dan Sulawesi, sedangkan cabai merah keriting buahnya bergelombang atau keriting, ramping, kulit buah tipis, berumur lebih lama, lebih tahan simpan, dan
rasanya pedas. Tipe ini banyak diusahakan di Jawa Barat dan Sumatera. Cabai paprika buahnya berbentuk segi empat panjang dan biasa dipanen saat matang
hijau Semangun, 2007. Umur cabai sangat bervariasi tergantung jenis cabai. Tanaman cabai besar dan keriting yang ditanam di dataran rendah sudah dapat
dipanen pertama kali umur 70 –75 hari setelah tanam, sedangkan waktu panen di dataran tinggi lebih lambat yaitu sekitar 4 – 5 bulan setelah tanam. Panen dapat
terus-menerus dilakukan sampai tanaman berumur 6 – 7 bulan. Pemanenan dapat dilakukan dalam 3 – 4 hari sekali atau paling lama satu minggu sekali Setiadi,
2004. Tanaman cabai akan tumbuh baik pada lahan dataran rendah yang
tanahnya gembur dan kaya bahan organik, tekstur ringan sampai sedang, pH tanah berkisar antara 5.5 – 6.8, drainase baik dan cukup tersedia unsur hara bagi
pertumbuhannya. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 18 – 30
o
C Secara geografis tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1200 m di atas
permukaan laut. Pada dataran tinggi yang berkabut dan kelembabannya tinggi, tanaman cabai mudah terserang penyakit. Cabai akan tumbuh baik pada daerah
yang rata-rata curah hujan tahunannya antara 600–1250 mm dengan bulan kering 3–8,5 bulan dan pada tingkat penyinaran matahari lebih dari 45 .
2.2. Penyakit Rebah Kecambah Damping-off pada Tanaman Cabai
Rebah kecambah damping–off sering terjadi di persemaian cabai maupun terung. Biji dapat membusuk di dalam tanah, atau semai-semai dapat mati sebelum
muncul ke permukaan tanah. Batang semai muda yang masih lunak jika terserang rebah kecambah pangkalnya menjadi basah dan mengkerut sehingga
menyebabkan semai rebah dan mati Semangun, 2007. Penyakit ini sudah lama dikenal tetapi pada umumnya orang menduga
bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri namun kemudian sudah banyak
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan bahwa penyakit rebah kecambah juga bisa disebabkan oleh jamur patogen tanaman diantaranya dari genus Phytium, Rhizoctonia dan Sclerotium
Singh, 1998; Agrios, 1997. S. rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang dapat menyebabkan rebah kecambah pada tanaman cabai Semangun, 2007;
Lamidi, 1986; Dange, 2006; Yusniawaty, 2009. Jamur ini merupakan jamur tular tanah yang dapat bertahan lama dalam bentuk sklerotia di dalam tanah, pupuk
kandang, dan sisa-sisa tanaman sakit. Di samping itu, jamur tersebut dapat menyebar melalui air irigasi dan benih pada lahan yang ditanami secara terus
menerus dengan tanaman inang yang sama, sehingga mengakibatkan turunnya produksi tanaman yang akan dipanen Timper et al., 2001.
Jamur S. rolfsii menyebabkan gejala rebah kecambah pada persemaian dan busuk batang pada tanaman inang yang lebih tua. Apabila tanaman muda yang
terserang maka akan cepat mati, tetapi bila tanaman yang lebih tua terserang, pucuk tanaman menjadi kuning, layu dan kemudian mati. Akibatnya bagian dari
batang dan akar pada batas tanah menjadi busuk dan sebagian ditutupi oleh bercak putih yaitu miselium yang berwarna putih Gambar 1 sampai terbentuk sklerotia
coklat Agrios, 1997.
Gambar 1. Gejala serangan S. rolfsii adanya miselium pada batang tua Thu et al., 2013
Menurut Maryudani dan Sudarmadi 1976, gejala serangan S. rolfsii
mula-mula diawali dengan menguning dan melayunya daun-daun, kemudian diikuti dengan membusuknya batang. Kulit dan kayu pada pangkal batang serta
akar tanaman yang terserang rusak. Pada tingkat penyerangan belum lanjut, bila
Universitas Sumatera Utara
tanaman tersebut dicabut akan terlihat benang-benang halus pada bagian yang sakit. Benang-benang ini berwarna putih dan padanya terdapat butiran yang mula-
mula berwarna putih kemudian coklat dan akhirnya coklat tua. Butir ini disebut sklerotium yang sangat mudah terlepas dari benang-benangnya. Miselium putih
yang terjalin mengelilingi jaringan tanaman yang terserang sering terlihat seperti jalinan benang halus pada bagian tanaman yang sakit berwarna coklat tua dan
dikelilingi oleh benda-benda kecil yang bentuknya menyerupai biji lada, yang dihasilkan pada bagian permukan tanaman yang terinfeksi dan dekat permukaan
tanah. Tanaman muda dapat dikelilingi sklerotia dan mati. Sclerotium rolfsii termasuk dalam subdivisi Deuteromycotina, Kelas
Deuteromycetes, subkelas
Hyphomycetidae dan
ordo Agonomycetales
Alexopoules dan Mims, 1979. S. rolfsii adalah sejenis jamur yang mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna putih, tersusun seperti bulu
atau kipas. S. rolfsii tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan untuk mempertahankan diri jamur membentuk sejumlah sklerotium yang semula
berwarna putih, kelak menjadi coklat. Butir-butir ini mudah sekali lepas dan terangkut oleh air. Sklerotium mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan
terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 - 7 tahun. Ukuran diameter sklerotia 0,05-2 mm dan bentuk
perkecambahan sklerotia dispersif seperti kapas berwarna putih. Ukuran terkecil dari diameter koloni sclerotium adalah 0,61 cm dan ukuran terbesarnya 1,71 cm
sedangkan untuk pengukuran kecepatan pertumbuhan miselium yang terlambat adalah 3,1 mmhari dan yang tercepat adalah 8,54 mmhari yang dapat dilihat
pada hari kedua dan hari ketujuh penelitian Magenda, 2011.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur