Potensi Bakteri sebagai Biokontrol

adalah pada kelembaban relatif Rh 12 - 15. Pertumbuhan optimum S. rolfsii pada suhu 27-30 o C dan sklerotia tidak dapat bertahan pada suhu dibawah 0 o C sehingga suhu dingin bisa membatasi penyebaran jamur ini Singleton et al., 1992; Singh, 1998. Sklerotia yang dihasilkan memiliki kemampuan yang baik dalam beradaptasi dengan lingkungan sehingga penyebaran sklerotia di sekitar inang dapat menjangkau wilayah yang cukup luas. Tingkat pertumbuhan sklerotia pada tanah dipengaruhi oleh bentuk perkecambahan hifa, kerusakan jaringan tanaman, dan kelarutan nutrisi Punja dan Gregon, 1981; Punja et al., 1985. Pada media biakan, jamur dapat tumbuh pada pH 1.4 – 8.8 Agrios, 1997, dengan suhu optimum pertumbuhan 30 - 35 o C sedangkan suhu minimumnya adalah 8 o C dan suhu maksiumnya 40 o C. Hifa vegetatif tidak dapat bertahan pada suhu dibawah 0 o C. Pada kondisi tersebut hifa akan mati dalam jangka waktu 24 jam. Sedangkan sklerotianya dapat tahan selama 48 jam pada suhu -10 o C Watkins, 1961. Miseliumnya mampu tumbuh dan menyerang biji-biji dalam tanah dengan kandungan air yang jauh lebih rendah dari pada kandungan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biji Epps et al., 1951. Keadaan suhu, kelembaban dan aerasi yang baik di atas permukaan tanah atau beberapa sentimeter dalam tanah dapat menguntungkan perkembangan miselia jamur dan akan meningkatkan patogenitas jamur. Jamur S. rolfsii memiliki dua fase pertumbuhan yang secara ekologi berbeda. Pertama adalah fase perkembangan miseliun yang berupa miselium putih dan tebal dan sering disebut sebagai jamur putih. Fase tersebut juga dikenal sebagai fase pertumbuhan atau fase patogenik dari jamur. Fase yang kedua adalah fase produksi sklerotia jamur yang memungkinkan jamur dapat bertahan pada keadaan yang tidak cocok Boyle, 1961.

2.4. Potensi Bakteri sebagai Biokontrol

Pengendalian secara biologi dengan menggunakan mikroorganisme sudah banyak diteliti. Kepedulian dalam kesehatan dan lingkungan akibat menggunakan fungisida mendorong peneliti dalam mencari alternatif lain untuk mengontrol Universitas Sumatera Utara penyakit dengan menggunakan mikroorganisme sebagai agen biokontrol Martin dan Hancock, 1987; Wijayanti, 2003; Harni, 2007. Mikroorganisme yang digunakan sebagai agen biokontrol adalah mikroorganisme yang mampu menggunakan dinding sel jamur patogen sebagai sumber nutrisinya. Dinding sel jamur terdiri dari glukan, selulosa, kitin, manosa, glukosa, asam amino dan lemak Landecker, 1996. Salah satu pengembangan teknologi yang cocok untuk mengendalikan jamur patogen tanaman adalah pemanfaatan mikroba kitinolitik yang memiliki aktivitas kitinase. Mikroba kitinolitik mampu menghidrolisis senyawa kitin yang merupakan salah satu penyusun dinding sel kapang patogen. Terdegradasinya senyawa tersebut menyebabkan jamur patogen menjadi lemah atau mati. Dengan demikian mikroba kitinolitik berpotensi digunakan sebagai biofungisida untuk mengendalikan kapang patogen yang memiliki kitin sebagai struktur dinding selnya Nildayanti, 2011. Bakteri kitinolitik merupakan mikroba yang memiliki kemampuan mendegradasi kitin karena menghasilkan enzim kitinase. Berbagai kelompok bakteri dilaporkan memiliki aktivitas kitinolitik diantaranya yaitu Pseudomonas fluorescens, Bacillus dan Streptomyces Djatmiko et al., 2007; Papuangan, 2009. Bacillus apiarius Muharni dan Hary, 2011 Serratia marcescens Wijayanti, 2003. Pengendali hayati patogen tanaman yaitu bakteri yang disebarkan melalui tanah sudah dipelajari sebagai suatu alternatif untuk mengendalikan jamur patogen tanaman. Beberapa bakteri yang dimanfaatkan sebagai biokontrol yaitu P. putida terhadap Fusarium oxysporum Boer et al., 2003, P. fluorescens, Bacillus spp, Streptomyces terhadap Ralstonia solanacearum Djatmiko et al., 2007 Lactobacillus plantarum terhadap jamur Fusarium Laitila et al., 2002. Bacillus subtilis. Bacillus polymixa, dan P. fluorescens, terhadap Xanthomonas oryzae dan Rhizoctonia solani Machmud et al., 2002. Streptomyces RKt5 terhadap F. oxysporum Yurnaliza et al., 2011, Bacillus sp terhadap Vibrio harveyi Umar, 2009. Bacillus sp. dan Bacillus apiarius terhadap Rigidoporus lignosus Muharni dan Hary, 2011. Streptomyces terhadap Colletotrichum sublineolum Quecine et al., 2008. Universitas Sumatera Utara Pemanfaatan bakteri kitinolitik sebagai pengendali jamur patogen tanaman diterapkan dengan cara enkapsulasi pada benih tanaman yang akan dijadikan target penelitian Bashan, 1986; Schisler et al., 2004; Dawar et al., 2008; Hameeda et al.,2010; Suarez et al., 2011. Metode enkapsulasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan benih tanaman terhadap jamur patogen yang menyerang tanaman, sehingga pemanfaatan mikroorganisme sebagai pengendali hayati dapat lebih efektif dan berkesinambungan.

2.5. Enkapsulasi