Tanggung Jawab Dinas Pendidikan Kebijakan Baru Program Bahasa Portugis

221

E. Tanggung Jawab Dinas Pendidikan

Pelaksanaan semua kegiatan pembelajaran dalam suatu wilayah adalah tanggungjawab kepala dinas pendidikan beserta seluruh staf pegawainya. Hal ini berarti bahwa kepala dinas dan staf pendidikan bertanggung jawab untuk mengontrol semua program pembelajaran pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian melalui wawancara dikatakan bahwa untuk menjamin implementasi program bahasa Portugis sebagai bahasa pengantar pendidikan di SMP Hera dan SMP Sacrojes, dinas pendidikan bertanggung jawab untuk menerima dan mendistribusikan buku pelajaran yang didistribusikan dari kementerian pendidikan kepada semua sekolah SMP yang ada di kabupaten Díli. Hal ini sesuai dengan Undang-undang pendidikan No. 142008 pasal 54 tentang sumber daya pendidikan yang menyatakan bahwa sumber daya pendidikan memerlukan pertimbangan khusus dalam hal perpustakaan dan media perpustakaan sekolah. Buku-buku pelajaran ini dapat digunakan oleh guru untuk membuat RPP dan bagi siswa untuk mengikuti pelajaran.

F. Kebijakan Baru Program Bahasa Portugis

Dalam implementasi program bahasa Portugis sebagai bahasa pengantar pendidikan dalam PBM ada 222 paradigma yang berbeda. Perbedaannya adalah bahwa di satu pihak mengatakan bahwa bahasa Portugis harus mulai diajarkan pada kelas I sekolah dasar seperti yang terjadi sebelum penelitian ini dilaksanakan. Namun di pihak lain lagi mengatakan bahwa untuk melek huruf perlu menggunakan bahasa ibu atau bahasa indigenous. Hasil penelitian wawancara menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapat tentang implementasi program bahasa Portugis sebagai bahasa pengantar dalam PBM. Perbedaan paradigma ini terbukti dengan munculnya buku-buku pelajaran baru yang menggunakan bahasa indigenous sebagai bahasa pengantar dalam PBM untuk kelas I, II, III dan kelas IV sekolah dasar. Sedangkan bahasa Portugis baru mulai berlaku pada kelas V sekolah dasar dan seterusnya. Perubahan kurikulum ini terjadi karena adanya banyak keluhan bahwa bahasa Portugis sangat sulit bagi anak-anak untuk dipahami. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Hong wang 2008 di China untuk mengeksplorasi persepsi guru dalam implementasi kebijakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab kegagalan implementasi bahasa Inggris adalah guru yang disebabkan oleh; tidak tersedianya bahan ajar yang dibutuhkan, kurangnya motivasi bagi 223 staf, pengetahuan guru yang tidak memadai, keyakinan dan pengalaman yang minim, interpretasi yang berbeda tentang kebijakan yang sama; dan pemahaman yang dangkal tentang kebijakan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Gordon 2014 di Zambia menyatakan bahwa bahasa lokal dipakai di Zambia untuk mengembangkan keterampilan literasi awal artinya untuk kelas I, II, III dan kelas IV menggunakan bahasa asli namun untuk siswa kelas V hingga perguruan tinggi diwajibkan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan. Dengan demikian pemerintah Zambia dapat mengunifikasi masyarakatnya dari berbagai suku bahasa dan budaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nmadu Melu Obi 2013 yang menyatakan: “Bahasa adalah suatu alat penting dalam masyarakat manusia. Pernyataan yang mengatakan bahwa ‘tidak ada bahasa tidak ada masyarakat,’ merupakan sebuah fakta. Persatuan dan pembangunan masyarakat terlekat pada bahasa. Tiada masyarakat manusia yang tidak terikat pada bahasa tertentu yang bertindak sebagai kekuatan pemersatu serta alat untuk mencapai persatuan dan pembangunan nasional.” Dari semua uraian di atas kita boleh menyatakan bahwa bahasa merupakan jembatan untuk menghubungkan seseorang dengan orang lain, sekelompok manusia dengan kelompok manusia lain, suatu bangsa dengan bangsa lain, suatu negara dengan negara lain. Singkatnya bahasa merupakan 224 sarana pemersatu seluruh umat manusia sedunia. Tanpa bahasa manusia akan menjadi seperti sebuah pulau di tengah laut yang tak pernah bersuara berkomunikasi dengan makhluk lain. Oleh karena itu setiap bangsa dan negara bercita-cita untuk memiliki bahasa persatuan apalagi kalau masyarakat yang heterogen, kaya akan bahasa.

G. Kendala Implementasi Bahasa Portugis

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jenis dan Pola Penyelesaian Pelanggaran Keimigrasian di Timor Leste T2 322011902 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Problematika Pembentukan Institusi Kepolisian Nasional Timor Leste T2 322011008 BAB IV

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste T2 912010015 BAB IV

0 1 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016

0 0 158

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016 T2 942015901 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016 T2 942015901 BAB II

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Bahasa Portugis sebagai Bahasa Pengantar dalam PBM pada SMP di Timor Leste Tahun Ajaran 2016 T2 942015901 BAB I

0 0 9

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tolok Ukur Membela Democratic Legality Tugas Polisi Timor Leste T2 BAB IV

0 0 6

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Kerjasama Bilateral Indonesia dan Timor Leste dalam Pembangunan Ekonomi di Timor Leste T1 BAB IV

1 3 25