Viabilitas Bakteri Kitinolitik Dalam Enkapsulasi

Gambar 9. Benih cabai yang normal a dan yang terserang S. rolfsii b setelah 30 hari, 1. Hifa S. rolfsii pada pangkal batang, 2. Batang yang menguning dengan daun yang sudah gugur. Menurut Maryudani dan Sudarmadi 1976, gejala serangan S. rolfsii mula-mula diawali dengan menguning dan melayunya daun-daun, kemudian diikuti dengan membusuknya batang. Kulit dan kayu pada pangkal batang serta akar tanaman yang terserang rusak. Pada tingkat penyerangan belum lanjut, bila tanaman tersebut dicabut akan terlihat benang-benang halus pada bagian yang sakit.

4.4. Viabilitas Bakteri Kitinolitik Dalam Enkapsulasi

Untuk melihat viabilitas sel bakteri kitinolitik dalam enkapsulasi benih ditentukan dengan menggunakan metode standard plate count menggunakan media MGMK. Perhitungan jumlah koloni dilakukan pada hari ke- 1, 2, 3 dan 4 Gambar 10. Ketahanan hidup atau viabilitas bakteri dan spora dalam berbagai formulasi dipengaruhi oleh jenis formulasi, lama penyimpanan waktu penyimpanan dan interaksi antara keduanya. Universitas Sumatera Utara Gambar 10. Viabilitas sel bakteri pada benih terenkapsulasi selama penyimpanan Dari gambar di atas setelah dilakukan perhitungan selama 4 minggu viabilitas sel tertinggi ditemukan pada benih yang dienkapsulasi dengan gum arab dan Bacillus sp. BK17 GBK17 sebesar 198 x 10 10 cfugr, kemudian diikuti oleh benih yang dienkapsulasi dengan CMC Bacillus sp. BK17 CBK17 sebesar 182 x 10 10 cfugr, sedangkan viabilitas sel terendah ditemukan pada benih yang dienkapsulasi dengan alginat dan Enterobacter sp. PB17 APB17 sebesar 8 x 10 10 cfugr. Hal ini menunjukkan bahwa formulasi terbaik yang bisa digunakan sebagai bahan enkapsulasi bakteri pada benih adalah gum arabik. Gum arabik adalah campuran kompleks dari oligosakarida arabinogalactan, polisakarida, glikoprotein. Rantai utama gum arabik terdiri dari β-1→3 berikatan dengan unit D-galactopyranosyl. Rantai sampingnya terdiri dua sampai lima β-1→3- berikatan dengan unit D-galactopyranosyl, berikatan dengan rantai utama pada ikatan 1,6. Baik rantai utama dan rantai samping dari gum arabik mengandung unit dari α-L-arabinofuranosyl-, α-L -rhamnopyranosyl, β-D-glucuronopyranosyl, dan 4-O-methyl β-D-glucuronopyranosyl Verbeken et al., 2003; Ali et al., 2009. Dari gambar di atas dapat dilihat adanya penurunan jumlah bakteri Enterobacter sp. PB17 dan Bacillus sp. BK17 pada masing-masing matriks pembawa. Penurunan ini terjadi karena ketidakmampuan bakteri Enterobacter Universitas Sumatera Utara PB17 dan Bacillus sp. BK17 bertahan dalam kondisi lingkungan yang baru yang kering. Jika dibandingkan jumlah sel antara bakteri Enterobacter sp. PB17 dan Bacillus sp. BK17 pada 1 gram benih terenkapsulasi, bakteri Bacillus sp. BK17 lebih banyak dibandingkan dengan Enterobacter sp. PB17. Hal ini menunjukkan bahwa Bacillus sp. BK17 memiliki viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Enterobacter sp. PB17. Hal ini dikarenakan Bacillus sp. BK17 mampu menghasilkan spora untuk bertahan hidup di kondisi yang ekstrim. Bacillus merupakan salah satu bakteri yang dapat membentuk endospora pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Spora yang terbentuk merupakan struktur bertahan dari Bacillus. Spora ini dapat bertahan dalam waktu yang lama hingga mencapai puluhan tahun. Namun kemampuan bertahan spora bacillus dipengaruhi oleh jenis media atau bahan yang digunakan untuk penyimpanan Sulistiani, 2009.

4.5. Patogenitas S. rolfsii pada Benih Cabai Terenkasulasi