BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan laba profit perusahaan merupakan tujuan didirikannya suatu perusahaan, apa pun jenis bisnisnya. Pertumbuhan laba secara pasti akan
meningkatkan kekayaan assets perusahaan. Semua pendiri dan pemilik perusahaan mempunyai visi jangka panjang agar perusahaannya terus maju dan
berkembang dengan selalu membukukan laba yang meningkat dan sustainable berkelanjutan atas setiap investasi yang ditanamkan di perusahaan, jika
perusahaan merugi secara otomatis akan menguras ekuitas atau modal pemilik, hal ini tentu sangat tidak dikehendaki oleh pemilik owner’s atau pemegang saham
shareholder’s. Para pelaku bisnis perkebunan, terutama kelapa sawit dalam menghadapi
tahun 2013 penuh dengan kehatian-hatian. Hal ini wajar disebabkan pada tahun sebelumnya terjadi resesi penurunan pertumbuhan ekonomi global terutama di
Eropa dan Amerika yang berdampak pada Indonesia. Menurut Bappenas dalam Tinjauan Ekonomi 2011, krisis Eropa belum menunjukkan tanda-tanda
pemulihan, bahkan di tahun 2012 dibayangi oleh krisis global yang kondisinya tidak lebih baik dari tahun 2011. Gejolak ekonomi dunia ternyata memberikan
pengaruh pada bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dikejutkan dengan harga CPO Crude Palm Oil yang
sangat fluktuatif yang trendnya terus menurun sejak triwulan III hingga akhir tahun 2012 http:www.indexmundi.com dan menurunnya permintaan CPO dari
Universitas Sumatera Utara
Eropa akibat perusahaan-perusahaan pengelola CPO di Eropa mengurangi permintaannya http:www.bakrie-brothers.commediarelation. Dunia keuangan
global mulai dihadapkan dengan goncangan dan situasi ketidakpastian unpredictable dan belum adanya keyakinan para ahli atau pengamat ekonomi
tentang akan segera membaiknya situasi perekonomian global. Sepanjang tahun kuartal I tahun 2012, menurut riset Departemen
Institute of Food Technologists
http:www.bakrie-brothers.commediarelation, pelaku industri perkebunan mengalami penurunan margin profitabilitas profitability
margin yang disebabkan penurunan harga jual produk perusahaan maupun
kenaikan biaya produksi. Meskipun harga komoditas CPO relatif rendah, namun bagi komoditas ekspor yang dijual dalam mata uang asing US Dollar masih
berpeluang memberikan keuntungan bagi perusahaan karena nilai tukar rupiah terhadap US melemah.
Rahardjo 2009 menyatakan, sesuai dengan karakteristik internal perkebunan, kunci utama bisnis perkebunan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan
dan jumlah unit produksi yang dihasilkan. Didukung juga oleh Noor, et al. 2004 dalam kesimpulan dan rekomendasi dalam Analysis of Palm Oil Production
Survey menyatakan bahwa, unit cost merupakan indikator kinerja yang paling
penting dan untuk menghasilkan biaya produksi yang efisien, produktivitas adalah sangat penting. Yin Man, et al. 2011 menyatakan bahwa biaya produksi yang
paling rendah merupakan tujuan utama yang akan dicapai oleh pelaku industri perkebunan. Kinerja perusahaan yang optimum dalam menghasilkan produksi dan
mengendalikan biaya produksi akan sangat menentukan profitabilitas perusahaan. Panjaitan 2011 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara parsial, aspek
Universitas Sumatera Utara
operasional perusahaan yang terdiri dari; produktivitas, produk hasil jadi, biaya tanaman, biaya pengolahan dan biaya umum berpengaruh signifikan terhadap
kesehatan perusahaan sementara aspek keuangan dan administrasi tidak berpengaruh signifikan.
Dari uraian diatas, perkembangan harga komoditi CPO, kurs rupiah terhadap US dollar merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
kemampuan internal perusahaan dalam menumbuhkembangkan perusahaan secara berkelanjutan sustainable.
Dalam menghadapi ketidakpastian membaiknya kondisi perekonomian dunia, para entitas tidak bisa hanya berharap kepada situasi eksternal segera
membaik dimana situasi eksternal tersebut merupakan faktor diluar kendali perusahaan uncontrollable factors. Setiap perusahaan berusaha untuk terus
mempertahankan pertumbuhannya. Masing-masing entitas tentunya mempunyai kemampuan internalnya sebagai keunggulan kompetitif competitive advantage.
Keunggulan kompetitif merupakan segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan saingan. Setiap perusahaan berjuang untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan cara terus menerus: 1 beradaptasi pada
perubahan dalam tren serta kegiatan eksternal dan kemampuan, kompetensi, serta sumber daya internal, 2 efektif merumuskan, menerapkan dan menilai berbagai
strategi yang semakin menguatkan faktor-faktor tersebut. Kemampuan perusahaan untuk menentukan faktor-faktor internal yang
dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja operasional perusahaan perkebunan akan membantu perusahaan untuk mengalokasikan lebih efektif lagi sumber daya
Universitas Sumatera Utara
internal yang ada untuk mendukung kinerja perusahaan keseluruhan. Pengukuran kinerja menurut Mahsun 2009 adalah suatu metode atau alat yang digunakan
untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dari berbagai aspek, baik aspek keuangan dan non
keuangan. Dalam bisnis perkebunan, aspek operasional merupakan faktor yang sangat penting dan merupakan fondasi demi going concernnya perusahan.
Dalam aspek operasional perusahaan perkebunan, telah ditetapkan indikator-indikator sebagai dasar penilaian kinerja manajemen untuk
meningkatkan operasional perusahaan, seperti: produktivitas per satuan luas, rendemen dan lain-lain Keputusan Menteri BUMN No:KEP-100MBU2002.
Penulis memilih profitabilitas sebagai variabel dependen yang akan diteliti karena tujuan mendirikan perusahaan adalah untuk memperoleh laba atas
setiap investasi yang ditanamkan di perusahaan, selain itu kinerja perusahaan dari sisi manajemen mengharapkan profitabilitas yang tinggi karena semakin tinggi
profitabilitas maka semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan Sarifudin, 2005. Profitabilitas yang terus meningkat atau
profitabilitas yang tinggi berdampak pada aktivitas operasional perusahaan karena mampu memperkuat modal dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan karena
salah satu fungsi laba adalah menjamin kontinuitas berdirinya perusahaan. Banyak peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian tentang
profitabilitas sebagai variabel dependen di jasa perbankan dan manufaktur
Universitas Sumatera Utara
Dwijayanthy dan Naomi 2009; Rupaida 2012, Pramesti dan Satyawati 2007, Indrianty dan Yos 2012.
Di sisi lain, Tsikriktsis 2007, Parast dan Fini 2010 melakukan penelitian kinerja operasional terhadap profitabilitas di US Airline Industry. Penelitian
Tsikriktsis 2007 menfokuskan kinerja operasional pada kapasitas utilisasi penumpang CU_Passenger, kapasitas utilitas armada CU_Fleet, sedangkan
Parast dan Fini. 2010 memfokuskan kinerja operasionalnya pada produktivitas tenaga kerja labor productivity, ketepatan waktu on_time performance, harga
gas gas price, biaya pemeliharaan maintainance cost dan gaji pegawai employee salary.
Kinerja operasional merupakan aspek yang penting untuk mendukung kinerja perusahaan secara keseluruhan. Setiap perusahaan akan berusaha untuk
meningkatkan kinerja perusahaannya dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
melakukan operasional usaha perusahaan. Sesuai dengan karateristik perkebunan yang membutuhkan luas areal dan tenaga kerja yang banyak di lapangan,
pengukuran produktivitas merupakan hal yang sangat penting untuk menilai kinerja operasional disamping kemampuan perusahaan untuk mengendalikan
biaya menjadi efisien. PT Perkebunan Nusantara IV Persero telah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan melalui peningkatan produktivitas dan pengendalian biaya produksi. Peningkatan produktivitas yang disertai dengan
kondisi pasar yang kurang mendukung harga CPO cenderung menurun pada tahun 2012, krisis keuangan Eropa yang berimbas pada penurunan ekspor tentu
Universitas Sumatera Utara
akan mempengaruhi laba perusahaan. Tren pengaruh fluktuasi harga CPO terhadap laba perusahaan dapat dilihat dalam gambar 1.1 dibawah ini:
Gambar 1.1. Grafik Produktivitas, EBIT dan Harga CPO
Pada grafik diatas, dalam 3 tiga tahun, secara teknikal ditunjukkan bahwa produktivitas perusahaan sangat fluktuatif dan cenderung meningkat setiap
tahunnya. Tren kenaikan dan penurunan laba perusahaan umumnya bersamaan dengan tren kenaikan dan penurunan harga CPO. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh makro sangat kuat memberikan kontribusi kenaikan atau penurunan keuntungan bagi perusahaan. Namun di sisi lain, fluktuasi kurs US Dollar
terhadap rupiah masih dapat memberikan peluang peningkatan keuntungan dari penjualan ekspor perusahaan. Ditengah krisis keuangan dunia, PT Perkebunan
Nusantara IV Persero terus melakukan pengembangan usaha dengan melakukan
- 1.000,00
2.000,00 3.000,00
4.000,00 5.000,00
6.000,00 7.000,00
8.000,00
I II
III IV
I II
III IV
I II
III IV
2009 2010
2011
Ni la
i p er
s a
tu a
n
Periode Grafik Produktivitas, EBIT dan Harga CPO
EBIT Rp Milyar
CPO US MT
PHK KgHa
Universitas Sumatera Utara
investasi tanaman dan non tanaman. Untuk pertumbuhan perusahaan melalui kegiatan investasi, perusahaan tidak terlepas dari pendanaan perbankan melalui
kredit investasi jangka panjang. Kredit perbankan merupakan salah satu sumber pendanaan disamping dana yang bersumber dari pemegang saham dan laba
ditahan. Pada kesempatan ini penulis berkeinginan untuk meneliti lebih dalam lagi
pengaruh faktor-faktor kinerja operasional produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja dan biaya tenaga kerja sebagai faktor
internal perusahaan dan ekonomi makro suku bunga kredit, kurs dan harga CPO sebagai faktor eksternal terhadap profitabilitas di PT Perkebunan Nusantara IV
Persero.
1.2 Rumusan Masalah