Kemakmuran dan kesejahteraan suatu kota dan negeri merupakan cita-cita setiap tempat dan penduduknya.

4. Kemakmuran dan kesejahteraan suatu kota dan negeri merupakan cita-cita setiap tempat dan penduduknya.

5. Makkah sebagai sebuah tempat, dengan peradaban tinggi seakan-akan menjadi sebuah isyarat bagi semua kota dan negeri di dunia untuk menciptakan karakter-karakter yang berkembang dan berlaku di kota atau negeri Makkah ini, sehingga jika karakter yang berkembang di kota Makkah ini berlaku di kota dan negeri seluruh dunia, maka tidak ada 5. Makkah sebagai sebuah tempat, dengan peradaban tinggi seakan-akan menjadi sebuah isyarat bagi semua kota dan negeri di dunia untuk menciptakan karakter-karakter yang berkembang dan berlaku di kota atau negeri Makkah ini, sehingga jika karakter yang berkembang di kota Makkah ini berlaku di kota dan negeri seluruh dunia, maka tidak ada

6. Kota atau negeri Makkah dengan karakternya yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuni dan pengunjungnya, sangat tepat dijadikan teladan, sebab ia merupakan induk dari seluruh negeri yang sejak awal di bangun belum pernah mengalami kehancuran hingga saat ini.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari beberapa penjelasan pada bab-bab terdahulu, khususnya dari penjelasan penafsiran Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab atas ayat-ayat al-Balad dan derivasinya, maka penulis memberikan kesimpulan pada penulisan ini, yaitu :

Makna balad yang dalam redaksionalnya terbagi menjadi tiga, yaitu balad atau al-Balad (dengan tambahan al ), bilâd atau al-Bilâd, dan baldah. Semuanya mengandung makna yang bermacam-macam, namun secara garis besar semuanya mengarah kepada tempat. Termasuk kedua mufassir kontemporer yaitu Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab memberikan makna pada balad dan derivasinya dengan tempat, daerah, tanah, kota hingga negeri.

Dalam penjelasan ayat-ayat al-Balad , terdapat tiga bahasan utama yang terkandung di dalam ayat-ayatnya, yaitu :

Pertama : Penjelasan tentang wilayah atau negeri yang bersifat umum. Wilayah pada makna ini merupakan wilayah tandus atau negeri yang mati karena tanahnya tidak tersirami dengan air (hujan). Kemudian wilayah tandus itu tersirami dengan air hujan hingga mampu menumbuhkan berbagai

tumbuhan. Wilayah yang tadinya tandus, gersang atau mati selanjutnya menjadi subur dan hidup, sehingga mampu memberikan kehidupan bagi penghuninya. Kehidupan yang terjadi di suatu kawasan menunjukkan kepada manusia bahwa wilayah atau daerah yang subur dan hidup merupakan hal penting dalam kehidupan. Subur dan hidupnya suatu kawasan juga tidak dapat dipisahkan dari unsur manusia, sebab melalui tangan-tangan manusia kesuburan suatu kawasan dapat terjaga dan dikelola dengan baik. Daerah atau kawasan wilayah yang subur dan hidup, merupakan tempat yang disenangi seluruh makhluk hidup, khususnya manusia. Di tempat atau kawasan yang hidup ini akhirnya manusia mampu membentuk kota atau negeri. Dengan demikian daerah atau kawasan yang subur telah menjadi prasyarat untuk eksisnya sebuah negeri, tanpa adanya daerah atau kawasan itu mustahil satu negeri dapat didirikan. Dan ini merupakan embrio bagi terbentuknya kehidupan sebuah kota, negeri dan negara.

Kedua ; Penjelasan tentang kota atau negeri kota secara umum dan tertentu. Ini menunjukkan kepada manusia bahwa kehidupan di dunia ini berdasarkan proses, dari tanah yang mati timbul menjadi lahan yang subur, dihuni oleh manusia yang satu demi satu berkumpul membentuk komunitas kehidupan bermasyarakat yang pada akhirnya menjadi sebuah negeri. Kini tanah, daerah, kota, negeri maupun negara merupakan sebutan untuk satu

wilayah tertentu, saat ini sebuah wilayah telah menjadi sesuatu yang sangat penting, bahkan dunia sudah habis terkapling-kapling, jika ada satu kaplingan saja yang diambil maka resikonya akan timbul peperangan. Adapun kota atau negeri yang tertentu tercermin pada kisah kota atau negeri-negeri yang telah diberitakan dalam al-Qur’an dan peninggalannya dapat dilacak berdasarkan penemuan-penemuan Arkeologis. Negeri-negeri itu seperti Saba, Âd, Tsamud, dan Mesir. Dari kisah kota dan negeri itu, terdapat penjelasan penting yang dapat dijadikan pelajaran bagi kehidupan berikutnya, yaitu : Kota atau negeri yang makmur, subur, indah dan menyenangkan sehingga mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakatnya tercipta karena keimanan dan syukur pada Sang Pencipta, Allah swt.

Selama sikap ini terjaga, situasi dan kondisi kota dan negeri yang makmur dan sejahtera itu tetap terjaga, tetapi sebaliknya ketika sikap, prilaku dan budaya masyarakatnya berubah, tidak lagi memperhatikan norma-norma agama, jauh dari rasa syukur, bahkan berbuat sewenang-wenang dengan melakukan kezhaliman dan kejahatan, maka kota atau negeri yang tadinya makmur dan sejahtera dalam waktu sesaat menjadi hancur berantakan sehingga membuat kota atau negeri menjadi mati dan jauh dari unsur kehidupan. Dengan demikian point penting pada makna ini adalah terdapat beberapa gambaran pola dan prilaku penghuni sebuah negeri atau negara.

Ketiga ; Penjelasan tentang kota atau negeri kota Makkah dan sekitarnya. Makkah adalah tempat yang dipilih oleh Allah. Menjadikannya sebagai tanah haram yang di dalamnya tidak ditumpahkan darah. Barang- barang temuannya tidak diambil untuk dimiliki. Bahkan, lebih jauh dari itu, harus diumumkan jika didapatkan barang temuan. Makkah telah Allah jadikan sebagai tempat yang istimewa di muka bumi. Kota Makkah Allah sebutkan dalam al-Qur'an dengan secara langsung dan tidak langsung. Makna akhir dari kata al-Balad ini menunjukkan kepada umat manusia agar manusia di mana pun berada mampu menciptakan kondisi yang kondusif sebagaimana kota Makkah yang mampu memberikan rasa aman, tentram, damai bagi penghuni dan pengunjungnya. Hal itu tercipta dengan kesadaran penghuninya untuk hidup secara teratur. Ini merupakan gambaran prilaku yang terbaik untuk penghuni sebuah kota, negeri atau negara.

Sayyid Quthb maupun M. Quraish Shihab dalam menyampaikan penafsiran atas ayat-ayat al-Balad dan derivasinya tidak banyak berbeda, bahkan relatif sama secara substantif. Perbedaan antara keduanya terletak pada cara mengungkapkan penafsirannya. Sayyid Quthb menafsirkan dengan menggunakan ungkapan yang mengajak dan membangkitkan emosi dan semangat pembaca untuk melakukan apa yang terkandung dalam tafsiran Sayyid Quthb maupun M. Quraish Shihab dalam menyampaikan penafsiran atas ayat-ayat al-Balad dan derivasinya tidak banyak berbeda, bahkan relatif sama secara substantif. Perbedaan antara keduanya terletak pada cara mengungkapkan penafsirannya. Sayyid Quthb menafsirkan dengan menggunakan ungkapan yang mengajak dan membangkitkan emosi dan semangat pembaca untuk melakukan apa yang terkandung dalam tafsiran

Sedangkan M. Quraish Shihab walau pun hidup dalam nuansa yang tidak berbeda dengan Sayyid Quthb, dalam mengungkapkan ayat-ayat al- Balad, tidak menekankan pada aspek emosional pembaca untuk berbuat, tetapi tafsirannya lebih membawa pembaca tenang dan aman, karena informasi yang

ia tampilkan dalam mengupas ayat demikian gamblang, relevan dengan ilmu pengetahuan, sejarah dan mampu menenangkan hati. Hal ini di dasarkan

pada kondisi sosial yang relatif stabil, ketika beliau menuliskan tafsirnya, walau pun ada saja pernyataannya yang merupakan gambaran dari kondisi sosial politik yang terjadi di negerinya.

B. Saran Dan Rekomendasi