Analisis Pengaruh Kinerja Operasional dan Ekonomi Makro Terhadap Profitabilitas di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

(1)

ANALISIS PENGARUH KINERJA OPERASIONAL DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS DI

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

TESIS

OLEH

PIRGOK PANGGABEAN 107017078/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS PENGARUH KINERJA OPERASIONAL DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS DI

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

OLEH

PIRGOK PANGGABEAN 107017078/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Penelitian : ANALISIS PENGARUH KINERJA OPERASIONAL DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP

PROFITABILITAS DI PT PERKEBUNAN

NUSANTARA IV (PERSERO) Nama Mahasiswa : Pirgok Panggabean

Nomor Induk : 107017078 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Joni Manurung, M.Si)

Ketua Anggota

(Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak)

Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Ekonomi,


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Dr. Joni Manurung, M.Si

Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“ANALISIS PENGARUH KINERJA OPERASIONAL DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS DI

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 27 Januari 2014 Penulis,


(6)

ANALISIS PENGARUH KINERJA OPERASIONAL DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS DI

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kinerja operasional (Produktivitas Hasil Kebun, Rendemen Hasil Olahan, Produktivitas Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga Kerja) dan ekonomi makro (Suku Bunga Kredit, Kurs dan Harga CPO) terhadap profitabilitas perusahaan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Proxy dari profitabilitas adalah return on investment. Populasi penelitian ini adalah data kinerja operasional perusahaan selama tahun pengamatan dari tahun 2002 sampai dengan 2011, dengan jumlah populasi sebanyak 40 triwulan. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dan laporan manajemen perusahaan serta diolah dengan menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan kinerja operasional (Produktivitas Hasil Kebun, Rendemen Hasil Olahan, Produktivitas Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga Kerja) dan ekonomi makro (Suku Bunga Kredit, Kurs dan Harga CPO) berpengaruh signifikan terhadap return on investment dengan nilai adjusted R2 sebesar 55,9%. Secara parsial, lima variabel (produktivitas hasil kebun, biaya tenaga kerja, suku bunga kredit, kurs dan harga CPO) berpengaruh signifikan terhadap return on investment.

Kata kunci : Produktivitas Hasil Kebun, Rendemen Hasil Olahan, Produktivitas Tenaga Kerja, Biaya Tenaga Kerja, Ekonomi Makro dan return on investment.


(7)

AN ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF OPERATIONAL PERFORMANCE AND MACRO ECONOMY ON

PROFITABILITY AT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

ABSTRACT

The objective of the research was to examine and to analyze the influence of operational performance (productivity of plantation produce, yield of processing produce, productivity of manpower, and cost of manpower) and macro economy (credit interest rate, rate of exchange, and price of CPO) on the company’s profitability of PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). The proxy of profitability was return on investment. The population was the data of the company’s operational performance during the observation from 2002 to 2011, with the population of 40 quarter of a year. The samples were taken by using saturated sampling technique. The data were gathered by obtaining the documentation of the company’s financial report and management report, processed by using multiple linear regression analysis. The result of the research showed that simultaneously operational performance (productivity of plantation produce, yield of processing produce, productivity of manpower, and cost of manpower) and macro economy (credit interest rate, rate of exchange, and price of CPO) had significant influence on return on investment at the value of adjusted R2 of 55.9%. Partially, five variables (productivity of plantation produce, cost of manpower, credit interest rate, rate of exchange, and price of CPO) had significant influence on return on investment.

Keywords: Productivity of plantation produce, yield of processing produce, Productivity of Manpower, Cost of Manpower, Macro Economy and Return on Investment.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Operasional dan Ekonomi Makro Terhadap Profitabilitas di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini ucapan terimakasih disampaikan kepada yang tersebut di bawah ini:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku komisi pembanding yang telah banyak memberikan motivasi dan pemikiran-pemikiran yang sangat kreaktif dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Bapak Dr. Joni Manurung, M.Si dan Drs Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.


(9)

5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku komisi pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti untuk kesempurnaan tesis.

6. Bapak Drs. Sri Mulyani, MBA, Ak., CA selaku komisi pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti untuk kesempurnaan tesis.

7. Seluruh staf pengajar Magister Akuntansi yang telah membekali ilmu dan pengetahuan peneliti selama mengikuti perkuliahan di Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf dan pegawai Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu proses penyelesaian administrasi.

9. Secara khusus dan teristimewa kepada kedua orang tua saya yaitu Amser Panggabean (+) dan Magdalena Gultom (+) yang dimasa hidupnya telah memperjuangkan dan membimbing untuk memiliki semangat dalam meraih masa depan yang lebih baik.

10. Secara khusus dan teristimewa kepada mertua saya yaitu Marthinus Pongantung (+) dan Martha Mamangkei di Kumelumbuai, Sulawesi Utara yang terus mendoakan dan memberikan dukungan moral untuk memiliki semangat dalam meraih masa depan yang lebih baik.

11. Kakak dan adikku dan seluruh keluarga yang telah banyak membantu dan memberi semangat dan dukungan doa selama masa studi.

12. Seluruh rekan kerja di bagian Satuan Pengawasan Intern dan Bagian Akuntansi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.


(10)

13. Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara Renika, Anisa, Martogi, Mesrawati, Rike, Enda, Intan, Subhan, Jumadi AW dan rekan lainnya yang tidak dapat disebut namanya satu persatu yang memberikan dukungan hingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

14. Istri tercinta, Tiny Jenny Diane Pongantung dan anak-anak tersayang; Liora Vanessa Panggabean dan Ryan Gerald Panggabean yang telah menjadi inspirasi dan motivasi dalam menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran untuk dapat semakin menyempurnakan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

Medan, Januari 2014


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Pirgok Panggabean

2. Tempat/Tanggal Lahir : Hataran Jawa, 1 Pebruari 1974 3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Kristen Protestan 5. Orangtua

a. Bapak : Amser Panggabean b. Ibu : Magdalena Gultom 6. Anak ke : 4 dari 9 bersaudara

7. Alamat : Jl. Cempaka V No 12, Perumahan Pemda Tk I, Tanjung Sari, Medan

8. Pendidikan

a. Pada tahun 1986, lulus dari SD Negeri 1, Hataran Jawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun.

b. Pada tahun 1990, lulus dari SMP Negeri II Tanah Jawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun.

c. Pada tahun 1993, lulus dari SMAN Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. d. Pada tahun 1999, lulus S-1 dari Universitas Sumatera Utara, Medan


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

RIWAYAT HIDUP ………..…... vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 7

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian ……… 8

1.5 Originalitas ……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….. 11

2.1 Kerangka Teoritis ………... 11

2.1.1 Profitabilitas ….………. 11

2.1.2 Kinerja Operasional …….……….……. 15

2.1.2.1 Produktivitas Hasil Kebun………. 17

2.1.2.2 Rendemen Hasil Olahan ..….………. 19

2.1.2.3 Produktivitas Tenaga Kerja ....……….………….. 20

2.1.2.4 Biaya Tenaga Kerja ………...……….….. 23

2.1.3 Ekonomi Makro ………. 26

2.1.3.1 Suku Bunga Kredit ……… 27

2.1.3.2 Kurs ………...………... 29

2.1.3.3 Harga CPO ……… 33

2.2 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) ………..……. 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ………... 38

3.1 Kerangka Konseptual ………..….. 38

3.2 Hipotesis Penelitian ……….. 42

BAB IV METODE PENELITIAN ………...…... 44

4.1 Jenis Penelitian ………...…... 44

4.2 Lokasi Penelitian ……….….. 44

4.3 Populasi dan Sampel ………...….. 44

4.4 Metode Pengumpulan Data ……….….. 45

4.5 Defenisi Operasional Data dan Metode Pengukuran Variabel …... 46

4.5.1 Variabel dependen ...……… 46

4.5.2 Variabel independen .……… 46


(13)

4.6.3 Uji Goodness of Fit ………...……… 53

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….... 55

5.1 Statistik Deskriptif …….………..……… 55

5.2 Uji Asumsi Klasik Hipotesis Sebelum Transformasi ………... 58

5.2.1 Uji Normalitas Sebelum Transformasi ……….. 58

5.2.2 Uji Multikolineritas Sebelum Transformasi ……….. 60

5.2.3 Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi ………... 61

5.3 Uji Asumsi Klasik Hipotesis Setelah Transformasi ……….. 62

5.3.1 Uji Normalitas Setelah Transformasi ……… 62

5.3.2 Uji Multikolineritas Setelah Transformasi ……… 65

5.3.3 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ………. 66

5.4 Uji Hipotesis ………..………... 67

5.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ……… 67

5.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)… ………. 68

5.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ………..….……… 73

5.7 Pembahasan Hasil Penelitian ……….... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………..….. 82

6.1 Kesimpulan ………... 82

6.2 Keterbatasan ……….. 83

6.3 Saran ………... 83

DAFTAR PUSTAKA ………...…….. 85


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Review penelitian terdahulu ………... 36

4.1 Pemilihan sampel penelitian ………... 45

4.2 Defenisi operasional dan metode pengukuran variabel... 49

5.1 Statistik deskriptif ………... 55

5.2 Hasil uji kolmogorove-smirnov sebelum transformasi ………. 60

5.3 Hasil uji multikolonieritas sebelum transformasi ………. 61

5.4 Hasil uji autokorelasi sebelum transformasi ……….… 61

5.5 Hasil uji kolmogorove-smirnov setelah transformasi ………... 64

5.6 Hasil uji multikolonieritas setelah transformasi ……..…... 65

5.7 Hasil uji autokorelasi setelah transformasi ... 66

5.8 Hasil uji statistik F …………...………..………... 67

5.9 Hasil uji statistik t . …………..………... 68


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Grafik Produktivitas, EBIT dan Harga CPO………..………. 6

3.1 Kerangka konseptual ... 38

5.1 Grafik histogram sebelum transformasi……... 58

5.2 Grafik normal P-Plot sebelum transformasi ... 59

5.3 Grafik histogram setelah transformasi………... 63


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Data kinerja operasional dan ROI ... 90 2 Data ekonomi makro ………... 92 3 Hasil Olah Data Dengan SPSS ……….……… 93


(17)

ANALISIS PENGARUH KINERJA OPERASIONAL DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP PROFITABILITAS DI

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kinerja operasional (Produktivitas Hasil Kebun, Rendemen Hasil Olahan, Produktivitas Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga Kerja) dan ekonomi makro (Suku Bunga Kredit, Kurs dan Harga CPO) terhadap profitabilitas perusahaan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Proxy dari profitabilitas adalah return on investment. Populasi penelitian ini adalah data kinerja operasional perusahaan selama tahun pengamatan dari tahun 2002 sampai dengan 2011, dengan jumlah populasi sebanyak 40 triwulan. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dan laporan manajemen perusahaan serta diolah dengan menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan kinerja operasional (Produktivitas Hasil Kebun, Rendemen Hasil Olahan, Produktivitas Tenaga Kerja dan Biaya Tenaga Kerja) dan ekonomi makro (Suku Bunga Kredit, Kurs dan Harga CPO) berpengaruh signifikan terhadap return on investment dengan nilai adjusted R2 sebesar 55,9%. Secara parsial, lima variabel (produktivitas hasil kebun, biaya tenaga kerja, suku bunga kredit, kurs dan harga CPO) berpengaruh signifikan terhadap return on investment.

Kata kunci : Produktivitas Hasil Kebun, Rendemen Hasil Olahan, Produktivitas Tenaga Kerja, Biaya Tenaga Kerja, Ekonomi Makro dan return on investment.


(18)

AN ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF OPERATIONAL PERFORMANCE AND MACRO ECONOMY ON

PROFITABILITY AT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

ABSTRACT

The objective of the research was to examine and to analyze the influence of operational performance (productivity of plantation produce, yield of processing produce, productivity of manpower, and cost of manpower) and macro economy (credit interest rate, rate of exchange, and price of CPO) on the company’s profitability of PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). The proxy of profitability was return on investment. The population was the data of the company’s operational performance during the observation from 2002 to 2011, with the population of 40 quarter of a year. The samples were taken by using saturated sampling technique. The data were gathered by obtaining the documentation of the company’s financial report and management report, processed by using multiple linear regression analysis. The result of the research showed that simultaneously operational performance (productivity of plantation produce, yield of processing produce, productivity of manpower, and cost of manpower) and macro economy (credit interest rate, rate of exchange, and price of CPO) had significant influence on return on investment at the value of adjusted R2 of 55.9%. Partially, five variables (productivity of plantation produce, cost of manpower, credit interest rate, rate of exchange, and price of CPO) had significant influence on return on investment.

Keywords: Productivity of plantation produce, yield of processing produce, Productivity of Manpower, Cost of Manpower, Macro Economy and Return on Investment.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan laba (profit) perusahaan merupakan tujuan didirikannya suatu perusahaan, apa pun jenis bisnisnya. Pertumbuhan laba secara pasti akan meningkatkan kekayaan (assets) perusahaan. Semua pendiri dan pemilik perusahaan mempunyai visi jangka panjang agar perusahaannya terus maju dan berkembang dengan selalu membukukan laba yang meningkat dan sustainable (berkelanjutan) atas setiap investasi yang ditanamkan di perusahaan, jika perusahaan merugi secara otomatis akan menguras ekuitas atau modal pemilik, hal ini tentu sangat tidak dikehendaki oleh pemilik (owner’s) atau pemegang saham (shareholder’s).

Para pelaku bisnis perkebunan, terutama kelapa sawit dalam menghadapi tahun 2013 penuh dengan kehatian-hatian. Hal ini wajar disebabkan pada tahun sebelumnya terjadi resesi penurunan pertumbuhan ekonomi global terutama di Eropa dan Amerika yang berdampak pada Indonesia. Menurut Bappenas dalam Tinjauan Ekonomi (2011), krisis Eropa belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, bahkan di tahun 2012 dibayangi oleh krisis global yang kondisinya tidak lebih baik dari tahun 2011. Gejolak ekonomi dunia ternyata memberikan pengaruh pada bisnis perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dikejutkan dengan harga CPO (Crude Palm Oil) yang sangat fluktuatif yang trendnya terus menurun sejak triwulan III hingga akhir tahun 2012 (http://www.indexmundi.com) dan menurunnya permintaan CPO dari


(20)

Eropa akibat perusahaan-perusahaan pengelola CPO di Eropa mengurangi permintaannya global mulai dihadapkan dengan goncangan dan situasi ketidakpastian (unpredictable) dan belum adanya keyakinan para ahli atau pengamat ekonomi tentang akan segera membaiknya situasi perekonomian global.

Sepanjang tahun kuartal I tahun 2012, menurut riset Departemen Institute

of Food Technologists

industri perkebunan mengalami penurunan margin profitabilitas (profitability margin) yang disebabkan penurunan harga jual produk perusahaan maupun kenaikan biaya produksi. Meskipun harga komoditas CPO relatif rendah, namun bagi komoditas ekspor yang dijual dalam mata uang asing (US Dollar) masih berpeluang memberikan keuntungan bagi perusahaan karena nilai tukar rupiah terhadap US $ melemah.

Rahardjo (2009) menyatakan, sesuai dengan karakteristik internal perkebunan, kunci utama bisnis perkebunan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah unit produksi yang dihasilkan. Didukung juga oleh Noor, et al. (2004) dalam kesimpulan dan rekomendasi dalam Analysis of Palm Oil Production Survey menyatakan bahwa, unit cost merupakan indikator kinerja yang paling penting dan untuk menghasilkan biaya produksi yang efisien, produktivitas adalah sangat penting. Yin Man, et al. (2011) menyatakan bahwa biaya produksi yang paling rendah merupakan tujuan utama yang akan dicapai oleh pelaku industri perkebunan. Kinerja perusahaan yang optimum dalam menghasilkan produksi dan mengendalikan biaya produksi akan sangat menentukan profitabilitas perusahaan. Panjaitan (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara parsial, aspek


(21)

operasional perusahaan yang terdiri dari; produktivitas, produk hasil jadi, biaya tanaman, biaya pengolahan dan biaya umum berpengaruh signifikan terhadap kesehatan perusahaan sementara aspek keuangan dan administrasi tidak berpengaruh signifikan.

Dari uraian diatas, perkembangan harga komoditi CPO, kurs rupiah terhadap US dollar merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan internal perusahaan dalam menumbuhkembangkan perusahaan secara berkelanjutan (sustainable).

Dalam menghadapi ketidakpastian membaiknya kondisi perekonomian dunia, para entitas tidak bisa hanya berharap kepada situasi eksternal segera membaik dimana situasi eksternal tersebut merupakan faktor diluar kendali perusahaan (uncontrollable factors). Setiap perusahaan berusaha untuk terus mempertahankan pertumbuhannya. Masing-masing entitas tentunya mempunyai kemampuan internalnya sebagai keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulan kompetitif merupakan segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan saingan. Setiap perusahaan-perusahaan berjuang untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan cara terus menerus: 1) beradaptasi pada perubahan dalam tren serta kegiatan eksternal dan kemampuan, kompetensi, serta sumber daya internal, 2) efektif merumuskan, menerapkan dan menilai berbagai strategi yang semakin menguatkan faktor-faktor tersebut.

Kemampuan perusahaan untuk menentukan faktor-faktor internal yang dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja operasional perusahaan perkebunan akan membantu perusahaan untuk mengalokasikan lebih efektif lagi sumber daya


(22)

internal yang ada untuk mendukung kinerja perusahaan keseluruhan. Pengukuran kinerja menurut Mahsun (2009) adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dari berbagai aspek, baik aspek keuangan dan non keuangan. Dalam bisnis perkebunan, aspek operasional merupakan faktor yang sangat penting dan merupakan fondasi demi going concernnya perusahan.

Dalam aspek operasional perusahaan perkebunan, telah ditetapkan indikator-indikator sebagai dasar penilaian kinerja manajemen untuk meningkatkan operasional perusahaan, seperti: produktivitas per satuan luas, rendemen dan lain-lain (Keputusan Menteri BUMN No:KEP-100/MBU/2002).

Penulis memilih profitabilitas sebagai variabel dependen yang akan diteliti karena tujuan mendirikan perusahaan adalah untuk memperoleh laba atas setiap investasi yang ditanamkan di perusahaan, selain itu kinerja perusahaan dari sisi manajemen mengharapkan profitabilitas yang tinggi karena semakin tinggi profitabilitas maka semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan (Sarifudin, 2005). Profitabilitas yang terus meningkat atau profitabilitas yang tinggi berdampak pada aktivitas operasional perusahaan karena mampu memperkuat modal dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan karena salah satu fungsi laba adalah menjamin kontinuitas berdirinya perusahaan.

Banyak peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian tentang profitabilitas sebagai variabel dependen di jasa perbankan dan manufaktur


(23)

(Dwijayanthy dan Naomi 2009; Rupaida 2012, Pramesti dan Satyawati 2007, Indrianty dan Yos 2012).

Di sisi lain, Tsikriktsis (2007), Parast dan Fini (2010) melakukan penelitian kinerja operasional terhadap profitabilitas di US Airline Industry. Penelitian Tsikriktsis (2007) menfokuskan kinerja operasional pada kapasitas utilisasi penumpang (CU_Passenger), kapasitas utilitas armada (CU_Fleet), sedangkan Parast dan Fini. (2010) memfokuskan kinerja operasionalnya pada produktivitas tenaga kerja (labor productivity), ketepatan waktu (on_time performance), harga gas (gas price), biaya pemeliharaan (maintainance cost) dan gaji pegawai (employee salary).

Kinerja operasional merupakan aspek yang penting untuk mendukung kinerja perusahaan secara keseluruhan. Setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan operasional usaha perusahaan. Sesuai dengan karateristik perkebunan yang membutuhkan luas areal dan tenaga kerja yang banyak di lapangan, pengukuran produktivitas merupakan hal yang sangat penting untuk menilai kinerja operasional disamping kemampuan perusahaan untuk mengendalikan biaya menjadi efisien.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan melalui peningkatan produktivitas dan pengendalian biaya produksi. Peningkatan produktivitas yang disertai dengan kondisi pasar yang kurang mendukung (harga CPO cenderung menurun pada tahun 2012, krisis keuangan Eropa yang berimbas pada penurunan ekspor) tentu


(24)

akan mempengaruhi laba perusahaan. Tren pengaruh fluktuasi harga CPO terhadap laba perusahaan dapat dilihat dalam gambar 1.1 dibawah ini:

Gambar 1.1. Grafik Produktivitas, EBIT dan Harga CPO

Pada grafik diatas, dalam 3 (tiga) tahun, secara teknikal ditunjukkan bahwa produktivitas perusahaan sangat fluktuatif dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Tren kenaikan dan penurunan laba perusahaan umumnya bersamaan dengan tren kenaikan dan penurunan harga CPO. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh makro sangat kuat memberikan kontribusi kenaikan atau penurunan keuntungan bagi perusahaan. Namun di sisi lain, fluktuasi kurs US Dollar terhadap rupiah masih dapat memberikan peluang peningkatan keuntungan dari penjualan ekspor perusahaan. Ditengah krisis keuangan dunia, PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) terus melakukan pengembangan usaha dengan melakukan

-1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Ni la i p er s a tu a n Periode

Grafik Produktivitas, EBIT dan Harga CPO

EBIT Rp Milyar CPO US $/MT PHK Kg/Ha


(25)

investasi (tanaman dan non tanaman). Untuk pertumbuhan perusahaan melalui kegiatan investasi, perusahaan tidak terlepas dari pendanaan perbankan melalui kredit investasi jangka panjang. Kredit perbankan merupakan salah satu sumber pendanaan disamping dana yang bersumber dari pemegang saham dan laba ditahan.

Pada kesempatan ini penulis berkeinginan untuk meneliti lebih dalam lagi pengaruh faktor-faktor kinerja operasional (produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja dan biaya tenaga kerja) sebagai faktor internal perusahaan dan ekonomi makro (suku bunga kredit, kurs dan harga CPO) sebagai faktor eksternal terhadap profitabilitas di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

“Apakah kinerja operasional dan ekonomi makro (produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja, biaya tenaga kerja, kurs, suku bunga kredit dan harga CPO) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap profitabilitas di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

“Membuktikan dan menganalisis pengaruh kinerja operasional dan ekonomi makro (produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga


(26)

kerja, biaya tenaga kerja, kurs, suku bunga kredit dan harga CPO) secara simultan dan parsial terhadap profitabilitas di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)”.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan, penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang pengaruh faktor-faktor kinerja operasional dan ekonomi makro terhadap profitabilitas di perusahaan perkebunan.

2. Pihak Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan penilaian bagi manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan dan menetapkan strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerja operasional dan menyikapi kondisi ekonomi makro.

3. Dunia Penelitian dan akademis

Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ilmu pengetahuan praktis dalam masalah kinerja operasional perusahaan perkebunan dan ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja keuangan.

4. Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi peneliti agar dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.


(27)

1.5 Originalitas

Penelitian tentang kinerja operasional terhadap profitabilitas merupakan pengembangan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tsikriktsis (2007). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kinerja operasional (kapasitas utilisasi penumpang, kapasitas utilitas armada) dan fokus (keterlambatan ketibaan, kehilangan barang) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (operating profit over operating revenue) pada US Airline Industry.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1) Variabel independen penelitian Tsikriktsis (2007) adalah kinerja operasional (kapasitas utilisasi penumpang, kapasitas utilitasi armada) dan fokus (keterlambatan ketibaan, kehilangan barang) sedangkan penelitian ini menggunakan variabel kinerja operasional terdiri dari: produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja, biaya tenaga kerja dan ekonomi makro yang terdiri dari: kurs, suku bunga kredit, dan harga CPO sebagai variabel independen.

2) Periode penelitian Tsikriktsis (2007) adalah tahun 1987–1998 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2002 –2011.

3) Peneliti oleh Tsikriktsis (2007) mengambil objek di industri penerbangan Amerika Serikat (US Airline Industry). Penelitian ini mengambil objek perusahaan perkebunan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Penelitian tentang ekonomi makro terhadap profitabilitas merupakan pengembangan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwijayanthy dan Naomi (2009). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa secara simultan, inflasi, BI rate dan nilai tukar mata uang berpengaruh signifikan


(28)

terhadap profitabilitas sedangkan secara parsial, hanya inflasi dan nilai tukar mata uang yang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank periode 2003 – 2007.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1) Variabel independen penelitian Dwijayanthy dan Naomi (2009) adalah inflasi, BI rate dan nilai tukar mata uang sedangkan penelitian ini menggunakan variabel kinerja operasional terdiri dari: produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja, biaya tenaga kerja dan ekonomi makro yang terdiri dari: kurs, suku bunga kredit, dan harga CPO sebagai variabel independen.

2) Periode penelitian Dwijayanthy dan Naomi (2009) adalah tahun 2003–2007 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2002 –2011.

3) Penelitian oleh Dwijayanthy dan Naomi (2009) mengambil objek di Bank LQ 45 sedangkan penelitian ini mengambil objek perusahaan perkebunan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Profitabilitas

Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, berarti perusahaan mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien untuk menghasilkan laba.

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba (profit) dalam periode tertentu (Riyanto, 2001). Menurut Weston dan Eugene (1998:304), profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan, yang menunjukkan pengaruh gabungan likuiditas, pengelolaan aset dan hutang terhadap hasil-hasil operasional perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri (Sartono, 1999). Secara singkat rasio profitabilitas adalah mengukur sampai seberapa jauh efektifitas manajemen secara keseluruhan, dengan mengetahui tingkat pengembalian (return) yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.

Untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan (Djarwanto, 2001). Dalam pengukuran rasio profitabilitas terdapat 2 (dua) jenis profitabilitas (Horne, 2005):


(30)

1) Profitabilitas yang berhubungan dengan penjualan yang diukur dengan gross profit margin (GPM);

2) Profitabilitas yang berhubungan dengan investasi yang diukur dengan return on investment (ROI) dan return on equity (ROE).

Menurut Riyanto (2001), analisis return on investment (ROI) mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan merupakan teknik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektifitas dari kegiatan operasional perusahaan. Return on investment (ROI) adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan dalam operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2007). Return on investment menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasional perusahaan dengan jumlah investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional tersebut. Semakin besar return on investment menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila return on investment meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 2004). Syamsuddin (1992:63) menyatakan bahwa formula return on investment (ROI) dapat diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut:

ROI = Net Pro�itMargin x Total Asset Turn Over

ROI =Net Pro�it After Tax

Sales x

Sales Total assets


(31)

ROI =Net Pro�it After Tax

Total assets x 100%

Return on investment (ROI) memiliki manfaat dan kegunaan (Munawir, 2007), sebagai berikut:

1) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan.

2) Analisis ROI dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan berada dibawah, sama atau diatas rata-rata.

3) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan dalam antrian untuk membandingkan efisiensi antarbagian.

4) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan menggunakan product cost system yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas masing-masing produk.

5) Analisis ROI dapat digunakan untuk keperluan perencanaan antara lain sebagai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan mengadakan ekspansi.

Disamping manfaat, beberapa kelemahan yang dimiliki ROI adalah sebagai berikut:


(32)

1) Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain, karena perbedaan praktek akuntansi antarperusahaan.

2) Analisis ROI saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

Tsikriktsis (2007) dalam penelitiannya mendefenisikan profitabilitas dalam industri penerbangan sebagai operating profit over operating revenue (OPOR). Dalam industri yang sama, Parast dan Fini (2010) mendefinisikan profitabilitas sebagai passenger load factor (PLF), yaitu jumlah jarak kilometer perjalanan penumpang dibagi total kilometer penerbangan yang tersedia. Indrianty dan Yos (2012) dalam penelitiannya di rumah sakit menggunakan profitabilitas sebagai variabel dependen. Profitabilitas didefinisikan sebagai the difference in profitability with earnings estimates based on hospital rates and earnings estimates based on the calculation of unit cost. Dalam bisnis perbankan, beberapa peneliti, (Dwijayanthy dan Naomi 2009; Rupaida 2012) menggunakan return on assets (ROA) sebagai proxy dari profitabilitas, sedangkan Pramesti dan Setyawati (2007) dalam penelitiannya pada perusahaan real estate dan property menggunakan laba bersih periode sebelum dan selama krisis untuk menjelaskan profitabilitas.

Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on investment (ROI) dimana ROI merupakan keuntungan sebelum bunga dan pajak dikurangi laba hasil penjualan aset tetap, asset lain-lain, aset non produktif dan saham penyertaan langsung ditambah penyusutan dibagi capital employed. Capital employed merupakan posisi total aset tetap dikurangi aset tetap dalam


(33)

pelaksanaan pada akhir periode pembukuan (Keputusan Menteri BUMN No:KEP-100/MBU/2002), dapat dihitung dengan rumus:

ROI =EBIT +Penyusutan

CapitalEmployed x 100%

Dengan penggunaan rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memberdayakan aset dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba dari aset yang dipergunakan (Sartono, 1999:31).

2.1.2 Kinerja Operasional Perusahaan

Kamus besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2009) mendefinisikan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan berbagai macam variabel atau indikator dimana ukuran kinerja tersebut diturunkan dari visi, strategi dan tujuan perusahaan (Hansen dan Mowen, 2009).

Pengukuran kinerja menurut Mahsun (2009:26) adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Mardiasmo (2009:122) menyatakan beberapa tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);


(34)

2) Untuk mengukur kinerja financial maupun non-financial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi;

3) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence;

4) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Dari beberapa pengertian diatas secara sederhana bahwa kinerja merupakan salah satu alat untuk menilai perusahaan dalam menjalankan tugas yang dijalankannya apakah dapat memenuhi sasaran yang telah ditetapkan. Dari hasil kinerja tersebut dapat dilihat apakah individu atau kelompok tersebut berhasil atau gagal dalam menjalankan tugas yang dijalankannya.

Untuk industri perkebunan, Kementerian BUMN telah memberikan keputusan dalam SK Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 yang menyebutkan bahwa kinerja operasional adalah indikator yang dinilai yang meliputi unsur-unsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam rangka menunjang kebehasilan operasional sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Jumlah indikator dalam aspek operasional yang digunakan untuk penilaian tingkat kesehatan setiap tahunnya minimal 2 (dua) indikator dan maksimal 5 (lima) indikator, dimana apabila dipandang perlu indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian dari suatu tahun ke tahun dapat berubah, misalnya, suatu indikator yang pada tahun sebelumnya selalu digunakan dan pada tahun ini tidak lagi digunakan karena dianggap bahwa untuk kegiatan yang berkaitan dengan indikator tersebut, perusahaan telah mencapai tingkatan/standar yang sangat baik,


(35)

atau karena ada indikator lain yang telah dipandang lebih dominan pada tahun yang bersangkutan.

Sesuai dengan karakteristik bisnis perkebunan, indikator kinerja operasional sekaligus menjadi kunci keberhasilan perusahaan perkebunan adalah produksi, produktivitas dan jumlah biaya yang dikeluarkan (Rahardjo, 2009).

Penelitian yang dilakukan Tsikriktsis (2007), indikator yang digunakan sebagai kinerja operasional adalah produktivitas dan kualitas dan menyimpulkan bahwa kinerja operasional berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian ini direplikasi oleh Parast dan Fini (2010) dimana faktor kinerja operasional yang digunakan adalah produktivitas tenaga kerja, kinerja ketepatan waktu, harga gas, gaji karyawan, biaya pemeliharaan dan menyimpulkan hanya kinerja ketepatan waktu yang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Indrianty dan Yos (2012) dalam penelitiannya di rumah sakit menggunakan biaya pencegahan, biaya asesmen, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sebagai faktor kinerja operasional. Indrianty dan Yos (2012) menyimpulkan bahwa semua indikator kinerja operasional berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, hanya biaya kegagalan internal yang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2.1.2.1

Produktivitas adalah produksi per satuan faktor produksi. Produktivitas hasil kebun merupakan kemampuan tanaman untuk menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) per satuan luas areal yang diukur dengan membagi produksi Tandan Buah Segar dengan luas areal tanaman yang menghasilkan. Bisnis perkebunan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bisnis non perkebunan. Diperlukan


(36)

areal tanaman yang luas dalam skala ribuan hektar dengan status HGU (Hak Guna Usaha) untuk ditanami dengan kelapa sawit. Areal tanaman merupakan mesin inti produksi dalam bisnis perkebunan. Areal yang luas merupakan salah satu faktor produksi yang penting disamping faktor-faktor produksi lainnya, namun areal tanaman yang semakin luas tidak menjamin bahwa produksi yang dihasilkan akan semakin besar jumlahnya. Asari, et al. (2011) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara luas areal yang ditanam dengan produksi. Kemampuan manajerial yang baik dalam pengelolaan areal dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang standar akan sangat menentukan produksi tanaman kelapa sawit secara optimum, sesuai dengan potensi tanaman.

Beberapa faktor dominan yang mempengaruhi tinggi rendahnya produksi Tandan Buah Segar adalah: 1) Pemilihan bibit (varietas/klon) 2) Perawatan tanaman kelapa sawit, mulai dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) hingga menjadi Tanaman Menghasilkan (TM). Pemeliharaan terdiri dari: pemupukan, penyiangan dan pemberantasan gulma, hama dan penyakit, dan 3) Jumlah pokok per hektar yang dipengaruhi oleh jarak tanam (density).

Tandan Buah Segar merupakan bahan baku untuk diolah lebih lanjut oleh pabrik kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit sebagai produk utamanya. Semakin tinggi jumlah pasokan produksi TBS maka input bagi pabrik untuk diolah menjadi produksi jadi yang siap untuk dijual (minyak sawit) akan semakin tinggi juga. Produktivitas yang tinggi dari luas areal tanaman diharapkan akan memberikan kontribusi laba bagi perusahaan melalui minyak sawit yang akan diproduksi dan dipasarkan. Produktivitas hasil kebun dapat


(37)

dihitung dengan menggunakan rasio produksi TBS terhadap luas areal yang menghasilkan.

PHK = Produksi TBS (Kg)

Luas Areal TanamanMenghasilkan (Ha)

Keterangan:

PHK = Produktivitas Hasil Kebun Produksi TBS = Hasil panen TBS

Luas Areal = Luasan areal yang menghasilkan TBS 2.1.2.2

Produksi Tandan Buah Segar yang dihasilkan dari areal tanaman menghasilkan merupakan bahan baku bagi pabrik sehingga produksi pabrik sangat tergantung pada jumlah pasokan bahan baku yang merupakan hasil panen tanaman kelapa sawit. Rantai nilai (value chain) bisnis perkebunan adalah produksi tanaman yang merupakan input bagi produksi pabrik kemudian TBS yang diolah di pabrik kelapa sawit menjadi produk jadi yang berbentuk minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) dan Inti Kelapa Sawit atau PKO (Palm Kernel Oil) yang merupakan produk utama (main product) disamping masih ada produk sampingan (by product) lainnya, seperti: serabut, cangkang yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. CPO dan PKO merupakan dua parameter penting yang berhubungan langsung dengan profitabilitas dalam perusahaan perkebunan (Chang, et al. 2003). Ukuran persentase hasil akhir pengolahan pabrik dikenal sebagai rendemen, yang merupakan salah satu kunci bisnis perkebunan (Rahardjo, 2009). Rendemen merupakan ukuran jumlah hasil ekstraksi Tandan Buah Segar yang diukur dengan persentase (Pahan, 2010). Rendemen merupakan alat ukur bagi manajemen dalam menilai profitabilitas sebuah perusahaan perkebunan


(38)

sehingga setiap industri perkebunan tertantang untuk meningkatkan kinerjanya dalam meningkatkan rendemen terutama dalam kondisi harga CPO yang cenderung menurun (Chang, et al. 2003).

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi produksi rendemen yaitu: 1) Jenis benih kelapa sawit yang digunakan sebagai bibit tanaman kelapa sawit 2) Kondisi mesin/peralatan pabrik yang digunakan dalam proses pengolahan TBS menjadi CPO 3) Manajemen atas kematangan buah sawit dan 4) Kondisi iklim geografis (Chang, et al. 2003).

Para pelaku bisnis perkebunan berupaya untuk menghasilkan rendemen yang optimum sehingga peningkatkan produksi akan dapat meningkatkan volume persediaan hasil jadi yang siap untuk dijual. Dengan peningkatan penjualan diharapkan perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Rendemen hasil olahan dapat diukur dengan rasio produksi minyak CPO terhadap produksi TBS, sebagai berikut:

RHO =ProduksiMinyaksawit (Kg))

ProduksiTBS (Kg) x 100%

Keterangan:

RHO = Rendemen Hasil Olahan

Produksi Minyak Sawit = Minyak sawit hasil produksi pabrik Produksi TBS = TBS yang diolah

2.1.2.3

Produktivitas mengacu kepada hubungan antara output dan input yang digunakan untuk memproduksi output. Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menggunakan lebih sedikit input untuk menghasilkan output yang sama,


(39)

output yang lebih banyak dengan input yang lebih sedikit (Hansen dan Mowen, 2009:290). Rasio produktivitas dapat diukur dengan rumus:

Produktivitas =������ �����

Jika output dan input diukur dengan kuantitas fisik, diperoleh ukuran produktivitas operasional (operational productivity measure) dan jika output dan input dinyatakan dalam rupiah, maka diperoleh ukuran produktivitas keuangan (financial productivity measure).

Ravianto (1995) menyatakan bahwa produktivitas adalah

suatu

dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari Simanjuntak (2000), produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang terdiri dari beberapa faktor seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sumber daya manusia yang merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas tergantung pada kemampuan tenaga manusia.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan. keefektifan ini dilihat dari beberapa faktor masukan yang dipakai dan dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Sedangkan produktivitas

Secara umum, faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu: yaitu jumlah produksi yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu.

a. Kemampuan

Kecakapan yang dimiliki berdasarkan


(40)

b.

Sikap merupakan sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan dengan moral dan semangat

Sikap

c.

Faktor yang menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan dapat bekerja dengan tenang serta sistem kompensasi yang ada.

Situasi dan keadaan lingkungan

d. Motivasi

Motivasi kepada tenaga kerja perlu diberikan dalam usaha meningkatkan produktivitas.

e. Upah

Upah atau gaji minimum yang sesuai dengan peraturan

f.

dapat membangkitkan produktivitas kerja.

Tingkat pendidikan,

g.

latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan mempengaruhi produktivitas.

Perjanjian kerja

Perjanjian kerja merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan.

h. Teknologi Penerapan

Parast dan Fini (2010) dalam penelitiannya di industri penerbangan Amerika Serikat, menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja (labor productivity) merupakan produktivitas berhubungan langsung dengan tenaga kerja dan mengukur produktivitas tenaga kerja dengan membagi jumlah miles

kemajuan teknologi yang tepat guna sangat membantu dalam peningkatan produktivitas.


(41)

perjalanan penumpang dengan jam kerja tenaga kerja. Parast dan Fini (2010) menyimpulkan bahwa bahwa produktivitas tenaga kerja (labor productivity) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian ini, indikator yang dipergunakan untuk mengukur produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan per tenaga kerja operasional dalam menghasilkan produksi dalam suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini, kemampuan tenaga kerja ini diukur dengan membagi produksi minyak sawit (output) dengan tenaga kerja (input). Pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus:

ProduktivitasTenaga Kerja = MinyakSawit (ton) Tenaga Kerja (orang)

Manajemen tenaga kerja merupakan proses yang penting di perkebunan agar setiap tenaga kerja dapat menghasilkan kinerja yang optimum. Penggunaan tenaga manusia dalam bisnis perkebunan masih sangat dominan karena areal tanaman yang sangat luas membutuhkan tenaga kerja dengan jumlah yang banyak (labour intensive).

2.1.2.4

Biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang cukup besar adalah biaya tenaga kerja. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh sumber daya manusianya, sehingga tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan tenaga kerja yang ada sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi, perusahaan harus dapat mengeluarkan biaya tenaga kerja yang sesuai agar dapat memberikan kepuasan atas keinginan yang diharapkan dari karyawannya. Biaya


(42)

tenaga kerja timbul akibat adanya pemanfaatan tenaga kerja dalam operasional perusahaan.

Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk (Mulyadi, 2000:343).

Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut (Mulyadi, 2000:343) sedangkan menurut Sunarto (2003:30), biaya tenaga kerja adalah harga yang dibayarkan untuk pemakaian sumber daya manusia. Pembayaran ini disebut gaji bila dibayarkan bulanan dan jumlahnya tidak tergantung pada jam kerja atau prestasi. Pembayaran disebut upah bila dibayarkan harian atau mingguan dan jumlahnya berdasarkan jam, hari kerja atau berdasarkan unit barang.

Dari beberapa pernyataan diatas, biaya tenaga kerja adalah harga yang dikeluarkan atas pemanfaatan tenaga kerja manusia dalam operasional suatu perusahaan. Dengan demikian biaya tenaga kerja akan timbul akibat dari pemanfaatan tenaga kerja dalam operasi perusahaan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan dan lembur.

Biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya dapat memotivasi pegawainya yang diwujudkan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja sehingga target perusahaan yang telah ditetapkan tercapai. Oleh karena itu perusahaan menginginkan bahwa dengan biaya yang rendah, karyawan dapat tetap mempertahankan produktivitas kerjanya. Sebaliknya dengan biaya


(43)

tenaga kerja yang tinggi diharapkan karyawan dapat lebih meningkatkan produktivitas tenaga kerja dari yang semula.

Parast dan Fini (2010) menyimpulkan dalam penelitiannya menyatakan bahwa biaya gaji karyawan (employee salary) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan dalam industri penerbangan Amerika Serikat. Dalam penelitian ini, biaya tenaga kerja adalah gaji pokok, tunjangan-tunjangan, lembur dan konpensasi lainnya yang diterima oleh karyawan perusahaan. Kompensasi tersebut dapat berupa tunjangan hari raya, bonus, maupun tunjangan lainnya yang diberikan perusahaan. Besaran kompensasi untuk gaji karyawan ditentukan oleh Direksi. Besaran kompensasi yang diterima merupakan hasil negosiasi antara manajemen dengan serikat pekerja. Hasil negosiasi tersebut dituangkan di dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang merupakan pedoman peraturan perusahaan yang mengatur hak dan kewajiban manajemen dan karyawan. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan mencapai 25% – 30% dari total biaya perusahaan. Ini berarti biaya tenaga kerja merupakan satu komponen yang penting diperhatikan dalam bisnis perkebunan.

Hardiana (2012) dalam hasil penelitiannya tentang hubungan biaya tenaga kerja terhadap profitabilitas menyatakan bahwa hubungan antara biaya tenaga kerja dengan produktivitas kerja tenaga kerja menunjukkan bahwa semakin besar biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh perusahaan semakin baik pula tingkat produktivitas tenaga kerja, produktivitas kerja tenaga kerja akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, artinya semakin meningkatnya produktivitas tenaga kerja akan berdampak terhadap semakin baiknya kinerja perusahaan sesuai


(44)

dengan yang diharapkan oleh perusahaan, dengan demikian biaya tenaga kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

2.1.3 Ekonomi Makro 3

Ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Ekonomi makro menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijakan

seperti dan

pencapaian

Melakukan analisis ekonomi makro merupakan analisis terhadap faktor-faktor eksternal yang bersifat makro, berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan secara langsung oleh perusahaan. Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan yang dalam hal ini keputusan pengambilan kebijakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keputusan manajemen perusahaan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional perusahaan, sementara faktor eksternal meliputi kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar, dan tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga, dan inovasi instrumen keuangan (Siamat, 2005).

yang berkesinambungan.

Kondisi makro perekonomian suatu negara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut (Samsul, 2008).

Faktor-faktor ekonomi makro yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan antara lain (Samsul, 2008):


(45)

2. Kurs valuta asing.

3. Kondisi perekonomian internasional. 4. Siklus ekonomi suatu negara.

5. Tingkat inflasi. 6. Peraturan Perpajakan 7. Jumlah uang yang beredar.

Ketika kondisi ekonomi makro di suatu negara mengalami perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan mengkalkulasikan dampaknya terhadap kinerja perusahaan di masa depan.

3.1.1.1

Kredit adalah semua jenis pinjaman yang baru dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati (Hasibuan, 2002:87), sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:31), kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA).

Suku bunga kredit.

Untuk pertumbuhan dan pengembangan bisnis perusahaan, perusahaan harus melaksanakan kegiatan investasi. Dalam kegiatan investasi ini, salah satu sumber pembiayaan perusahaan adalah kredit dari perbanka bank sebagai media investasi untuk digunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan


(46)

yang bersifat jangka panjang (http://www.bankmandiri.co.id). Fasilitas kredit jangka menengah dan jangka panjang yang diberikan dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk pembiayaan pengadaan barang-barang modal untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru maupun refinancing, yang pelunasannya bersumber dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai.

Dalam sebuah kredit investasi ada ciri-ciri spesifik dapat terlihat oleh pihak lembaga keuangan dalam hal ini bank sebagai peminjam kredit investasi. Adapun ciri-ciri kredit investasi seperti 1) Memiliki rencana yang terarah dan matang 2) Waktu penyelesaian kredit yaitu berjangka menengah atau berjangka panjang 3) Dibutuhkan untuk penanaman modal.

Kredit invetasi diberikan kepada debitur dengan tujuan penggunaan sebagai investasi modal kerja dimana jangka waktunya ditentukan sesuai jangka waktu investasinya. Kredit investasi ini berjangka lebih dari 1 (satu) tahun dimana penarikannya dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan dimuka. Pembayaran dapat dilakukan dengan cara angsuran bulanan.

Bunga kredit investasi diperhitungkan setiap triwulan secara tunggal dalam triwulan tersebut dan dibayar pada akhir triwulan yang bersangkutan. Apabila dalam masa tenggang ditetapkan penangguhan pembayaran bunga, maka bunga yang timbul selama masa tenggang tersebut dikapitalisasi atau ditambahkan ke dalam hutang pokok. Untuk keterlambatan atau tunggakan pembayaran bunga maupun angsuran dikenakan penalti per tahun dari jumlah tertunggak disamping suku bunga yang berlaku.


(47)

Faktor yang menentukan tingkat investasi adalah suku bunga kredit. Analisis biaya investasi adalah lebih rumit daripada biaya komoditi lain karena barang-barang modal adalah berumur panjang. Apabila membeli barang-barang yang berumur panjang atau melakukan kegiatan investasi lainnya dengan pengembalian investasi yang panjang, maka harus menghitung harga dari modal itu, dalam hal ini dinyatakan dalam tingkat bunga pinjaman atau kredit. Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dari penggunaan dana (cost of capital). Semakin rendah tingkat bunga, maka investor akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil (Nopirin, 1992).

3.1.1.2

Kurs merupakan harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang dalam negeri (Salvatore, 1997). Menurut FASB, kurs adalah rasio antara suatu unit mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu. Nilai tukar mata uang asing (exchange rate) adalah nilai

Kurs.

tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata

uang masing-masing negara atau wilayah

mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai ini dapat terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Sedangkan perubahan permintaan dan penawaran itu


(48)

sendiri dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri terhadap negara.

Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplly-nya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2001).

Menurut Kuncoro (2001), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

a) Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Ada dua macam kurs mengambang, yaitu:

1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan


(49)

karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

b) Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama. “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

c) Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

d) Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya


(50)

dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

e) Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

Fluktuasi kurs rupiah terhadap US dollar memberikan peluang meningkatkan keuntungan atau mengurangi keuntungan dari kegiatan ekspor dan impor perusahaan atas selisih kurs yang terjadi. Pengamatan nilai tukar mata uang atau kurs sangat penting dilakukan mengingat nilai tukar mata uang sangat berperan dalam pembentukan keuntungan bagi perusahaan. Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia masih mengandalkan impor dari

luar negeri (http:

ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahan baku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Dalam kegiatan ekspor ke luar negeri, apabila kurs rupiah terdepresiasi, maka kuntungan perusahaan akan meningkat demikian sebaliknya. Selisih kurs atas kegiatan impor dan ekspor perusahaan akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.


(51)

3.1.1.3 Harga CPO (Crude Palm Oil).

Minyak sawit atau crude palm oil ialah sejenis merupakan hasil proses pengolahan dari buah kelapa sawit (elaeis guineensis). Minyak sawit biasanya berwarna kuning jingga sampai kemerah-merahan karena

mengandung

Indonesia merupakan produsen terbesar CPO dunia, namun saat ini belum mampu menjadi negara acuan (referensi) harga CPO internasional. Harga CPO masih mengacu pada pasar fisik Rotterdam dan pasar berjangka/derivatif di Kuala Lumpur (MDEX) sebagai harga pasar CPO dunia. Indonesia belum bisa menjadi pengimbang dan penentu harga CPO internasional namun harga ditentukan oleh pasar (Agustira, et al. 2010). Harga di pasar fisik Rotterdam adalah harga CIF Rotterdam, yaitu harga yang terdiri dari Cost, Insuranceand Freight yaitu harga yang termasuk asuransi dan ongkos angkut.

dalamnya musnah, sekaligus melunturkan warna minyak.

Harga CPO bukan hanya ditentukan oleh penawaran dan permintaan, tetapi juga faktor spekulasi pelaku pasar. Selama ini, pemasaran CPO dilakukan secara individu, baik oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) maupun perkebunan swasta. Perusahaan kecil menjual CPO ke perusahaan yang lebih besar dan perusahaan besar menjual CPO ke pembeli di luar negeri ataupun di dalam negeri. Tidak ada peran pemerintah untuk membangun pemasaran bersama antara PTPN dan perusahaan swasta sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Yang terjadi, mereka justru bersaing di pasar dalam negeri sehingga pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan harga. Pemasaran CPO yang diserahkan kepada mekanisme pasar mendorong munculnya para spekulan.


(52)

Pasar fisik komoditas diselenggarakan secara terorganisasi dan didukung teknologi informasi. Operasional kegiatan dilakukan setiap hari dengan sistem lelang, serta terbagi dalam dua sesi perdagangan spot/forward ditambah satu sesi perdagangan tunai. Kenaikan atau penurunan harga CPO akan mendorong kenaikan atau penurunan nilai penjualan perusahaan. Ini tentu mengakibatkan perusahaan perkebunan berpotensi untuk mengalami peningkatan atau penurunan profitabilitas perusahaan.

3.2 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian terdahulu, diantaranya: Tsikriktsis (2007), Parast dan Fini (2010), Dwijayanthy dan Naomi (2009), Pramesti dan Satyawati (2007), Indrianty dan Yos (2012), Rupaida (2012).

Tsikriktsis (2007) meneliti pengaruh kinerja operasional dan fokus terhadap profitabilitas di industri penerbangan Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja operasional (kapasitas utilisasi penumpang, kapasitas utilitas armada) dan fokus (keterlambatan ketibaan, kehilangan barang) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada industri penerbangan Amerika Serikat. Pada objek penelitian yang sama, Parast dan Fini (2010) menyimpulkan dalampenelitiannya bahwa poduktivitas tenaga kerja, gaji pegawai, harga gas dan biaya pemeliharaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sementara ketepatan waktu berpengaruh tidak signifikan.

Dwijayanthy dan Naomi (2009) melakukan penelitian pengaruh inflasi, BI rate dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003 - 2007. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara simultan inflasi, BI rate dan nilai


(53)

tukar mata uang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, secara parsial hanya inflasi dan nilai tukar mata uang yang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Pramesti dan Satyawati (2007) melakukan penelitian pengaruh biaya bunga pinjaman terhadap laba bersih periode sebelum krisis dan selama krisis pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Jakarta periode 2003 - 2007. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa biaya bunga pinjaman berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Indrianty dan Yos (2012) melakukan penelitian pengaruh kinerja operasional terhadap profitabilitas. Faktor kinerja operasional yang digunakan adalah biaya pencegahan, biaya asesmen, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Indrianty dan Yos (2012) menyimpulkan bahwa semua faktor kinerja operasional berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, hanya biaya kegagalan internal yang berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas. Rupaida (2012) melakukan penelitian pengaruh faktor internal (kredit, NPL, LDR) dan faktor eksternal (inflasi dan kurs valas) terhadap profitabilitas (kasus pada PT Bank NTB cabang Sumbawa Besar). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sementara NPL, LDR, inflasi dan kurs valas berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas.

Berdasarkan uraian tersebut maka tinjauan penelitian terdahulu dapat dirangkum pada tabel 2.1 berikut:


(54)

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Nikos

Tsikriktsis (2007)

The Effect of Operational Performance and focus on

Profitability: A Longitudinal study of the US airline industry Dependen: Profitability (Operating Profit Over Operating Revenue) Independen: Operational Performance: Capacity Utility – Passengers,

Capacity Utiliy Fleet,

Focus:

Late Arrivals, Lost Baggage

Secara simultan dan

parsial, kinerja operasional dan fokus

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

2 Parast dan Fini (2010)

The effect of productivity and quality on profitability in US airline industry Dependen: Profitability (Passenger Load Factor) Independen: Labour Productivity, On-time Perfomance, gas price, maintenance cost, employee salary.

Labour productivity dan employee salary, gas price dan maintenance cost berpengaruh signifikan terhadap profitability sedangkan on-time performance berpengaruh tidak signifikan

3 Dwijayanthy

dan Naomi (2009)

Analisis

Pengaruh inflasi, BI Rate dan nilai tukar mata uang terhadap

profitabilitas bank periode 2003 – 2007

Dependen:

Profitabilitas (ROA) Independen:

Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Mata Uang

Secara simultan, inflasi, BI rate dan nilai tukar mata uang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

Secara parsial, hanya inflasi dan nilai tukar mata uang yang berpengaruh signifikan

4 Pramesti dan Satyawati (2007) Analisis pengaruh biaya bunga pinjaman terhadap laba bersih periode sebelum krisis Dependen:

Laba Bersih Periode Sebelum Krisis dan Selama Krisis

Independen:

Biaya bunga pinjaman berpengaruh signifikan pada periode sebelum krisis dan selama krisis


(55)

pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Jakarta

Pinjaman

5 Indrianty dan Yos (2012)

Improving Hospital Profitability through Cost of Quality Dependen: Profitability (Difference in profitability with earnings estimates based on hospital rates and earnings estimates based on the calculation of unit cost)

Independen:

cost of prevention,

the cost of

assessment, internal failure costs, and external failure costs

Secara simultan, cost of prevention, the cost of assessment, internal failure costs, and external failure costs berpengaruh signifikan terhadap profitability

Secara parsial, internal failure cost berpengaruh tidak signifikan terhadap profitability.

6 Ida Rupaida (2012) Analisis faktor internal dan faktor eksternal terhadap profitabilitas (kasus pada PT Bank NTB cabang Sumbawa Besar) Dependen: Profitabilitas (ROA) Independen:

Kredit, NPL, LDR, inflasi dan kurs valas

Secara simultan, kredit, NPL, LDR, inflasi dan kurs valas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

Secara parsial, hanya kredit yang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas


(56)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan analogi teoritis, latar belakang dan tinjauan terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu maka hubungan variabel penelitian ini digambarkan melalui kerangka konseptual berikut ini:

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diproxykan dengan return on investment (ROI) sedangkan variabel independen terdiri dari kinerja operasional (produktivitas hasil kebun,

Return On Investment (Y) Produktivitas Hasil Kebun (X1)

Rendemen Hasil Olahan (X2)

Produktivitas Tenaga Kerja (X3)

Biaya Tenaga Kerja (X4)

Suku Bunga Kredit (X5)

Kurs (X6)


(57)

rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja dan biaya tenaga kerja) dan ekonomi makro (kurs, suku bunga kredit, harga CPO)

Penelitian ini dilakukan terhadap return on investment (ROI) karena ekspektasi dari investor terhadap investasinya adalah memperoleh return dari investasi yang ditanamkan dalam perusahaan. ROI tersebut menjadi indikator untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dijelaskan pada kerangka konsep ini dengan uraian sebagai berikut:

3.2 Hubungan Kinerja Operasional dengan Return On Investment

Kinerja operasional merupakan variabel yang bersumber dari internal perusahaan. Proxy dari kinerja operasional adalah produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja dan biaya tenaga kerja.

3.2.1 Hubungan produktivitas hasil kebun dengan return on investment

Produktivitas hasil kebun merupakan kemampuan tanaman menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) per hektar luas lahan. Dalam bisnis perkebunan indikator ini merupakan faktor yang penting untuk mendukung profitabilitas perusahaan. Dengan produktivitas hasil kebun yang semakin besar diharapkan perusahaan mampu mencapai profitabilitas yang tinggi, tetapi dengan produktivitas hasil kebun yang rendah tentunya kemampuan perusahaan untuk mencapai profitabilitas juga akan rendah. Kerangka penelitian diatas menunjukkan bahwa produktivitas hasil kebun akan memberikan pengaruh kepada profitabilitas perusahaan.


(58)

3.2.2 Hubungan rendemen hasil olahan dengan return on investment

Rendemen merupakan ukuran jumlah hasil ekstraksi Tandan Buah Segar yang diukur dengan persentase (Pahan, 2010). Rendemen merupakan alat ukur bagi manajemen dalam menilai profitabilitas sebuah perusahaan perkebunan sehingga setiap industri perkebunan tertantang untuk meningkatkan kinerjanya dalam meningkatkan rendemen terutama dalam kondisi harga CPO yang cenderung menurun (Chang, et al. 2003). Produktivitas hasil kebun yang tinggi tidak menjamin bahwa jumlah rendemen hasil olahan akan tinggi, karena masih tergantung pada ekstraksi atas tandan buah segar yang diolah di pabrik. Dengan rendemen yang tinggi, diharapkan CPO yang dihasilkan dan dipasarkan akan semakin meningkat juga. Kerangka penelitian diatas menunjukkan bahwa rendemen hasil olahan memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. 3.2.3 Hubungan produktivitas tenaga kerja dengan return on investment

Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan minyak sawit. Minyak sawit merupakan produk akhir yang dipasarkan oleh perusahaan. Industri perkebunan masih menggunakan banyak tenaga kerja operasional (labor intensive). Peran tenaga kerja (SDM) masih sangat tinggi dalam mendukung produktivitas perusahaan. Dengan produktivitas yang tinggi diharapkan kinerja keuangan perusahaan juga akan semakin meningkat. Kerangka penelitian diatas menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

3.2.4 Hubungan biaya tenaga kerja dengan return on investment

Biaya tenaga kerja adalah harga yang dikeluarkan atas pemanfaatan tenaga kerja manusia dalam operasional suatu perusahaan. Dengan demikian bahwa


(59)

biaya tenaga kerja akan timbul akibat dari pemanfaatan tenaga kerja dalam operasi perusahaan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan dan upah lembur. Dengan pemberian fasilitas penggajian dan tunjangan ke setiap tenaga kerja diharapkan produktivitasnya akan meningkat, dengan peningkatan produktivitas maka diharapkan kinerja keuangan perusahaan juga akan meningkat. Kerangka penelitian diatas menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

3.3 Hubungan Ekonomi Makro dengan Return On Investment

Ekonomi makro terdiri dari tiga variabel yaitu; suku bunga kredit, kurs dan harga CPO.

3.3.1 Hubungan suku bunga kredit dengan return on investment

Dalam mengembangkan investasi perusahaan, perusahaan masih mengandalkan kredit perbankan. Investasi yang tinggi diharapkan akan menghasilkan kuntungan yang lebih besar di masa akan datang. Struktur modal perusahaan yang didanai oleh kredit investasi perbankan mencapai 25% – 30% terhadap total aset perusahaan. Dalam pemanfaatan kredit investasi dari perbankan, debitur mempunyai kewajiban untuk membayar biaya-biaya yang yang dibebankan oleh kreditur sehubungan dengan kredit tersebut. Kerangka penelitian diatas menunjukkan bahwa suku bunga kredit memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

3.3.2 Hubungan kurs dengan return on investment

Fluktuasi kurs rupiah terhadap US Dollar memberikan peluang peningkatan atau pengurangan keuntungan dari kegiatan ekspor dan impor perusahaan. Pengamatan nilai tukar mata uang atau kurs sangat penting dilakukan mengingat nilai


(60)

tukar mata uang sangat berperan dalam pembentukan keuntungan bagi perusahaan. Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahan baku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Dalam kegiatan ekspor ke luar negeri, apabila kurs rupiah terdepresiasi, maka kuntungan perusahaan akan meningkat demikian sebaliknya. Selisih kurs atas kegiatan impor dan ekspor perusahaan akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Kerangka penelitian diatas menunjukkan bahwa kurs memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

3.3.3 Hubungan harga CPO dengan return on investment

Pasar CPO global masih mengacu kepada pasar fisik Rotterdam dan pasar berjangka/derivative masih mengacu ke MDEX (Malaysian Derivative Exchange) di Kuala Lumpur Malaysia. Harga CPO ditentukan oleh pasar. Fluktuasi harga CPO sangat mempengaruhi nilai penjualan perusahaan. Kuantum penjualan yang tinggi belum tentu akan menghasilan nilai penjualan yang tinggi juga, karena harga CPO merupakan faktor diluar kendali perusahaan (uncontrollable factor). Kerangka penelitian diatas menunjukkan bahwa harga CPO memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

3.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris. Indikator-indikator operasional dan ekonomi makro dianalisis untuk dapat melihat pengaruhnya terhadap laba. Menurut Rochaety (2007:31), hipotesis penelitian merupakan anggapan peneliti


(61)

tinjauan pustaka dan kerangka konseptual sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Kinerja operasional (produktivitas hasil kebun, rendemen hasil olahan, produktivitas tenaga kerja dan biaya tenaga kerja) dan ekonomi makro (suku bunga kredit, kurs dan harga CPO) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap return on investment perusahaan”.


(1)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -27.107 9.315 -2.910 .007

Ln_PHK 1.107 .239 .656 4.634 .000 .581 1.720

Ln_RHO .581 1.631 .054 .356 .724 .500 1.999

Ln_PTK .353 .304 .236 1.160 .255 .281 3.563

Ln_BTK -.502 .195 -.525 -2.571 .015 .279 3.578

Ln_SBK 1.238 .714 .464 1.735 .092 .163 6.129

Ln_Kurs 1.879 .777 .302 2.420 .021 .747 1.340

Ln_HCPO .743 .233 .753 3.181 .003 .208 4.805

a. Dependent Variable: Ln_ROI


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ln_PH

K

Ln_RH O

Ln_PT K

Ln_BT K

Ln_SB K

Ln_Kur s

Ln_HCP O

Ln_RO I

N 40 40 40 40 40 40 40 40

Normal Parameters

Mean a, b

8.4619 3.1426 1.4578 15.6163 2.6277 9.1315 6.3393 1.8719

Std. Deviatio n

.24328 .03840 .27502 .42883 .15371 .06604 .41606 .41031

Most Extreme Differences

Absolute .087 .141 .089 .087 .082 .162 .177 .084

Positive .081 .121 .065 .066 .082 .162 .177 .084

Negative -.087 -.141 -.089 -.087 -.077 -.089 -.126 -.066

Kolmogorov-Smirnov Z

.551 .893 .562 .549 .517 1.025 1.122 .530

Asymp. Sig. (2-tailed) .922 .403 .911 .924 .952 .244 .162 .942

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

C. DILAKUKAN LAG

Variables Entered/Removedb Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Lag_Res4a . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .228a .052 .026 .24763375

a. Predictors: (Constant), Lag_Res4

b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

ANOVA Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .125 1 .125 2.032 .162a

Residual 2.269 37 .061

Total 2.394 38

a. Predictors: (Constant), Lag_Res4

b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.006 .040 -.150 .881

Lag_Res4 -.225 .158 -.228 -1.425 .162 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual


(4)

D. SETELAH DILAKUKAN TRANSFORMASI

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables

Removed Method 1 Ln_HCPO@,

Ln_Kurs@, Ln_PHK@, Ln_RHO@, Ln_BTK@, Ln_PTK@, Ln_SBK@

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ln_ROI@

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .800a .640 .559 .26858 2.052

a. Predictors: (Constant), Ln_HCPO@, Ln_Kurs@, Ln_PHK@, Ln_RHO@, Ln_BTK@, Ln_PTK@, Ln_SBK@

b. Dependent Variable: Ln_ROI@

ANOVA Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.976 7 .568 7.875 .000a

Residual 2.236 31 .072

Total 6.213 38

a. Predictors: (Constant), Ln_HCPO@, Ln_Kurs@, Ln_PHK@, Ln_RHO@, Ln_BTK@, Ln_PTK@, Ln_SBK@


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -30.444 9.841 -3.094 .004

Ln_PHK@ .957 .264 .559 3.623 .001 .487 2.053 Ln_RHO@ .248 1.550 .025 .160 .874 .478 2.090 Ln_PTK@ .133 .077 .402 1.720 .095 .212 4.713 Ln_BTK@ -.580 .189 -.702 -3.070 .004 .222 4.500 Ln_SBK@ 1.312 .601 .598 2.181 .037 .154 6.472 Ln_Kurs@ 1.935 .687 .374 2.819 .008 .660 1.515 Ln_HCPO@ .820 .198 1.004 4.134 .000 .197 5.082 a. Dependent Variable: Ln_ROI@


(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Ln_RO I@ Ln_PH K@ Ln_RH O@ Ln_PT K@ Ln_BT K@ Ln_SB K@ Ln_Kur s@ Ln_HCP O@

N 39 39 39 39 39 39 39 39

Normal Paramete rsa,b

Mean 2.2946 10.372 8

3.8515 5.3415 19.146 3

3.2148 11.185 1

7.7786

Std. Deviat ion

.40434 .23626 .04064 1.2273 1

.48949 .18428 .07812 .49494

Most Extreme Differen ces Absol ute

.084 .080 .171 .104 .093 .080 .196 .175

Positiv e

.077 .069 .103 .104 .069 .080 .196 .175

Negati ve

-.084 -.080 -.171 -.059 -.093 -.068 -.098 -.127

Kolmogorov-Smirnov Z

.525 .502 1.070 .648 .581 .497 1.221 1.094

Asymp. Sig. (2-tailed)

.946 .962 .202 .795 .888 .966 .101 .182

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.