Patogenitas S. rolfsii pada Benih Cabai

Rhizoctonia dan Phytopthora Gohel et al., 2003, G. boninense, P. citrinum dan F. oxysporum Suryanto et al., 2011.

4.3. Patogenitas S. rolfsii pada Benih Cabai

Dari hasil uji patogenitas S. rolfsii terhadap benih cabai merah diperoleh bahwa S. rolfsii penyebab penyakit rebah kecambah, dengan persentase rebah kecambahnya mencapai 64,71 dari benih yang tumbuh pada kontrol positif K + Gambar 8. Menurut Agrios 1997, jamur S. rolfsii menyebabkan rebah kecambah pada persemaian dan busuk batang pada tanaman inang yang lebih tua. Apabila tanaman muda yang terserang tanaman cepat mati, tetapi bila tanaman yang lebih tua terserang, pucuk tanaman menjadi kuning layu dan kemudian mati. Akibatnya bagian dari batang dan akar pada batas tanah menjadi busuk dan sebagian ditutupi oleh bercak putih yaitu miselium yang berwarna putih sampai terbentuk sklerotia coklat. Gambar 8. Persentase rebah kecambah pada benih cabai BK17 = benih cabai + Bacillus sp. BK17, PB17 = Benih cabai + Enterobacter sp. PB17. Pengurangan rebah kecambah pada benih cabai yang direndam dengan Bacillus sp. BK17 lebih tinggi sebesar 50 dibandingkan dengan benih cabai yang direndam dengan Enterobacter sp. PB17 sebesar 47,06 . Hal ini menandakan serangan jamur S. rolfsii masih dapat dihambat oleh bakteri Bacillus Universitas Sumatera Utara sp. BK17 dan Enterobacter sp. PB17. Serangan jamur S. rolfsii bisa dihambat karena dinding sel tersusun oleh kitin, sehingga enzim kitinase yang dihasilkan oleh Enterobacter sp. PB17 dan Bacillus sp. BK17 dapat menghidrolisis kitin yang ada pada dinding sel jamur S. rolfsii. Menurut El-Katatny et al., 2000, pengendalian hayati jamur dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik didasarkan pada kemampuan mikroorganisme tersebut dalam menghasilkan kitinase dan β-1,3 glukanase yang dapat melisiskan dinding sel jamur. Pelisisan dinding sel jamur ini bisa terjadi karena salah satu penyusun diinding sel jamur adalah kitin, sehingga enzim kitinase dapat menghidrolisis kitin yang ada pada dinding sel jamur Sing et al., 1999; Quecine et al., 2008. Kandungan kitin pada jamur bervariasi dari 4 – 9 berat kering sel, tergantung spesies atau strain jamurnya Rajarathanam et al., 1998. Gejala awal serangan S. rolfsii dapat dilihat pada benih cabai yang terserang penyakit adalah terjadinya rebah pada kecambah dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Apabila tanaman muda yang berumur lebih dari 30 hari daun tanaman akan menguning dan layu. Pada bagian pangkal batang dan leher akar akan mulai membusuk dan sebagian ditutupi bercak putih yaitu miselium jamur yang berwarna putih Gambar 9 b. Jika terjadi serangan lebih lanjut maka tanaman akan mati dan ditemukan adanya sklerotia pada tanah di sekitar tanaman cabai yang terserang jamur S. rolfsii. Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Benih cabai yang normal a dan yang terserang S. rolfsii b setelah 30 hari, 1. Hifa S. rolfsii pada pangkal batang, 2. Batang yang menguning dengan daun yang sudah gugur. Menurut Maryudani dan Sudarmadi 1976, gejala serangan S. rolfsii mula-mula diawali dengan menguning dan melayunya daun-daun, kemudian diikuti dengan membusuknya batang. Kulit dan kayu pada pangkal batang serta akar tanaman yang terserang rusak. Pada tingkat penyerangan belum lanjut, bila tanaman tersebut dicabut akan terlihat benang-benang halus pada bagian yang sakit.

4.4. Viabilitas Bakteri Kitinolitik Dalam Enkapsulasi