Tafsir pada ayat-ayat yang bertema kota atau negeri kota Makkah. Pada tema ini terdapat enam ayat. Kata-kata yang dipergunakan dalam

c. Tafsir pada ayat-ayat yang bertema kota atau negeri kota Makkah. Pada tema ini terdapat enam ayat. Kata-kata yang dipergunakan dalam

tema ini adalah al-Balad, al-Baldah dan balad. Kata al-Balad terdapat pada Qs al- Tin 95 : 3; Qs al-Balad 90 : 1-2 dan Qs Ibrahim 14 : 35. Kata al-Baldah terdapat pada Qs al-Naml 27 : 91 dan kata balad terdapat pada Qs al-Baqarah 2 : 126.

Kata al-Balad, al-Baldah dan balad ditafsirkan oleh Sayyid Quthb dalam Fî Zhilâl al-Qur’ân semuanya dengan kota atau negeri Makkah, baitullah al-Haram . Salah satu ayatnya adalah Qs al-Tîn 95 : 3 berikut :

Artinya : Dan demi kota (Mekah) ini yang aman. (Qs al-Tin 95 :3) Menurut Sayyid Quthb ( ﻥﻴـﻤﻻﺍ ﺩـﻠﺒﻟﺍ ) al-Balad al-Amin adalah Makkah

Baitullah al-Haram . 59 Makkah sebagai sebuah kota dijadikan sebagai sumpah, sumpah yang agung terhadap hakikat yang tetap dalam kehidupan manusia, Makkah merupakan rumah peribadatan yang pertama kali dibangun untuk

59 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân..., juz 6 hal 3932.

manusia, untuk menjadi tempat berkumpul manusia dan tempat yang aman. Di rumah ini, mereka meletakkan senjata mereka, serta melepaskan pertengkaran dan permusuhan mereka. Di sana mereka bertemu dan berdamai. Haram atas sebagian mereka berbuat aniaya terhadap sebagian yang lain, sebagaimana rumah itu sendiri, pohonnya, burungnya, dan segala makhluk yang hidup di dalamnya adalah haram diburu. Kemudian ia adalah rumah Ibrahim, Ayah Ismail, bapak bangsa Arab dan seluruh kaum

muslimin. 60 Allah memuliakan Nabi-Nya, Muhammad saw. Karena itu, disebutnya

dan disebut tempat tinggalnya serta berdomisilinya, dengan memberikan sifat yang menambah kemuliaan, keagungan, dan kebesaran kota Mekkah. Ini adalah isyarat yang mengandung petunjuk yang dalam terhadap kedudukan itu. Sedangkan, orang-orang musyrik juga menempati daerah Baitul-Haram ini, namun mereka menyakiti Nabi dan kaum muslimin di sana. Padahal, rumah itu mulia dan bertambah mulia lagi dengan berdomisilinya Nabi saw di sana. Ketika Allah swt bersumpah dengan kota ini dan Nabi saw yang berdomisili di sana, maka lepaslah semua bentuk keagungan dan penghormatan selain yang diberikan Allah itu. Tampaklah kedudukan orang-orang musyrik yang mengaku pemangku Baitul-Haram dan putra-putra Ismail serta sebagai

60 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân..., juz 6, hal 3908.

pemeluk agama Ibrahim itu sebagai sesuatu yang mungkar dan buruk dilihat dari semua segi. 61

Nabi Ibrahim digambarkan dengan pagelaran yang penuh kekhusyuan, zikir dan rasa syukur, untuk membalikkan orang-orang yang membantah menjadi mengakui, orang-orang kafir menjadi bersyukur, dan orang-orang yang lalai menjadi ingat. Juga untuk mengembalikan orang-orang sesat dari

anak turunannya kepada sirah (perjalanan hidup) bapak mereka, Ibrahim. Mudah-mudahan mereka mau menjadikan sirah itu sebagai anutan dan

semoga mereka mendapat petunjuk. Ibrahim berdoa : Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (makkah), negeri yang aman. Nikmat keamanan adalah kenikmatan yang menyentuh manusia, memiliki daya tekan yang besar dalam perasaan,

dan berhubungan dengan semangat hidup dalam diri. 62

Orang-orang kafir Quraisy sendiri meyakini kemuliaan tanah haram dan Baitul Haram. Mereka melandasi kemuliaan mereka atas seluruh kabilah Arab dari keyakinan terhadap kemuliaan Ka’bah. Walaupun anehnya mereka tidak mengesakan Allah yang telah memuliakan Ka’bah, dan telah mendirikan asas kehidupan mereka diatasnya. Karena itu, Rasulullah saw meluruskan akidah sesuai dengan tabiat akidah yang lurus itu. Maka, Rasulullah pun menyebarkan dakwahnya bahwa merupakan kewajiban dan perintah untuk

61 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân..., juz 6, hal 3909. 62 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân..., juz 4, hal 2108-2109.

menyembah Tuhan yang memiliki tanah Haram itu yang telah memuliakannya dan mengharamkannya. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Pandangan Islam menyempurnakan keesaan Tuhan itu, dengan menyatakan bahwa Tuhan tanah haram itu merupakan Tuhan segala sesuatu yang ada di

alam semesta ini. 63

Oleh sebab itu Rasulullah diperintahkan untuk mempermaklumkan dirinya bahwa beliau termasuk orang-orang yang berserah dirinya, segala

sesuatu yang ada berserah diri secara total kepada-Nya. Mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Merekalah orang-orang yang unggul dan berkembang biak dalam zaman yang panjang di antara orang-orang yang

mengesakan Tuhan dan menyerahkan diri kepada-Nya. 64

Do’a Nabi Ibrahim menjadi sorotan dalam penafsiran Sayyid Quthb, karena do’a itu menegaskan sifat bagi rumah Allah (baitullah) itu. Pada kali lain ditegaskan lagi makna kewarisan terhadap keutamaan dan kebaikan. Sesungguhnya Nabi Ibrahim telah mengerti nasehat Tuhannya sejak pertama kali, dia telah memahaminya sejak Tuhan berfirman kepadanya. Maka di sini, di dalam do’anya agar Allah memberikan rezeki dari buah-buahan kepada penduduk negeri itu, Ibrahim sangat berhati-hati, mengecualikan, dan membatasi orang-orang yang dimaksudkannya itu.

63 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân..., juz 5, hal 2669. 64 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân..., juz 5, hal 2670.

Itulah Ibrahim yang lemah-lembut hati dan penyantun, yang taat dan Istiqamah. Dia beradab dengan adab yang diajarkan Tuhan kepadanya, maka dipergunakanlah adab itu di dalam memohon dan berdo’a kepada-Nya. Pada saat itu, Tuhan memberikan jawaban untuk memenuhinya sambil menjelaskan kelompok manusia lain yang tak disebutkan dalam do’a Ibrahim. Yaitu golongan orang-orang yang tidak beriman, yang tempat kembalinya adalah

azab yang pedih. 65

Kata balad dan derivasinya yang dimaknai dengan Makkah, yaitu Makkah sebagai sebuah tempat , tempat dengan sifat dan karakternya. Namun

demikian sifat dan karakter ini tidak dapat dipisahkan dari penduduknya, sebab yang dapat membentuk image sebuah tempat adalah penduduk atau masyarakat di tempat itu, bukan tempat itu sendiri. Demikian juga dengan kota Makkah yang image- nya dibentuk langsung oleh Allah swt melalui para Nabi-Nya yaitu Ibrahim as dan Muhammad saw.

Inilah yang ditampilkan Sayyid Quthb dalam tema ini. Dengan memfokuskan bahasan Makkah pada Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw, Sayyid Quthb berupaya untuk menyatakan bahwa ini adalah nikmat yang besar pada kota Makkah, merupakan daya yang besar dalam menekan

65 . Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur’an..., juz 1, hal 113-114.

perasaan manusia, agar manusia tersentuh (hatinya), dan menjadi semangat hidup dalam diri manusia.