Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

tanaman tersebut dicabut akan terlihat benang-benang halus pada bagian yang sakit. Benang-benang ini berwarna putih dan padanya terdapat butiran yang mula- mula berwarna putih kemudian coklat dan akhirnya coklat tua. Butir ini disebut sklerotium yang sangat mudah terlepas dari benang-benangnya. Miselium putih yang terjalin mengelilingi jaringan tanaman yang terserang sering terlihat seperti jalinan benang halus pada bagian tanaman yang sakit berwarna coklat tua dan dikelilingi oleh benda-benda kecil yang bentuknya menyerupai biji lada, yang dihasilkan pada bagian permukan tanaman yang terinfeksi dan dekat permukaan tanah. Tanaman muda dapat dikelilingi sklerotia dan mati. Sclerotium rolfsii termasuk dalam subdivisi Deuteromycotina, Kelas Deuteromycetes, subkelas Hyphomycetidae dan ordo Agonomycetales Alexopoules dan Mims, 1979. S. rolfsii adalah sejenis jamur yang mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas. S. rolfsii tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan untuk mempertahankan diri jamur membentuk sejumlah sklerotium yang semula berwarna putih, kelak menjadi coklat. Butir-butir ini mudah sekali lepas dan terangkut oleh air. Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 - 7 tahun. Ukuran diameter sklerotia 0,05-2 mm dan bentuk perkecambahan sklerotia dispersif seperti kapas berwarna putih. Ukuran terkecil dari diameter koloni sclerotium adalah 0,61 cm dan ukuran terbesarnya 1,71 cm sedangkan untuk pengukuran kecepatan pertumbuhan miselium yang terlambat adalah 3,1 mmhari dan yang tercepat adalah 8,54 mmhari yang dapat dilihat pada hari kedua dan hari ketujuh penelitian Magenda, 2011.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

Sclerotium rolfsii dilaporkan sebagai jamur tular tanah yang menyebabkan penyakit pada banyak tanaman khususnya di daerah tropis dan subtropis Mukherjee dan Raghu, 1997. Perkembangan penyakit tergantung pada lingkungan, kondisi yang sesuai untuk perkembangan penyakit rebah kecambah Universitas Sumatera Utara adalah pada kelembaban relatif Rh 12 - 15. Pertumbuhan optimum S. rolfsii pada suhu 27-30 o C dan sklerotia tidak dapat bertahan pada suhu dibawah 0 o C sehingga suhu dingin bisa membatasi penyebaran jamur ini Singleton et al., 1992; Singh, 1998. Sklerotia yang dihasilkan memiliki kemampuan yang baik dalam beradaptasi dengan lingkungan sehingga penyebaran sklerotia di sekitar inang dapat menjangkau wilayah yang cukup luas. Tingkat pertumbuhan sklerotia pada tanah dipengaruhi oleh bentuk perkecambahan hifa, kerusakan jaringan tanaman, dan kelarutan nutrisi Punja dan Gregon, 1981; Punja et al., 1985. Pada media biakan, jamur dapat tumbuh pada pH 1.4 – 8.8 Agrios, 1997, dengan suhu optimum pertumbuhan 30 - 35 o C sedangkan suhu minimumnya adalah 8 o C dan suhu maksiumnya 40 o C. Hifa vegetatif tidak dapat bertahan pada suhu dibawah 0 o C. Pada kondisi tersebut hifa akan mati dalam jangka waktu 24 jam. Sedangkan sklerotianya dapat tahan selama 48 jam pada suhu -10 o C Watkins, 1961. Miseliumnya mampu tumbuh dan menyerang biji-biji dalam tanah dengan kandungan air yang jauh lebih rendah dari pada kandungan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biji Epps et al., 1951. Keadaan suhu, kelembaban dan aerasi yang baik di atas permukaan tanah atau beberapa sentimeter dalam tanah dapat menguntungkan perkembangan miselia jamur dan akan meningkatkan patogenitas jamur. Jamur S. rolfsii memiliki dua fase pertumbuhan yang secara ekologi berbeda. Pertama adalah fase perkembangan miseliun yang berupa miselium putih dan tebal dan sering disebut sebagai jamur putih. Fase tersebut juga dikenal sebagai fase pertumbuhan atau fase patogenik dari jamur. Fase yang kedua adalah fase produksi sklerotia jamur yang memungkinkan jamur dapat bertahan pada keadaan yang tidak cocok Boyle, 1961.

2.4. Potensi Bakteri sebagai Biokontrol