pelaksanaan pada akhir periode pembukuan Keputusan Menteri BUMN No:KEP- 100MBU2002, dapat dihitung dengan rumus:
ROI = EBIT +
Penyusutan Capital Employed
x 100 Dengan penggunaan rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan
efisien dalam memberdayakan aset dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba dari aset yang dipergunakan Sartono, 1999:31.
2.1.2 Kinerja Operasional Perusahaan
Kamus besar Bahasa Indonesia
Poerwadarminta, 2009
mendefinisikan kinerja performance adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan.
Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan berbagai
macam variabel atau indikator dimana ukuran kinerja tersebut diturunkan dari visi, strategi dan tujuan perusahaan Hansen dan Mowen, 2009.
Pengukuran kinerja menurut Mahsun 2009:26 adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan
berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Mardiasmo 2009:122 menyatakan beberapa tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
1 Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik top down dan bottom
up ;
Universitas Sumatera Utara
2 Untuk mengukur kinerja financial maupun non-financial secara berimbang
sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi; 3
Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence;
4 Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional. Dari beberapa pengertian diatas secara sederhana bahwa kinerja merupakan
salah satu alat untuk menilai perusahaan dalam menjalankan tugas yang dijalankannya apakah dapat memenuhi sasaran yang telah ditetapkan. Dari hasil
kinerja tersebut dapat dilihat apakah individu atau kelompok tersebut berhasil atau gagal dalam menjalankan tugas yang dijalankannya.
Untuk industri perkebunan, Kementerian BUMN telah memberikan keputusan dalam SK Menteri BUMN Nomor: KEP-100MBU2002 yang
menyebutkan bahwa kinerja operasional adalah indikator yang dinilai yang meliputi unsur-unsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam rangka
menunjang kebehasilan operasional sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Jumlah indikator dalam aspek operasional yang digunakan untuk penilaian tingkat
kesehatan setiap tahunnya minimal 2 dua indikator dan maksimal 5 lima indikator, dimana apabila dipandang perlu indikator-indikator yang digunakan
untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun dapat berubah, misalnya, suatu indikator yang pada tahun sebelumnya selalu digunakan dan pada tahun ini tidak lagi
digunakan karena dianggap bahwa untuk kegiatan yang berkaitan dengan indikator tersebut, perusahaan telah mencapai tingkatanstandar yang sangat baik,
Universitas Sumatera Utara
atau karena ada indikator lain yang telah dipandang lebih dominan pada tahun yang bersangkutan.
Sesuai dengan karakteristik bisnis perkebunan, indikator kinerja operasional sekaligus menjadi kunci keberhasilan perusahaan perkebunan adalah
produksi, produktivitas dan jumlah biaya yang dikeluarkan Rahardjo, 2009. Penelitian yang dilakukan Tsikriktsis 2007, indikator yang digunakan
sebagai kinerja operasional adalah produktivitas dan kualitas dan menyimpulkan bahwa kinerja operasional berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Penelitian ini direplikasi oleh Parast dan Fini 2010 dimana faktor kinerja operasional yang digunakan adalah produktivitas tenaga kerja, kinerja ketepatan
waktu, harga gas, gaji karyawan, biaya pemeliharaan dan menyimpulkan hanya kinerja ketepatan waktu yang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Indrianty dan Yos 2012 dalam penelitiannya di rumah sakit menggunakan biaya pencegahan, biaya asesmen, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan
eksternal sebagai faktor kinerja operasional. Indrianty dan Yos 2012 menyimpulkan bahwa semua indikator kinerja operasional berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas, hanya biaya kegagalan internal yang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
2.1.2.1 Produktivitas adalah produksi per satuan faktor produksi. Produktivitas
hasil kebun merupakan kemampuan tanaman untuk menghasilkan TBS Tandan Buah Segar per satuan luas areal yang diukur dengan membagi produksi Tandan
Buah Segar dengan luas areal tanaman yang menghasilkan. Bisnis perkebunan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bisnis non perkebunan. Diperlukan
Produktivitas hasil kebun.
Universitas Sumatera Utara
areal tanaman yang luas dalam skala ribuan hektar dengan status HGU Hak Guna Usaha untuk ditanami dengan kelapa sawit. Areal tanaman merupakan mesin inti
produksi dalam bisnis perkebunan. Areal yang luas merupakan salah satu faktor produksi yang penting disamping faktor-faktor produksi lainnya, namun areal
tanaman yang semakin luas tidak menjamin bahwa produksi yang dihasilkan akan semakin besar jumlahnya. Asari, et al. 2011 menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara luas areal yang ditanam dengan produksi. Kemampuan manajerial yang baik dalam pengelolaan areal dan pemeliharaan tanaman kelapa
sawit yang standar akan sangat menentukan produksi tanaman kelapa sawit secara optimum, sesuai dengan potensi tanaman.
Beberapa faktor dominan yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi Tandan Buah Segar adalah: 1 Pemilihan bibit varietasklon 2 Perawatan
tanaman kelapa sawit, mulai dari Tanaman Belum Menghasilkan TBM hingga menjadi Tanaman Menghasilkan TM. Pemeliharaan terdiri dari: pemupukan,
penyiangan dan pemberantasan gulma, hama dan penyakit, dan 3 Jumlah pokok per hektar yang dipengaruhi oleh jarak tanam density.
Tandan Buah Segar merupakan bahan baku untuk diolah lebih lanjut oleh pabrik kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit sebagai
produk utamanya. Semakin tinggi jumlah pasokan produksi TBS maka input bagi pabrik untuk diolah menjadi produksi jadi yang siap untuk dijual minyak sawit
akan semakin tinggi juga. Produktivitas yang tinggi dari luas areal tanaman diharapkan akan memberikan kontribusi laba bagi perusahaan melalui minyak
sawit yang akan diproduksi dan dipasarkan. Produktivitas hasil kebun dapat
Universitas Sumatera Utara
dihitung dengan menggunakan rasio produksi TBS terhadap luas areal yang menghasilkan.
PHK = Produksi TBS Kg
Luas Areal Tanaman Menghasilkan Ha
Keterangan: PHK
= Produktivitas Hasil Kebun Produksi TBS = Hasil panen TBS
Luas Areal = Luasan areal yang menghasilkan TBS
2.1.2.2 Produksi Tandan Buah Segar yang dihasilkan dari areal tanaman
menghasilkan merupakan bahan baku bagi pabrik sehingga produksi pabrik sangat tergantung pada jumlah pasokan bahan baku yang merupakan hasil panen
tanaman kelapa sawit. Rantai nilai value chain bisnis perkebunan adalah produksi tanaman yang merupakan input bagi produksi pabrik kemudian TBS
yang diolah di pabrik kelapa sawit menjadi produk jadi yang berbentuk minyak kelapa sawit atau CPO Crude Palm Oil dan Inti Kelapa Sawit atau PKO Palm
Kernel Oil yang merupakan produk utama main product disamping masih ada
produk sampingan by product lainnya, seperti: serabut, cangkang yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. CPO dan PKO merupakan dua parameter penting
yang berhubungan langsung dengan profitabilitas dalam perusahaan perkebunan Chang, et al. 2003. Ukuran persentase hasil akhir pengolahan pabrik dikenal
sebagai rendemen, yang merupakan salah satu kunci bisnis perkebunan Rahardjo, 2009. Rendemen merupakan ukuran jumlah hasil ekstraksi Tandan Buah Segar
yang diukur dengan persentase Pahan, 2010. Rendemen merupakan alat ukur bagi manajemen dalam menilai profitabilitas sebuah perusahaan perkebunan
Rendemen hasil olahan.
Universitas Sumatera Utara
sehingga setiap industri perkebunan tertantang untuk meningkatkan kinerjanya dalam meningkatkan rendemen terutama dalam kondisi harga CPO yang
cenderung menurun Chang, et al. 2003. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi produksi rendemen yaitu: 1
Jenis benih kelapa sawit yang digunakan sebagai bibit tanaman kelapa sawit 2 Kondisi mesinperalatan pabrik yang digunakan dalam proses pengolahan TBS
menjadi CPO 3 Manajemen atas kematangan buah sawit dan 4 Kondisi iklim geografis Chang, et al. 2003.
Para pelaku bisnis perkebunan berupaya untuk menghasilkan rendemen yang optimum sehingga peningkatkan produksi akan dapat meningkatkan volume
persediaan hasil jadi yang siap untuk dijual. Dengan peningkatan penjualan diharapkan perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Rendemen
hasil olahan dapat diukur dengan rasio produksi minyak CPO terhadap produksi TBS, sebagai berikut:
RHO =
Produksi Minyak sawit Kg Produksi TBS Kg
x 100 Keterangan:
RHO = Rendemen Hasil Olahan
Produksi Minyak Sawit = Minyak sawit hasil produksi pabrik
Produksi TBS = TBS yang diolah
2.1.2.3 Produktivitas mengacu kepada hubungan antara output dan input yang
digunakan untuk memproduksi output. Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menggunakan lebih sedikit input untuk menghasilkan output yang sama,
memproduksi output yang lebih besar dengan input yang sama atau memproduksi Produktivitas tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
output yang lebih banyak dengan input yang lebih sedikit Hansen dan Mowen,
2009:290. Rasio produktivitas dapat diukur dengan rumus:
Produktivitas = ������
�����
Jika output dan input diukur dengan kuantitas fisik, diperoleh ukuran produktivitas operasional operational productivity measure dan jika output dan
input dinyatakan dalam rupiah, maka diperoleh ukuran produktivitas keuangan
financial productivity measure. Ravianto 1995
menyatakan bahwa produktivitas adalah suatu
konsep yang menunjang adanya keterkaitan hasil
kerja dengan sesuatu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari tenaga kerja
. Sedangkan menurut Simanjuntak 2000, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai keluaran dengan keseluruhan sumber daya masukan yang terdiri dari beberapa faktor seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sumber daya manusia
yang merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas tergantung pada kemampuan tenaga manusia.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan.
keefektifan ini dilihat dari beberapa faktor masukan yang dipakai dan dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Sedangkan produktivitas
kerja
Secara umum, faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu: yaitu
jumlah produksi yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu.
a. Kemampuan
Kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan
, lingkungan kerja yang menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
b. Sikap merupakan sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang
banyak dihubungkan dengan moral dan semangat Sikap
kerja .
c. Faktor yang menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan
dapat bekerja dengan tenang serta sistem kompensasi yang ada. Situasi dan keadaan lingkungan
d. Motivasi
Motivasi kepada tenaga kerja perlu diberikan dalam usaha meningkatkan produktivitas.
e. Upah
Upah atau gaji minimum yang sesuai dengan peraturan pemerintah
f. dapat
membangkitkan produktivitas kerja. Tingkat pendidikan,
g. latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja
akan mempengaruhi produktivitas. Perjanjian kerja
Perjanjian kerja merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan.
h. Teknologi
Penerapan
Parast dan Fini 2010 dalam penelitiannya di industri penerbangan Amerika Serikat, menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja labor
productivity merupakan produktivitas berhubungan langsung dengan tenaga kerja
dan mengukur produktivitas tenaga kerja dengan membagi jumlah miles kemajuan teknologi yang tepat guna sangat membantu dalam
peningkatan produktivitas.
Universitas Sumatera Utara
perjalanan penumpang dengan jam kerja tenaga kerja. Parast dan Fini 2010 menyimpulkan bahwa bahwa produktivitas tenaga kerja labor productivity
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini, indikator yang dipergunakan untuk mengukur produktivitas tenaga kerja adalah
kemampuan per tenaga kerja operasional dalam menghasilkan produksi dalam suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini, kemampuan tenaga kerja ini diukur
dengan membagi produksi minyak sawit output dengan tenaga kerja input. Pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus:
Produktivitas Tenaga Kerja = Minyak Sawit ton
Tenaga Kerja orang Manajemen tenaga kerja merupakan proses yang penting di perkebunan
agar setiap tenaga kerja dapat menghasilkan kinerja yang optimum. Penggunaan tenaga manusia dalam bisnis perkebunan masih sangat dominan karena areal
tanaman yang sangat luas membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah yang banyak labour intensive.
2.1.2.4 Biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang cukup besar adalah
biaya tenaga kerja. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh sumber daya manusianya, sehingga tenaga kerja merupakan faktor penting
dalam mengukur produktivitas. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan
tenaga kerja yang ada sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi, perusahaan harus dapat mengeluarkan biaya tenaga kerja yang sesuai agar dapat
memberikan kepuasan atas keinginan yang diharapkan dari karyawannya. Biaya Biaya tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja timbul akibat adanya pemanfaatan tenaga kerja dalam operasional perusahaan.
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang
dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk Mulyadi, 2000:343. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga
kerja manusia tersebut Mulyadi, 2000:343 sedangkan menurut Sunarto 2003:30, biaya tenaga kerja adalah harga yang dibayarkan untuk pemakaian
sumber daya manusia. Pembayaran ini disebut gaji bila dibayarkan bulanan dan jumlahnya tidak tergantung pada jam kerja atau prestasi. Pembayaran disebut
upah bila dibayarkan harian atau mingguan dan jumlahnya berdasarkan jam, hari kerja atau berdasarkan unit barang.
Dari beberapa pernyataan diatas, biaya tenaga kerja adalah harga yang dikeluarkan atas pemanfaatan tenaga kerja manusia dalam operasional suatu
perusahaan. Dengan demikian biaya tenaga kerja akan timbul akibat dari pemanfaatan tenaga kerja dalam operasi perusahaan yang terdiri dari gaji pokok,
tunjangan dan lembur. Biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya dapat
memotivasi pegawainya yang diwujudkan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja sehingga target perusahaan yang telah ditetapkan tercapai. Oleh
karena itu perusahaan menginginkan bahwa dengan biaya yang rendah, karyawan dapat tetap mempertahankan produktivitas kerjanya. Sebaliknya dengan biaya
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja yang tinggi diharapkan karyawan dapat lebih meningkatkan produktivitas tenaga kerja dari yang semula.
Parast dan Fini 2010 menyimpulkan dalam penelitiannya menyatakan bahwa biaya gaji karyawan employee salary berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan dalam industri penerbangan Amerika Serikat. Dalam penelitian ini, biaya tenaga kerja adalah gaji pokok, tunjangan-tunjangan, lembur
dan konpensasi lainnya yang diterima oleh karyawan perusahaan. Kompensasi tersebut dapat berupa tunjangan hari raya, bonus, maupun tunjangan lainnya yang
diberikan perusahaan. Besaran kompensasi untuk gaji karyawan ditentukan oleh Direksi. Besaran kompensasi yang diterima merupakan hasil negosiasi antara
manajemen dengan serikat pekerja. Hasil negosiasi tersebut dituangkan di dalam Perjanjian Kerja Bersama PKB yang merupakan pedoman peraturan perusahaan
yang mengatur hak dan kewajiban manajemen dan karyawan. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan mencapai 25 – 30 dari total biaya
perusahaan. Ini berarti biaya tenaga kerja merupakan satu komponen yang penting diperhatikan dalam bisnis perkebunan.
Hardiana 2012 dalam hasil penelitiannya tentang hubungan biaya tenaga kerja terhadap profitabilitas menyatakan bahwa hubungan antara biaya tenaga
kerja dengan produktivitas kerja tenaga kerja menunjukkan bahwa semakin besar biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh perusahaan semakin baik pula tingkat
produktivitas tenaga kerja, produktivitas kerja tenaga kerja akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, artinya semakin meningkatnya produktivitas tenaga
kerja akan berdampak terhadap semakin baiknya kinerja perusahaan sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan yang diharapkan oleh perusahaan, dengan demikian biaya tenaga kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
2.1.3 Ekonomi Makro