengetahui apakah program tersebut sudah dilaksanakan atau belum, wakil kepala sekolah
akan berusaha
untuk kembali
menginspeksi pelaksanaan program tersebut, masalah yang muncul
dalam pelaksanaan dan sebagainya. Untuk mengetahui program yang dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah
ini maka petugas dari dinas pendidikan datang ke sekolah untuk melaksanakan inspeksi.
L. Pemberdayaan Guru