Contoh Kasus:Yayasan Kartika Eka Paksi (YKEP)

4 Contoh Kasus:Yayasan Kartika Eka Paksi (YKEP)

4.1.1 Dari Truba ke YKEP. Meskipun Pertamina dan Bulog telah menjadi sumber pendapatan yang cukup besar bagi AD, namun dalam tingkat yang lebih rendah dibentuk berbagai macam yayasan kesejahteraan dan berbagai macam perusahaan yang lain dengan tujuan pembiayaan operasi dan juga terutama bertujuan meningkatkan kesejahteraan bagi para anggotanya. Sehingga pada akhirnya pada tahun 1969 dilakukan pemusatan kegiatan peningkatan dana dengan tujuan mempermudah pengalokasian sumber-sumber pendanaan tersebut secara lebih rasional dan dikelola oleh delapan direktorat di dalam AD yang dikoordinasikan oleh PT Truba (Tri Usaha Bakti). Tri Usaha Bakti sebagai

suatu perusahaan induk (holding companies) yang didirikan tahun 1969, 114 juga harus memberikan seluruh pendapatannya pada sebuah yayasan milik AD yaitu Yayasan

Kartika Eka Paksi (YKEP) yang sejak 1973 merupakan pemilik seluruh saham PT Truba. Secara umum ada tiga misi yang dimiliki oleh PT Truba ini. Pertama, mencari dana untuk kesejahteraan anggota TNI Angkatan Darat beserta keluarganya. Kedua, turut berperan serta dalam pembangunan ekonomi nasional dan ketiga, memberikan kesempatan kerja bagi anggota TNI Angkatan Darat yang masih aktif maupun yang

sudah pensiun, sesuai kebutuhan dan kemampuan yang diperlukan. 115 Pada awal berdirinya Truba merupakan sebuah badan usaha. Tetapi semenjak tahun 1974

perusahaan ini memulai aktifitasnya sebagai pusat pengendalian perusahaan-perusahaan yang ditetapkan oleh pimpinan Angkatan Darat. Selanjutnya Truba juga mulai menghentikan kegiatan usahanya dan memusatkan perhatiannya sebagai sebuah holding

114 Lihat Richard Robinson, Indonesia:The Rise…opcit, hal:261. Lihat pula "Memorandum Serah Terima Direksi PT Tri Usaha Bhakti, YKEP, Jakarta, 30 Juli 1998", tidak Dipublikasikan, hal:3.

115 "Memorandum serah terima jabatan ketua umum YKEP tanggal 23 Februari 1998", Jakarta, YKEP, tidak dipublikasikan, bagian Grup Tri Usaha Bakti, hal:3.

company yang berfungsi sebagai pusat perencanaan, pengendalian dan pengkoordinasian terhadap anak-anak perusahaannya dan perusahaan patungan. 116

Sampai tahun 1992 anak perusahaan yang berada dibawahnya berjumlah 22 buah dan 12 perusahaan lainnya adalah perusahaan kerja sama (joint ventures). 117 Namun

dalam perkembangan selanjutnya jumlah anak perusahaan menjadi 15 buah, 6 diantaranya tidak aktif dan 22 perusahaan joint ventures dengan 3 perusahaan yang tidak

aktif. 118 Semenjak Juli 1998 secara bertahap beberapa anak perusahaan yang dimiliki oleh

PT Truba secara bertahap sejak tanggal 16-28 diambil alih langsung oleh pihak yayasan. 119 Hal tersebut dilakukan dengan alasan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan

bisnis yang dilakukannya. Dengan demikian PT Truba bukanlah lagi sebuah holding company yang mengelola berbagai anak perusahaan yang dimiliki oleh Angkatan Darat, namun hanyalah sebuah perusahaan biasa yang hasilnya juga harus disetor ke kas yayasan. Berbagai macam anak perusahaan yang sebelumnya dibawah kendali PT Truba, menjadi dikelola langsung oleh pihak yayasan. Oleh sebab itu wewenang pihak yayasan untuk mengelola perusahaan-perusahaan tersebut berikut keuntungan yang didapat oleh perusahaan-perusahaan tersebut juga bertambah besar, dan sampai saat ini perusahaan- perusahaan yang berada langsung dibawah yayasan tersebut bergerak di berbagai bidang bisnis.

4.1.2 PT Truba Sebagai Holding Company Dari berbagai perusahaan yang sebelumnya ada dibawah kendali PT Truba (ketika masih berupa holding company), secara umum dapat dikatagorikan menjadi dua bentuk, yaitu yang berupa anak perusahaan dan perusahaan patungan. Anak perusahaan yang dimaksudkan di sini adalah perusahaan- perusahaan yang sahamnya dimiliki 100% atau minimal 51% oleh pihak Truba. Dari 17 anak perusahaan yang dimiliki Truba, 7

diantaranya tidak aktif dan akan ditutup. 120 Sedang yang dimaksud dengan perusahaan patungan ialah perusahaan yang didirikan dengan mitra usaha dangan kepemilikan

116 Ibid. 117 Robert Lowry, The Armed Forces…op cit, hal:139. 118 Penciutan jumlah anak perusahaan disebabkan adanya likuidasi, lihat "Memorandum Serah Terima

Direksi PT Tri Usaha Bhakti, opcit, hal:4-13. Lihat pula Indria Samego et.al, Bila ABRI Berbisnis…opcit, hal:79. 119 "Memorandum…Ibid, hal:16.

sahamnya 50% atau kurang. Terdapat 22 perusahaan patungan yang dimiliki oleh Truba sampai tahun 1998. Namun 4 diantaranya masih belum menghasilkan karena baru berdiri

tahun 1996 dan 3 lainnya tidak aktif. 121 Dari berbagai perusahaan tadi, setidaknya ada 13 jenis usaha yang dilakukan oleh

PT Truba. Ketigabelasjenis usaha tersebut ialah: perdagangan umum, perdagangan khusus, konstruksi, industri alat-alat ringan, industri alat-alat berat, industri perkayuan, pengusahaan hutan, survey dan pemetaan, pertambangan, perkebunan, angkutan (darat

dan udara), perbengkelan dan jasa keuangan. 122

4.2.1 Yayasan Kartika Eka Paksi. Yayasan Kartika Eka Paksi ini sendiri adalah suatu yayasan terbesar yang dimiliki

langsung oleh pihak AD. Yayasan ini didirikan oleh Jendral Umar Wirahadikusuma pada tanggal 10 Agustus 1972. Ketika pertama kali didirikan, susunan dewan pengurusnya terdiri dari: 1)Ketua dewan pengurus, 2) Sekertaris, 3) Bendahara, 4) Pelindung dan

beberapa anggota kehormatan, 5) Ketua harian, dan 6) beberapa anggota lainnya. 123 Namun dalam perjalanan selanjutnya, struktur organisasi ini mengalami berbagai

perubahan. Sampai tahun 1998 struktur pengurus yayasan ini terdiri atas 1) Pelindung, 2) Dewan kehormatan, 3) Ketua umum, 4) Wakil ketua umum, 5) Ketua dewan pengawas, 6) Ketua dan anggota dewan pertimbangan, 7) Ketua harian, 8)Wakil ketua harian, 9) Bendahara, 10) Ketua bidang usaha, 11) Ketua bidang kesejahteraan, 12) Ketua bidang

umum, 13) Sekertaris, 14) Badan pelaksana. 124 Fungsi resmi dari yayasan ini terbagi menjadi 2 yaitu fungsi sosial yaitu untuk peningkatan kesejahteraan anggota AD dan

fungsi usaha. Pada akhir tahun 1970an sampai dengan awal tahun 1980an, yayasan ini mengalami kemunduran, namun kembali dihidupkan oleh Jendral Rudini. 125

120 "Memorandum serah terima jabatan ketua umum YKEP, opcit, hal:4. 121 Ibid, hal:5. Mengenai keadaan berbagai perusahaan tersebut lihat pula lampiran I dan II, Daftar Anak

Perusahaan. 122 Ibid. Lihat pula lampiran III, Bidang Usaha Truba Group (28 perusahaan).

123 Ibid, bagian pendahuluan, hal:3. 124 Anggaran rumah tangga YKEP, no Skep/03/YKEP/II/1998, tidak dipublikasikan, hal:3-4. 125 Tidak jelas mengapa yayasan ini mengalami kemunduran, namun menurut laporan resmi yang

dikeluarkan oleh pihak AD, pada sekitar awal tahun 1980an telah dibentuk suatu forum studi dan komunikasi (FOSKO) yang dibentuk oleh Jend. Widodo sebagai ketua dewan pengurus dengan tujuan sebagai wadah pengkajian, dianggap telah diselewengkan dan beberapa anggotanya masuk dalam "petisi 50", dan adanya anggapan para senior AD yang duduk dalam jabatan strategis di dalam yayasan tidak dapat menjalankan tugasnya. Lihat Robert Lowry, The Armed Forces….opcit, hal:139. Lihat pula "Memorandum serah terima jabatan ketua umum YKEP….opcit, hal:4.

Sebagai sebuah yayasan yang dimiliki oleh sebuah institusi militer, maka bagaimanapun juga keterlibatan dan campur tangan dari pihak pejabat militer--Angkatan Darat-- tetap tidak bisa dihindari. Bentuk-bentuk keterlibatan dan campur tangan tersebut bermacam-macam, misalnya saja dari adanya bentuk hubungan struktural organisasi antara struktur organisasi di yayasan dengan struktur organisasi di Angkatan Darat, penggunaan dana-dana yang dimiliki oleh yayasan ini, sampai bentuk-bentuk keterlibatan tidak langsung lain. Keterlibatan dalam bentuk struktur organisasi yang dimaksudkan di sini ialah adanya jabatan-jabatan di dalam yayasan, yang merupakan jabatan rangkap (ex officio) dengan jabatan struktural di Angkatan Darat. Misalnya saja jabatan ketua umum yayasan yang dijabat oleh Kasad atau ketua harian yang dijabat oleh asisten perencanaan

dan anggaran Kasad (Asrena) dan sebagainya. 126 Sedangkan keterlibatan di bidang keuangan dapat dilihat dari bagaimana seorang Kasad dalam jabatannya sebagai ketua

umum yayasan ini memiliki "otoritas" dalam hal penggunaan dana-dana yayasan meski hanya dalam bentuk pengarahan.

Hal yang menarik dari keberadaan yayasan ini ialah bagaimana yayasan ini menjalankan unit-unit usaha atau bisnis-bisnisnya. Dalam mencermati persoalan ini, ternyata keterlibatan dan peran aktif dari para perwira di jajaran Angkatan Darat menjadi tidak bisa di pandang sebelah mata. Keterlibatan tersebut menjadi penting ketika dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya tersebut mereka (YKEP) seringkali membutuhkan akses-akses politik. Sehingga seringkali pula mereka mempergunakan para perwiranya yang duduk dalam jabatan-jabatan di pemerintahan sipil dan birokrasi lainnya agar mempermudah dalam mecari solusi ketika mereka menemui persoalan-persoalan yang menyangkut masalah-masalah seperti perizinan dan sebagainya.

Sudah merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan bahwa semasa Orde Baru peran Suharto sebagai seorang presiden sangat besar. Sehingga dalam masalah- masalah ekonomi dan bisnis, Suharto merupakan sebuah faktor yang tidak bisa diabaikan terutama oleh para pelaku bisnis. Dalam menjalankan bisnisnya, YKEP juga tidak bisa melepaskan ketergantungan ini. Tidak sedikit bisnis-bisnis yang berada di bawah YKEP ini merupakan bisnis yang dilakukan bersama-sama dengan bisnis-bisnis milik keluarga Cendana atau kroni-kroni dekatnya. Selain dari pembentukan yayasan ini yang atas

126 Lihat anggaran dasar YKEP, no Skep/02/YKEP/II/1998, tidak dipublikasikan, hal:5-7.

"restu" dari Suharto, pengangkatan Suharto sebagai salah seorang jendral besar sekaligus sesepuh Angkatan Darat, adanya kenyataan bahwa sebagian besar Kasad adalah merupakan mantan ajudan Suharto, dan digunakannya kekuatan militer (terutama Angkatan Darat) sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya, baik secara politik maupun ekonomi, merupakan beberapa indikasi adanya kedekatan hubungan antara pihak Angkatan Darat dengan pihak keluarga Cendana. Sehingga dengan kata lain dapat dikatakan bahwa, dalam menjalankan berbagai bisnisnya, yayasan ini juga mempergunakan secara maksimal semua akses-akses kekuasaan yang dimilikinya baik di dalam politik maupun birokrasi.

4.2.2 YKEP Dan Anggaran Militer. Kalau kita lihat anggaran untuk pihak militer dalam setiap RAPBN yang diajukan oleh pemerintah Orde Baru dapat dikatakan sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah wilayah negara yang harus dijaga. Dari data terakhir terlihat bahwa sejak tahun 1980 anggaran militer Indonesia masih berjumlah kurang dari 3% dari GNP atau kurang

dari 10% dari APBN 127 , bahkan apabila anggaran militer Indonesia tersebut dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Cina, Jepang atau India sekalipun masih terlampau

kecil. Hal ini sangat berbeda jauh dengan pada masa Orde Lama dimana anggaran militer bisa mencapai 83% dari jumlah pengeluaran pemerintah. Mungkin hal ini dilakukan agar terkesan bahwa pemerintah Orde Baru sangat memprioritaskan pembangunan dibidang ekonomi.

Dengan jumlah anggaran yang sangat kecil tersebut dengan sendirinya Yayasan Kartika Eka Paksi merasa berkewajiban untuk membantu memenuhi kebutuhan para anggotanya, terutama yang hendak dan telah memasuki masa pensiun. Dari jabatan yang didapat oleh seseorang di dalam yayasan tersebut, maka ia akan mendapatkan tambahan penghasilan/ honorarium selain dari gaji atau pensiun. Sedangkan apabila seseorang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan yayasan tersebut ia bisa mendapat keuntungan lain, misalnya bisa mendapatkan barang-barang kebutuhan dengan harga lebih murah dari harga di pasaran. Selain itu pihak yayasan juga memberikan penyediaan perumahan bagi

para anggota dan keluarganya atau pemberian beasiswa. 128 Khusus mengenai penyediaan

127 Robert Lowry, The Indonesian…opcit, hal:23-24. 128 Indria Samego et al, Bila ABRI Berbisnis….opcit, hal:129-130.

fasilitas perumahan melalui YKEP, PT Asabri dan bank KPR antara tahun 1987-1993 disebutkan telah membangun rumah sebanyak 22.664 dengan biaya sebesar Rp 220 milyar (US$110 milyar), dengan kontribusi masing-masing: YKEP (US$12 juta), PT

Asabri (US$ 33 juta) dan sisanya berasal dari bank. 129 Selain itu dalam usahanya untuk memenuhi meningkatkan kesejahteraan anggotanya, dana yang diperoleh berbagai

macam usaha yang dijalankan oleh YKEP tersebut diberikan pula untuk perbaikan dan pemeliharaan klinik-klinik kesehatan, sekolah (termasuk Universitas A.Yani) dan sebagainya. Secara keseluruhan penggunaan dana yayasan untuk usaha peningkatan

kesejahteraan prajurit sampai tahun 1997 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 130

Tabel III.2 Garis Besar Program dan Anggaran Yayasan Kartika Eka Paksi

(dalam jutaan rupiah) No Tahun Bantuan uang Rehab/

Kuliah muka KPR-

Binwat

Pendidikan

personil/THR Subsidi Sarana/ Pa TWP

2.168 75 Jumlah 40.172 39.475 4.300 2.792 17.838 1.255 Sumber: Lampiran "B" Garis Besar Program Dan Anggaran Yayasan Kartika Eka Paksi

Namun menjelang akhir 1997 sampai 1999 Indonesia masih berada di dalam sebuah krisis ekonomi yang melilit seluruh lapisan masyarakat, terutama ialah para pelaku bisnis. Adanya krisis ekonomi yang diawali dengan terjadinya krisis moneter ini, secara otomatis telah menghentikan sebagian besar aktifitas bisnis yang ada di Indonesia. Bisnis militer sebagai salah satu pelaku bisnis secara langsung turut pula merasakan

129 Robert Lowry, The Armed Forces …opcit, hal:127. 130 "Memorandum serah terima jabatan ketua umum YKEP….opcit, lampiran "B".

pengaruh dari adanya krisis tersebut. Sebagai dampak lanjutannya, anggaran yayasan yang digunakan dalam usaha peningkatan kesejahteraan akan turut terpengaruh. Meski demikian nampaknya YKEP ini tetap berusaha untuk bisa menjalankan misinya, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit.

4.2.3 Bentuk-Bentuk Usaha di Bawah YKEP. Namun seperti juga disebutkan diatas, selain berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan, sebagai bentuk dari fungsi usaha pihak yayasan juga melakukan kerjasama bisnis dengan para pengusaha keturunan Cina dan terutama juga bekerjasama dengan bisnis yang dilakukan oleh keluarga Suharto. Misalnya saja dalam bisnis perkayuan yaitu PT International Timber Corp. Indonesia. Dalam susunan pemegang saham terlihat bahwa YKEP memegang 50,71%, Bambang Trihatmodjo memegang 33,71%, Muh./Bob

Hasan (Nusamba Group) memegang 14,71 % dan sisanya dibagi-bagi pada 6 koperasi. 131 Contoh lain yang akhir-akhir ini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan

ialah usaha yang dijalankan YKEP dibidang properti dan perbankan, yaitu mengenai kerjasamanya dengan pengusaha Tomy Winata yang membangun Sudirman Central Bussines District (SCBD) yang telah menghabiskan dana sebesar US$32 milyar. Dalam bisnis ini YKEP menguasai 40% sahamnya sedangkan Tommy Winata 30% dan seorang

lagi yaitu Sugiato Kusuma 30%. 132 Meski demikian dalam menjalankan bisnisnya ini pihak yayasan sendiri nampaknya “tidak menganggap” bahwa SCBD merupakan

miliknya. Karena dalam bisnis tersebut pihak yayasan hanya membantu pengusaha Tomy Winata dalam menyelesaikan pembebasan tanah yang akan digunakan, melalui “hubungan politis” yang dimilikinya dengan pihak pemda. Hal-hal seperti disebutkan terakhir inilah yang patut menjadi perhatian utama, terutama dalam kaitannya dengan pembentukan dan pelaksanaan pola patronase bisnis yang dilakukan oleh pihak militer. Kasus ini sekaligus telah menunjukan kepada kita bahwa apabila militer yang merupakan salah satu instrumen negara melakukan kegiatan yang bersifat bisnis, maka kemungkinan untuk menggunakan kekuasaan yang dimilikinya dalam pemerintahan untuk memajukan kepentingan bisnisnya akan sangat besar. Apalagi ditambah dengan kenyataan dominannya peran militer dalam negara selama Orde Baru.

131 Lihat lampiran IV, Daftar Pemegang Saham PT International Timber Corp. 132 "Medan Tempurnya di Ladang Bisnis", majalah Panji, no:25 th:II, 7 Oktober 1998, hal:18.

Sedangkan jasa perbankan yang dilakukan oleh YKEP dengan Tomy Winata ialah Bank Artha Graha. Bank ini pada awalnya merupakan kelanjutan dari Bank Propelat yang sebelumnya merupakan bank milik PT Propelat di Bandung. Namun karena pemerintah mengadakan deregulasi di bidang perbankan di tahun 1983, maka bank tersebut mengalami banyak kemunduran. Selanjutnya pada tahun 1988 pihak yayasan bersama pihak swasta (P.T Karya Nusantara Permai dan P.T Cerana Karthapura) mengambil alih kepemilikan bank tersebut. Akhirnya pada tanggal 16 mei 1989 nama

Bank Propelat ini diganti dengan nama Bank Artha Graha. 133 Dari berbagai jenis usaha yang berada dibawah kendali yayasan ini, ternyata

dalam pengelolaannya tidak semua berjalan dengan mulus. Beberapa jenis usaha tersebut ada yang tidak mengalami kemajuan bahkan ada yang akhirnya harus ditutup. Sampai menjelang krisis sekurang-kurangnya ada 9 buah perusahaan yang telah dilikuidasi. Diantaranya adalah P.T Truba Anugerah Elektronik, PT Kartika Bhakti Tex, dan P.T

Truba Gatra Perkasa. 134 Namun setelah terjadi krisis ekonomi keadaan berbagai perusahaan tersebut juga mengalami perubahan. Beberapa perusahaan dan unit usaha

yang dimiliki oleh YKEP ini terpaksa harus menghadapi kebangkrutan dan harus dilikuidasi. Perusaahan-perusahaan yang harus ditutup tersebut antara lain ialah P.T Sempati Air dan pengambilalihan pengelolaan Bank PDFCI oleh pemerintah (BPPN). Meski mengalami banyak kerugian, perusahaan-perusahaan yang tidak menguntungkan tadi tidak semua langsung ditutup. Mereka melakukan reinventarisir dan memilah-milah mana perusahaan yang dianggap masih memiliki prospek dan mana yang tidak berprospek. Jika dianggap masih memiliki prospek, maka biasanya perusahaan tersebut mendapat suntikan dana segar. Suntikan dana ini diberikan karena pada umumnya perusahaan-perusahaan merugi tersebut diakibatkan adanya kesalahan dalam manajemen keuangannya. Dana yang diberikan ini sendiri merupakan pinjaman dengan bunga pinjaman antara 12%-15%. Sementara itu perusahaan-perusahaan yang dilikuidasi biasanya diakibatkan terlalu parahnya krisis keuangan yang dialami oleh perusahaan tersebut, misalnya karena terlilit hutang dalam bentuk dolar.

133 "Memorandum serah terima jabatan ketua umum YKEP….opcit, bagian perkembangan Bank Artha Graha, hal:1-2. Lihat pula Indria Samego et al, Bila ABRI Berbisnis….opcit, hal:80-81.

134 Lihat lampiran I dan II.

Di sisi lain ternyata semasa sebelum dan awal krisis ini perusahaan-perusahaan yang tetap dapat bertahan dan baik di bidang keuangannya adalah perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor. Seperti P.T Truba Jurong Engineering, P.T Asuransi Cigna

Indonesia, P.T Cilegon Fabricators dan sebagainya. 135

4.3 Implikasi Bisnis YKEP Terhadap Ekonomi Nasional Jika sebelumnya telah dibahas mengenai berbagai implikasi yang ditimbulkan dari keberadaan pola patronase bisnis secara umum, maka dalam kasus YKEP ini juga akan dicermati implikasi apa saja yang ditimbulkan dari bisnis yang dijalankan oleh yayasan terhadap ekonomi nasional terutama semasa Orde Baru.

Bila dicermati, praktek-praktek bisnis yang banyak dilakukan oleh Yayasan Kartika Eka Paksi dan dalam kaitannya dengan perkembangan patronase bisnis selama Orde Baru, akan tampak bahwa militer memiliki dua peran, yang pertama, militer tumbuh dan berkembang menjadi patron politik bagi sebagian kalangan pengusaha nasional, sedang di sisi lain militer juga bertindak sebagai klien terhadap bisnis-bisnis yang dilakukan oleh keluarga Suharto. Kemunculan pihak militer menjadi patron politik bagi kalangan pengusaha ini dapat dibuktikan dari banyaknya bisnis yang merupakan kerjasama antara para pengusaha tersebut dengan bisnis yang dilakukan oleh militer. Banyaknya para perwira militer yang duduk dalam pemerintahan seringkali dimanfaatkan oleh para pengusaha tadi untuk melancarkan bisnisnya, dimana salah satu caranya dengan menjadi mitra bisnis dari unit-unit usaha yang selama ini banyak dilakukan oleh Yayasan Kartika Eka Paksi tersebut.

Sementara itu terlihat bahwa, banyak dari bisnis yang dijalankan oleh yayasan ini memiliki hubungan atau berkaitan dengan bisnis yang dilakukan oleh keluarga Suharto (anak-anaknya atau kroni dekatnya). Di satu sisi kemunculan praktek bisnis seperti ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dari adanya hubungan emosional antara Suharto sebagai presiden yang sekaligus sebagai panglima tertinggi militer dengan para anak buahnya. Hal ini juga masih berkaitan dengan masih sangat kentalnya budaya Jawa dalam tradisi kemiliteran di Indonesia, dimana secara sengaja ditekankan etika-etika ketaatan kejiwaan sebagaimana layaknya seorang kesatria Jawa, yang tercermin dalam doktrin Tri Ubaya

135 Lihat lampiran 3.I

Cakti. 136 Di sisi lain bisnis yang dilakukan oleh pihak militer ini mau tidak mau juga harus bekerjasama dengan pihak keluarga Suharto jika ingin usahanya maju. Hal ini

mengingat betapa sangat besarnya peran Suharto dalam kehidupan bisnis-bisnis masa Orde Baru. Sehingga pada akhirnya yang terlihat adalah banyaknya patronase bisnis yang bergantung pada keluarga Suharto atau kroninya. Dari berbagai penjelasan di atas menunjukkan kepada kita bagaimana bisnis yang dilakukan oleh Yayasan Kartika Eka Paksi ini lebih dapat dikatakan sebagai sebuah praktek patronase bisnis.

Dari sisi perkembangan ekonomi hal tersebut diatas jelas menjadi sangat tidak menguntungkan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, praktek-praktek patronase bisnis memiliki implikasi yang luas pada perekonomian nasional. Adanya praktek-praktek patronase bisnis secara langsung telah pula menciptakan iklim persaingan yang tidak sehat di kalangan pelaku bisnis. Selain itu ekonomi biaya tinggi dan tidak adanya kepercayaan bisnis adalah implikasi utama yang juga patut untuk diperhatikan. Khusus mengenai implikasi yang ditimbulkan dari bisnis-bisnis yang dijalankan oleh yayasan ini terhadap perekonomian nasional, secara langsung dan dalam jangka pendek sepintas tidak akan terlihat. Namun dalam jangka panjang dengan adanya praktek-praktek bisnis seperti dijelaskan diatas, maka disadari atau tidak bisnis militer juga telah memberikan kontribusi yang cukup banyak dalam perkembangan patronase bisnis di Indonesia dengan berbagai implikasinya.

Akhirnya dari berbagai penjelasan diatas, kita setidaknya dapat mengambil dua kesimpulan. Pertama dari sisi bisnis militer itu sendiri. Dengan mencermati perkembangan bisnis militer yang selama Orde Baru ini dijalankan, akan terlihat apakah bisnis tersebut merupakan sebuah bentuk usaha sebagaimana layaknya sebuah usaha komersil atau sekedar bisnis yang bertujuan untuk menggalang dana, sehingga dalam menjalankan usahanya sebagai sebuah yayasan yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan anggota tidak mengalami kesulitan. Kedua selama dan pasca krisis ekonomi akan terjadi perubahan struktur ekonomi Indonesia (baca:pelaku bisnis), dimana peran modal asing akan menjadi kian dominan. Hal ini dapat diartikan sebagai salah satu indikasi kegagalan manajemen ekonomi Orde Baru. Salah satu penyebab

136 Mengenai Tri Ubaya Cakti lihat Peter Britton, Profesionalisme Dan Ideologi Militer Indonesia,Perspektif Tradisi-Tradisi Jawa Dan Barat, Jakarta, LP3ES, 1996, hal:152.

kegagalan ini dapat dilihat dari dijalankannya praktek-praktek patronase bisnis, dimana bisnis militer merupakan salah satu diantaranya.

Bab IV