Mekanisme penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme dapat diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai zona penghambatan
pertumbuhan jamur S. rolfsii oleh bakteri kitinolitik. Zona bening ini terbentuk karena terjadi pemutusan ikatan β-1,4 homopolimer N-asetilglukosamin pada kitin
oleh kitinase menjadi monomer N-asetilglukosamin. Perbedaan zona bening yang dihasilkan disebabkan adanya perbedaan aktivitas kitinase pada isolat
Enterobacter sp. PB17 dan Bacillus sp. BK17.
4.2. Abnormalitas Hifa Jamur S. rolfsii setelah Uji Antagonis dengan
Bakteri Kitinolitik
Pengamatan hifa abnormal dilakukan setelah dilakukan uji antagonis antara bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK17 dan Enterobacter sp. PB17 dengan jamur S.
rolfsii dengan pengamatan selama 7 hari. Setelah 7 hari pengamatan dan dilanjutkan dengan pengamatan secara mikroskopis ditemukan adanya perbedaan
struktur hifa antara hifa jamur yang normal dengan hifa yang mengalami abnormalitas Gambar. 7. Struktur hifa yang abnormal terlihat menggulung pada
bagian ujungnya, lisis pada dinding selnya, lisis pada isi selnya, bengkok dan putus.
Abnormalitas hifa yang terjadi disebabkan oleh adanya aktivitas enzim hidrolitik dan senyawa antimikroba lainnya yang dikeluarkan oleh bakteri
antagonis pada saat terjadi interaksi antara hifa jamur S. rolfsii dengan isolat bakteri antagonis. Perubahan struktur hifa ini diduga sebagai bentuk pertahanan
dirinya terhadap aktifitas enzim hidrolitik dan senyawa antimikroba lainnya yang dikeluarkan oleh bakteri antagonis ke lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Perubahan morfologi hifa jamur S. rolfsii setelah uji antagonis dengan bakteri antagonis pada media MGMK + yeast a. hifa normal, b.
hifa menggulung pada bagian ujung hifa, c. hifa lisis pada bagian dinding hifa, d.hifa bengkok, e. isi hifa lisis, f. hifa putus
Kemampuan bakteri antagonis ini dalam mengubah struktur hifa jamur menjadi abnormal mengindikasikan bahwa bakteri ini bisa digunakan sebagai
agen hayati dalam menghambat pertumbuhan jamur S. rolfsii. Ketika hifa jamur sudah terganggu strukturnya pertumbuhan jamur tersebut juga terganggu sehingga
pertumbuhannya bisa dihambat. Namun tingkat abnormalitas dari hifa jamur ini tergantung pada besarnya kadar kitin yang ada pada struktur dinding sel jamur
tersebut. Kitin yang ada pada dinding sel digunakan oleh bakteri antagonis sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya.
Penelitian Watanabe et al.,1999, menunjukkan bahwa kitinase Bacillus circulans disekresi ketika terjadi kontak
fisik antara permukaan sel dan kitin. Kitinase B. circulans diinduksi oleh gugus N-asetil pada kitin. Dengan demikian, formulasi media bakteri kitinolitik tanpa
penambahan kitin diasumsikan menghasilkan kitinase jika terjadi kontak fisik antara permukaan sel dari bakteri kitinolitik tersebut dengan kitin pada dinding sel
jamur S. rofsii. Bakteri kitinolitik sudah diketahui secara luas dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan jamur penyebab penyakit pada tanaman seperti
pada Fusarium penyebab rebah kecambah Boer et al., 2003, Pythium, Fusarium,
Universitas Sumatera Utara
Rhizoctonia dan Phytopthora Gohel et al., 2003, G. boninense, P. citrinum dan F. oxysporum Suryanto et al., 2011.
4.3. Patogenitas S. rolfsii pada Benih Cabai