Benny Hifdul Fawaid al Balad Dalam al Quran

TESIS

Diajukan kepada Program Pascasarjana Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam

Oleh: Benny Hifdul Fawaid NIM. 02.2.00.1.05.01.0093

PROG RAM PASCASARJANA KONSENTRASI TAFSIR-HAD ITS UNIVERSITAS ISLAM N EG ERI (UIN) SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA

2006 M / 1427 H

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul : AL-BALAD DALAM AL-QUR'AN (Studi Komparatif Tafsir fî Zhilâl al-Qur’ân dengan Tafsir al-Mishbâh),

yang ditulis oleh Benny Hifdul Fawaid program studi Tafsir-Hadits telah disetujui

untuk dibawa ke dalam ujian tesis.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA Dr. Yusuf Rahman, MA

Tanggal : 6 November 2006 Tanggal : 6 November 2006

PENGESAHAN PENGUJI

Tesis dengan judul : AL-BALAD DALAM AL-QUR'AN (Studi Komparatif Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân dengan Tafsir al-Mishbâh),

yang ditulis oleh : Nama

: Benny Hifdul Fawaid

No. Pokok

Program Studi : Tafsir Hadits Telah diujikan (Munaqosah) di hadapan dewan Penguji pada 1 Desember

2006, dan telah diperbaiki sesuai dengan saran dan bimbingan penguji, selanjutnya tesis ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Dewan Penguji

1. Ketua Sidang dan Penguji

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA

2. Penguji Dr. Mukhlis M. Hanafi, MA …………………………………

3. Pembimbing I/ Penguji Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA …………………………………

4. Pembimbing II/ Penguji Dr. Yusuf Rahman, MA …………………………………

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kuabadikan hanya bagi sang Raja Manusia, Allah swt., Engkau yang patut untuk disembah dan tempat kembali perwujudan terima kasihku. Salam takdhimku untuk pembaharu moralitas manusia, Sang Nabi, Muhammad saw., sosok manusia sempurna pembawa lentera perubahan, suri tauladan bagi manusia dari zaman ke zaman.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa tidak ada satu karya pun di dunia ini yang sempurna dan mutlak kebenarannya. Demikian juga dengan

tugas akhir akademik ini (tesis). Selesainya karya tulis ini bukanlah sebuah prestasi gemilang yang dapat dijadikan standar nilai yang sempurna. Oleh karena itu, penulis menganjurkan kepada siapa pun untuk ‘opèn’ berkomentar secara konstruktif dan kritis substantive pada tulisan ini lembar demi lembarnya. Sebab penulis sadar diri atas kelemahan dan keterbatasan dalam menuangkan ‘rekayasa’ pikiran dan perasaan, yang dominan dengan ketidakkonstanan.

Hal yang sangat berarti dalam riwayat pendidikan penulis dan ini tidak patut untuk dilupakan sampai kapan pun adalah bimbingan, arahan, dorongan, semangat, koreksi serta diskusi intens yang dicurahkan Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA dan Dr. Yusuf Rahman, MA kepada penulis. Kepada beliau berdua penulis ucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya, semoga Allah swt., membalas kebaikan itu dengan balasan berlipat ganda.

Ucapan terima kasih penulis selanjutnya adalah kepada mereka para figur ‘special’ yang ikut terlibat dalam pembentukan kesadaran pribadi penulis, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta dan Bapak Prof. Komarudin Hidayat, MA selaku 1. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta dan Bapak Prof. Komarudin Hidayat, MA selaku

pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus ketua sidang munaqasah dan penguji.

2. Bapak Dr. Mukhlis M. Hanafi, MA yang telah bersedia menguji dan memberikan tambahan bagi kesempurnaan tulisan ini.

3. Para dosen pengasuh dan staf karyawan yang bersama-sama mengembangkan Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mencetak intelektual- intelektual muslim, generasi semua harapan bagi pembebasan. Semoga Allah memberikan keberkahan atas ilmu dan jasa yang telah disumbangkan guna pencerahan berpikir, bersikap dan bertindak.

4. Kawan-kawan belajar dan berdiskusi, utamanya kawan-kawan konsentrasi Tafsir-Hadits angkatan 2002 yang telah turut mengisi sejarah pendidikan penulis yang tak bisa disebutkan satu persatu. Thanks for you All.

5. Ayahanda, Hi. Syarifoeddin L Amien dan Umi Hj. Mujahiddah Bukhari yang telah memanifestasikan cinta dan kasih sayangnya dengan

membesarkan, mendidik, membimbing serta memberikan ketulusan cinta dan kasih sayangnya pada penulis, merupakan ‘perjuangan dan pengorbanan’ yang tidak bisa dinilai secara material semata. Kemudian Emak Hj. Rodiah (Alm) dan Ibu Dra. Yulinar Ulfah yang juga berperan banyak dalam memotivasi dan pembentukan kepribadian penulis. Hormat dan ta’dhim penulis tercurah dari hati sanubari ini untuk semuanya yang tetap menyatu utuh lahir dan bathin.

lahirnya

penulis,

usaha

6. Madam Ruwaida, KH Drs. Khairuddin Tahmid, MH., Drs. Munzir A. Syukri dan KH Ach. Sujjadi Saddad, yang telah membantu penulis dalam banyak hal dan begitu besar maknanya bagi pendidikan

penulis.

7. Kakak-kakakku (Ce’ Imas, A’ Aceng, A’ Cecep, Teh Neng, A’ Hendri, A’ Deden) dan adik-adikku (Cice ‘lulu’, Helen, Fang-Fang, Fikri dan Zahara) serta seluruh keluarga besar di Lampung dan di Jawa Barat, “ Dari dan untuk semua aku ada dan berada”,

8. Keluarga harianku eks kost Bungur, sahabat-sahabat seperjuangan di PB-PMII dan PMII Lampung, teman-teman Alumnus TH `97 IAIN Raden Intan.

9. My Close Friend, Rihlah Nurul Muriyah, SEI yang dengan penuh ketabahan dan kesabaran terus memberikan semangat dalam penyelesaian penulisan tesis ini, semoga ini bukan menjadi karya terakhir.

Juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini yang tak dapat disebutkan satu persatu di sini, untuk semuanya terimakasih.

Tesis ini penulis persembahkan buat mereka semua, semoga bermanfaat bagi penulis. Akhirnya penulis hanya bisa bermohon kepada Allah Swt. Semoga seluruh kebaikan yang telah diberikan dicatat sebagai amal shaleh dan mendapat balasan yang terbaik di sisi-Nya. Amiien.

Ciputat, April 2006 Penulis

Benny Hifdul Fawaid

PEDOMAN TRANSLITERASI

ﺍ A ﻅ ZH ﺏ B ﻉ ’

ﻍ GH

ﺙ TS

ﺥ KH

ﺫ DZ

ـﻫ H

ﺵ SY

ﺓ AH, AT

ﺹ SH

لﺍ AL

ﺽ DL

ﻁ TH

Vokal Panjang Vokal Pendek

َـ A

ِـ I

ُـ U

Diftong

َـ ﻭ AW

َـ ﻱ AY ﻲـ IYY

ﻭ ـ UWW

Kata Sandang

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan dengan menggunakan huruf al ( ﻝﺍ ) misalnya kata, ﺲﻤﺸﻟﺍ ditulis al-Syamsu, kata ﺓﺪﻴﺴﻟﺍ ditulis al-Sayyidah dan lainnya.

Sedangkan kata sandang yang diikuti huruf Qomariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Misalnya kata ﻢﻠﻘﻟﺍ ditulis al-Qalam,

kata ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ ditulis al-Baqarah dan lainnya.

Singkatan-singkatan

swt

Subhânahu wata’âla

saw

Salla Allâhu ’Alaihi wa Sallam Qs

al-Qur’an Surat

Ra

Radhiya Allâhu ’Anhu

as

’Alaihi al-Salâm

HR

Hadits Riwayat

Sebelum Masehi

Wafat

tt

Tanpa tahun

t.tp

Tanpa tempat penerbitan

s.d

Sampai Dengan

ABSTRAKSI Oleh : Benny Hifdul Fawaid

Tulisan ini merupakan sebuah penelusuran atas makna balad dan derivasinya yang terdapat dalam al-Qur’an. Penelusuran ini dilakukan melalui pengertian dalam kamus-kamus kebahasaan. Dari pengertian-

pengertian balad dalam kamus, kemudian penulis melakukan sebuah perbandingan ( comparative ) penafsiran kata-kata balad dan derivasinya antara penafsiran yang dilakukan oleh dua Mufasir kontemporer, yaitu Sayyid Quthb dalam Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân dan M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbâh.

Dari hasil penelusuran itu kemudian penulis menemukan bahwa kata balad dan derivasinya, yaitu balad atau al-Balad (dengan tambahan al ), bilâd atau al-Bilâd, dan baldah, mengandung makna yang bermacam-macam, namun secara garis besar semuanya mengarah kepada tempat, baik berupa tanah tempat tumbuhnya tanaman dan buah-buahan, daerah atau kawasan tertentu, kota, negeri maupun negara.

Dalam hal pemaknaan maupun penafsiran, dua mufassir kontemporer yaitu Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab pun memberikan makna pada balad dan derivasinya dengan tempat, daerah, tanah, kota hingga negeri.

Ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan tanah, tempat, wilayah, kota maupun negeri. Akan tetapi disisi lain al-

Qur’an juga menggunakan kata selain al-Balad untuk menyatakan tanah, tempat, wilayah, kota maupun negeri, yaitu dengan menggunakan kata-kata

Dâr, Qaryah, Madînah, atau Ardh . Hal ini menandakan bahwa dalam al-Balad terdapat maksud lain yang membedakan dengan sinonim-sinonimnya itu.

Dalam penjelasan ayat balad, yang kemudian penulis namakan dengan peristilahan ayat-ayat al-Balad , terdapat tiga bahasan utama yang terkandung di dalamnya, yaitu, pertama : Penjelasan tentang wilayah atau negeri yang bersifat umum. Kedua ; Penjelasan tentang kota atau negeri kota tertentu. Dan ketiga ; Penjelasan tentang kota atau negeri kota Makkah.

Kalau ditelaah lebih cermat, dari deskripsi masing-masing pengertian ayat al-balad di atas, penulis menemukan bahwa makna al-Balad sangat vareatif, kevareatifan itu ternyata tidak hanya sekedar hadir apa adanya, tetapi merupakan proses dalam pencarian bentuk sebuah tempat, kota, negeri. Apalagi jika disusun secara sistematik, maka konklusi kota Makkah sebagai bentuk pilihan merupakan konklusi yang sangat tepat, dan ini merupakan gambaran bagi manusia untuk menteladaninya.

Dilihat dari aspek kebahasaan, makna al-Balad dan derivasinya memiliki benang merah yang jelas, dan ini merupakan satu kesatuan makna Dilihat dari aspek kebahasaan, makna al-Balad dan derivasinya memiliki benang merah yang jelas, dan ini merupakan satu kesatuan makna

Keberkahan dan keteraturan hidup, Islam telah dengan jelas menggambarakan bentuk sebuah keteraturan yang akan mendatangkan keberkahan, walaupun secara teknik oprasionalnya satu dengan yang lainnya berbeda, tetapi ini jangan dilihat secara hitam putih, salah dan benar, tetapi semua itu merupakan khazanah Islam yang harus dilestarikan, asalkan

tidak menyimpang dari substansi pokoknya. Oleh karena itu bentuk, warna, format dan sistem kota, negeri atau negara bukanlah sesuatu yang penting dalam Islam. Tidak salah jika para pemikir Islam terdahulu memiliki pandangan-pandangan yang terbaik untuk membentuk konsep sebuah sistem bagi terciptanya keteraturan hidup di masyarakat.

Urgensi yang dapat diambil dari penelusuran atas ayat-ayat al-Balad ini adalah siapa dan di mana pun manusia berada, maka ia wajib mencipatakan negeri di mana ia menetap dan berdomisili menjadi baik, dengan apakah ia memiliki kebijakan sebagai publik figur maupun tidak. Dalam kaitan bentuk dan sistem suatu kota, negeri atau negara, ternyata tidak ada standar baku atas bentuk dan formasinya menurut al-Qur’an, tetapi al-Qur’an lebih melihat prilaku baik manusia dalam ber-negeri dan ber-negara-lah yang menjadi patokan. Sebab baik dan buruknya suatu negeri akan dikembalikan pada prilaku anak negerinya sendiri.

Sayyid Quthb maupun M. Quraish Shihab dalam menyampaikan penafsiran atas ayat-ayat al-Balad dan derivasinya tidak banyak berbeda dalam substansi ayat. Perbedaan antara keduanya terletak pada cara mengungkapkan penafsirannya. Sayyid Quthb menafsirkan dengan menggunakan ungkapan yang mengajak dan membangkitkan emosi dan semangat pembaca untuk melakukan apa yang terkandung dalam tafsiran ayat-ayat. Sedangkan M. Quraish Shihab dalam mengungkapkan ayat-ayat al-Balad, tidak menekankan pada aspek emosional pembaca untuk berbuat, tetapi tafsirannya lebih membawa pembaca menjadi tenang dan merasa aman, karena informasi yang ia tampilkan dalam mengupas ayat demikian gamblang, relevan dengan ilmu pengetahuan, sejarah dan mampu menenangkan hati.

Berdasarkan hasil pemahaman atas tafsir al-Balad dan derivasinya yang memberikan kata akhir bahwa dalam ber-negeri dan ber-negara merupakan sesuatu yang sangat fitrah bagi manusia, format, bentuk maupun tipe ber-negeri dan ber-negara bukanlah merupakan soal yang urgen, yang lebih urgen adalah bagaimana kehadiran kota, negeri dan negara itu mampu memberikan jaminan kepastian kepada masyarakatnya untuk hidup lebih baik dan terhindar dari berbagai marabahaya dan penderitaan.

Berkaitan dengan hal inilah maka penulis menyarankan kepada siapa pun untuk mampu berbuat yang terbaik bagi proses kehidupan di dunia ini, khususnya ketika berada dalam lingkungan yang serba plural. Terlebih lagi bagi pemangku kebijakan di seluruh sektor maka berikanlah kontribusi yang paling bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat yang lebih banyak. Jangan sampai dengan posisi dan jabatan yang di sandang justru

membuat orang lain lebih menderita dan sengsara.

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur'an adalah sumber utama ajaran Islam yang di dalamnya terkandung ajaran dan petunjuk tentang akidah, hukum, ibadah dan akhlak.

Al-Qur'an mengandung petunjuk tentang jalan hidup manusia kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Karenanya banyak pembahasan dalam berbagai bidang kehidupan terdapat dalam al-Qur'an, salah satunya pembahasan sekitar negeri yang sering dilambangkan dalam bahasa al-Qur'an dengan kata al-Balad.

Kata al-Balad menjadi pilihan dalam penelitian setelah kata al-Balad ditemukan di berbagai surat dan ayat al-Qur'an, yaitu sebanyak 19 kali. 1 Kata al-Balad juga telah menjadi nama salah satu surah dalam al-Qur’an, yaitu surah al-Balad yang merupakan surah Makiyyah , 2 turun sebelum hijrah Nabi saw ke Madinah. Surah ini merupakan surah ke 90 dalam Mushaf Utsmani, dilihat

1 . Husain Muhammad Fahmi al-Syâfi'î, al-Dalîl al-Mufahras li alfâzh al-Qur’an al-Karîm, Kairo : Dâr al-Salâm, 1422 H/ 2002, cet-2. hal 288.

2 . Jalaluddin al-Suyûthi, Asrâr Tartîb al-Qur’an, Dâr al-I’Tishâm, cet-3, 1978, hal 27.

dari urutan turunnya, surah ini turun setelah surah Qaf, 3 ayat-ayatnya

berjumlah 20 ayat. 4

Al-Balad yang merupakan nama satu surah dalam al-Qur’an, penamaannya bersifat tauqifi. A rtinya Nabi Muhammad saw yang memberikan nama-nama terhadap surah-surah al-Qur’an tersebut. Terutama pada 74 surah yang hanya memiliki satu nama, salah satunya surah al-Balad. Sementara pada

40 surah yang memiliki lebih dari satu nama sebagian dari nama-nama surah itu bersifat tauqifi dan yang lainnya dinamai oleh para sahabat atau para

Tabi’in. 5 Ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan tanah,

tempat, wilayah, kota maupun negeri. Akan tetapi di sisi lain al-Qur’an juga menggunakan kata selain al-Balad untuk menyatakan tanah, tempat, wilayah, kota maupun negeri, yaitu dengan menggunakan kata-kata Dâr, Qaryah,

Madînah, atau Ardh . Hal ini menandakan bahwa dalam al-Balad terdapat maksud lain yang membedakan dengan sinonim-sinonimnya itu.

Makna-makna al-Balad diatas merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia yaitu negeri atau tempat. S

3 . Muhammad bin Ahmad bin Jiziy al-Kilbî, Kitâb al-Tashîl Li Ulûm al-Tanzîl, Dâr al-Fikr, Juz 3, hal 199.

4 . M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbâh : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta : Lentera Hati, 2005, cet-3, Vol 15 hal 262.

5 . Hasanuddin. AF, Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam al- Qur’an, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, November 1995, cet-1, Hal 74.

Beberapa ayat al-Qur'an yang mencantumkan kata-kata al-Balad di dalamnya antara lain :

Artinya : Aku tidak bersumpah dengan kota ini (Mekah) (Qs al-Balad 90 : 1)

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata : " Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. (Qs Ibrahim 14 : 35)

Artinya : Yang belum pernah diciptakan (suatu kota) sepertinya, di negeri-negeri lain. (Qs al-Fajr 89 : 8)

Artinya : Sesungguhnya bagi kaum saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri (kepada mereka dikatakan) : " Makanlah dari rezeki Tuhan kamu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang maha pengampun. (Qs Saba' 34 : 15)

Artinya : Untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (kami), dan kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati. Seperti itulah kebangkitan. (Qs Qaf 50 : 11)

Secara kebahasaan al-Balad maknanya mengarah kepada tempat. Jika dilihat secara sederhana maka tidak ada yang perlu dipertanyakan di sini. Tetapi ketika kata ini dimasukkan sebagai kata dalam al-Qur’an, disebutkan lebih dari tiga kali, dijadikan nama sebuah surah, dan bersinonim, ini menjadi tidak sesederhana makna asalnya. Padahal satu huruf saja dalam al-Qur’an

punya makna penting apalagi kata al-Balad terdiri dari banyak huruf, terletak pada banyak ayat dan surah.

Ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur’an selalu menggambarkan fenomena dalam suatu negeri, baik secara umum maupun khusus dengan karakteristik lingkungan dan masyarakatnya. Salah satunya seperti negeri Saba yang megah dan jaya karena kualitas manusianya, kemudian hancur berkeping-

keping karena ulah penghuninya. 6

Sepanjang sejarah manusia, karakter sebuah negeri selalu menggambarkan situasi dan kondisi masyarakatnya yang variatif dan berubah-ubah, tidak pernah ada yang tetap pada kondisi mapan. Karakter negeri

persoalan-persoalan kemasyarakatannya. Persoalan yang selalu muncul dalam masyarakat itu timbul akibat perubahan zaman. Setiap masyarakat sebuah negeri tentu harus

6 . Philip K. Hitti, History of the Arabs : From the Earliest Times to The Present. terj. Jakarta : Serambi, 2005, cet 1, hal 80.

memecahkan masalah-masalah terutama masalah yang baru, masalah-masalah yang timbul akibat perubahan zaman dimaksud, terutama pada zaman modern seperti diungkapkan oleh M. Dawam Rahardjo antara lain : Masalah negara dan demokrasi, masalah hak-hak asasi manusia, soal kekerasan, isu jender dan liberasi kaum perempuan dari penindasan, pergaulan antar pemeluk agama dalam masyarakat yang makin pluralistis, atau masalah

lingkungan hidup yang sudah menjadi isu-isu global. 7

Persoalan-persoalan itu pada masa Nabi Muhammad saw belum menjadi masalah yang aktual. Namun saat ini persoalan-persoalan itu telah menjadi persoalan aktual yang membutuhkan pemecahan. Karena itu umat Islam sebagai kaum yang menganut agama Islam yang berlaku universal, dituntut untuk memecahkannya. Pemecahan yang dilakukan adalah pemecahan yang merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Upaya refleksi nilai-nilai yang terkandung dalam al- Qur’an memerlukan penafsiran baru yang mampu menjawab persoalan- persoalan aktual itu. Sehingga problem solving hasil dari penafsiran baru al- Qur’an dapat menjadi pedoman bagi pembentukan karakter masyarakat suatu negeri.

7 . M. Dawam Rahardjo, Paradigma al-Qur’an : Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial, Jakarta : PSAP Muhammadiyah, 2005, cet-1, Hal 4.

Karakter suatu negeri adalah ciri khas dari kehidupan umat manusia pada wilayah tertentu. Al-Qur'an secara historis banyak berkisah tentang kehidupan negeri-negeri terdahulu. Beberapa negeri sebelum Islam, juga telah

disebutkan secara langsung dalam al-Qur'an, seperti negeri Madyan, 8 Saba', 9 Babilon 10 dan Mesir. 11 Ini menandakan betapa pentingnya negeri bagi umat manusia, sehingga kajian tentang negeri dan karakter-karakter masyarakatnya perlu dilakukan.

Ayat-ayat al-Balad dalam pembahasannya memiliki tiga pokok bahasan. Dalam ensiklopedi al-Qur’an dijelaskan bahwa pembahasan tentang balad dapat dikembangkan menjadi tiga pembahasan, pertama, berkaitan dengan wilayah atau negeri yang bersifat umum. Kedua , berkaitan dengan pengertian kota atau negeri kota yang bersifat khusus atau tertentu, seperti negeri Saba’. Ketiga , berkaitan dengan pengertian kota atau negeri kota yang bersifat khusus,

yakni Makkah. 12 Urgensi pembahasan ayat-ayat al-Balad adalah adanya fenomena yang

mirip dari karakter-karakter masyarakat masa lalu yang mendiami suatu

8 . Madyan lihat pada surat Hûd 11 : 83, 96; al-A'raf 7 : 84; al-Ankabut 29 : 36; Thaha 20 : 40; Qashshas 28 : 22, 45; al-Taubah 9 : 71; al-Hajj 22 : 44.

9 . Saba' lihat pada surat al-Naml 16 : 22. 10 . Babilon lihat pada surat al-Baqarah 2 : 102. 11 . Mesir, lihat pada surat Yunus 10 : 87, Yusuf 12 : 21, 99; al-Zukhruf 43 : 51; al-Baqarah 2 :

61. 12 . Ensiklopedi al-Qur’an : Dunia Islam Modern, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Primayasa,

cet-1, Agustus 2003. hal 282.

wilayah, kota, negeri atau negara dengan karakter masyarakat modern sekarang. Miripnya fenomena masyarakat masa lalu dengan sekarang dapat menjadi bahan i’tibar yang baik bagi siapa pun untuk mencontoh atau pun tidak mencontoh sikap dan perbuatan masa lalu itu.

Karakter-karakter yang ditunjukkan oleh ayat-ayat al-Balad dalam masyarakat masa lalu itu antara lain ; taat, kerjasama, religius. Karakter ini

telah mengangkat harkat derajat mereka ketingkat yang sangat tinggi, yaitu tingkat kesejahteraan, kemakmuran, ketaatan pada penciptanya, sehingga

negeri di mana mereka tinggal sangat terkenal dengan kemajuan yang luar- biasa dan mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama. Dalam perjalanan berikutnya karakter di atas berubah menjadi sikap pembangkangan terhadap tuhannya, berlebihan dalam sesuatu perkara, sombong. Sehingga timbul huru- hara di mana-mana, akhirnya kemelaratan, kesengsaraan bahkan kehancuran menjadi balasan atas perbuatannya itu. Negeri yang tadinya agung dan menjadi pujian banyak orang menjadi puing-puing, tanda hancurnya peradaban yang besar dan maju di zamannya.

Karakter-karakter itulah yang kini masih hidup dan terus mengalir dalam aliran darah setiap manusia. Karakter yang potensinya lebih tinggi dalam aliran darah setiap manusia, hingga dapat membentuk karakter masyarakat satu wilayah, kota maupun negara, maka itu yang akan Karakter-karakter itulah yang kini masih hidup dan terus mengalir dalam aliran darah setiap manusia. Karakter yang potensinya lebih tinggi dalam aliran darah setiap manusia, hingga dapat membentuk karakter masyarakat satu wilayah, kota maupun negara, maka itu yang akan

Baik dan buruk kembali pada karakter yang ditampilkan individu- individu masyarakat suatu tempat. Kehancuran -imbas dari buruknya karakter

masyarakat- adalah sesuatu yang ditakuti, pada hakekatnya terjadi karena ulahnya sendiri. Tetapi terkadang individu-ivdividu dalam masyarakat tidak

menyadarinya. Karena itu, agar tidak mengalami kehancuran, potensi baik pada

manusia perannya dapat dioptimalkan, sehingga mampu menjaga stabilitas kehidupan dan terhindar dari proses kehancuran. Optimalisasi potensi baik dalam suatu wilayah, kota, negeri atau negara dapat diwujudkan dengan banyak hal. Dalam masalah pengaturan kewilayahan, misalnya perlu dicari pemimpin yang cakap, pandai, taat beragama, di samping masyarakatnya juga cakap, pandai dan taat beragama. Dalam pemeliharaan lingkungan hidup, adanya kesadaran bersama untuk saling menjaga lingkungan di mana pun mereka tinggal. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya kerja-keras untuk meneliti, membahas dan mengembangkannya manusia perannya dapat dioptimalkan, sehingga mampu menjaga stabilitas kehidupan dan terhindar dari proses kehancuran. Optimalisasi potensi baik dalam suatu wilayah, kota, negeri atau negara dapat diwujudkan dengan banyak hal. Dalam masalah pengaturan kewilayahan, misalnya perlu dicari pemimpin yang cakap, pandai, taat beragama, di samping masyarakatnya juga cakap, pandai dan taat beragama. Dalam pemeliharaan lingkungan hidup, adanya kesadaran bersama untuk saling menjaga lingkungan di mana pun mereka tinggal. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya kerja-keras untuk meneliti, membahas dan mengembangkannya

Karakter-karekter di atas perlu kajian lebih mendalam dalam penelusuran dan pembahasan suatu wilayah, kota atau negeri dalam ayat-ayat al-Balad . Sebab karakter merupakan hal yang hidup dan bergerak secara dinamis, ia mampu memberikan ciri khas dan warna bagi wilayah, kota atau

negeri, yang menjadi sarana bagi tumbuh berkembangnya karakter itu. Karakter ini merupakan ruh bagi sebuah peradaban manusia.

Untuk memahami karakter-karakter yang terkandung dalam ayat-ayat al-Balad secara utuh, diperlukan pemahaman yang komprehensif atas ayat-ayat itu. Solusi untuk mencari pemahaman yang utuh adalah dengan merujuk pada kitab-kitab tafsir, khususnya pada penafsiran ayat-ayat al-Balad . Tafsir Fî Zhilal al-Qur’an dan Tafsir al-Mishbâh sangat representatif untuk dijadikan rujukan dalam menjawab pemahaman yang komprehensif.

Tafsir Fî Zhilal al-Qur’an merupakan karya seorang organisatoris yang banyak malang melintang dalam dunia gerakan, sehingga dapat dipastikan berpengaruh dalam gaya penafsirannya. Dan lebih penting lagi adalah ia seorang mufassir yang menjelaskan penafsirannya dalam kontek-kontek sosial. Sedangkan Tafsir al-Mishbâh murni karya seorang intelektual yang sangat luas wawasan keilmuannya dalam bidang tafsir, sehingga pengertiannya terhadap Tafsir Fî Zhilal al-Qur’an merupakan karya seorang organisatoris yang banyak malang melintang dalam dunia gerakan, sehingga dapat dipastikan berpengaruh dalam gaya penafsirannya. Dan lebih penting lagi adalah ia seorang mufassir yang menjelaskan penafsirannya dalam kontek-kontek sosial. Sedangkan Tafsir al-Mishbâh murni karya seorang intelektual yang sangat luas wawasan keilmuannya dalam bidang tafsir, sehingga pengertiannya terhadap

Kedua tafsir itu dalam melakukan penafsirannya sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini, sehingga sangat tepat jika tafsir kontemporer ini

dijadikan rujukan dalam mengangkat problematika di atas. Selain penafsirannya dilakukan secara tahlili (terperinci), dan terkadang maudhu’i (tematik), corak penafsirannya adalah al-Adab al-Ijtima’i (kajian kebahasaan dan sosial kemasyarakatan), bahkan tafsir Fî Zhilâl dikatakan bercorak haraki (pergerakan), sangat kental dengan kehidupan sosial dan politik.

Dengan demikian berdasarkan paparan di atas, karakter sebuah negeri yang teramat penting bagi kehidupan manusia, telah al-Qur’an rekam dalam ayat-ayatnya, khususnya dalam ayat-ayat al-Balad. Karenanya studi komparatif dengan menggunakan pendekatan tafsir corak al-Adab al-Ijtima'i adalah langkah yang lebih tepat untuk mengakomodir semua kepentingan di atas.

Studi komparatif dalam ilmu tafsir merupakan sebuah metode penafsiran yang kemudian dikenal dengan metode Muqarin. Metode Muqarin Studi komparatif dalam ilmu tafsir merupakan sebuah metode penafsiran yang kemudian dikenal dengan metode Muqarin. Metode Muqarin

tersebut dalam karya mereka. 13

Metode Muqarin juga digunakan dalam membahas ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesamaan redaksi namun berbicara tentang topik yang berbeda.

Atau sebaliknya, topik yang sama dengan redaksi yang berbeda. 14 Al-Adab al-Ijtima'i menurut Muhammad Husain al-Dzahabi adalah

corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa yang lugas, dengan menekankan tujuan pokok diturunkannya al-Qur'an, lalu mengaplikasikannya pada tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-masalah umat Islam dan

bangsa pada umumnya, sejalan dengan perkembangan masyarakat. 15 Dengan metode ini penulis berharap mampu menangkap kandungan

maksud ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur'an. Lalu bagaimana ayat-ayat al-Balad ini merespon karakteristik suatu negeri dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah peradabannya.

13 . ‘Abd al-Hay al-Farmawi, Muqaddimah Fi Tafsir al-Maudhu’i, Kairo : al-Hadhârah al- ‘Arabiyah, 1997, hal 45.

14 . Abd. Muin Salim, Metodologi ilmu Tafsir, Yogyakarta : Teras, cet-1, 2005, hal 47. 15 . Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, jilid 2, 1976, hal 342.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Negeri merupakan satu kata bahasa Indonesia yang memiliki arti tanah tempat tinggal suatu bangsa, kampung halaman, negara atau pemerintah, nagari. 16 Negeri dengan pengertian di atas adalah makna yang penulis pilih untuk melangkah lebih jauh dalam menginterpretasikan kata-kata al-Balad dalam al-Qur'an, sehingga fokus penelitian ayat-ayatnya menjadi jelas.

Dalam tulisan ini, penulis akan memfokuskan pada uraian ayat-ayat al- Balad dalam al-Qur'an. Tetapi tidak dengan ayat-ayat yang mengandung sinonim dengan al-Balad seperti al-Dar, al-Qaryah, Madinah, al-Wathan dan al- Ardh. Ayat-ayat yang mengandung sinonim al-Balad ini hanya dibahas secukupnya saja, sesuai dengan kebutuhan penjelasan ayat-ayat al-Balad yang sifatnya menunjang dalam penafsiran.

Berdasarkan pengamatan dan kajian sementara penulis ( Preliminery Research) ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur'an merupakan petunjuk bagi kehidupan umat Islam, mengingat al-Qur'an sebagai sumber dan pedoman Islam. Apalagi negeri sebagai salah satu bahasan dalam ayat al-Balad, pada saat ini memiliki posisi strategis dalam kehidupan manusia ditinjau dari berbagai aspek. Oleh sebab itu, berangkat dari permasalahan di atas, maka pertanyaan umum penelitian ini ( Major Research Question ) adalah bagaimana memahami

16 .Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta-Balai Pustaka, 1988, Cet-1, Hal 611.

ayat-ayat al-Balad secara komparatif dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân dan Tafsîr al-Mishbâh?

Dengan metode komparatif yang bercorak al - Adab al-Ijtima’i pemahaman atas ayat-ayat al-Balad akan lebih tepat sasaran pada substansi permasalahan al-Balad , sebab al-Adab al-Ijtima'i mampu menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an dengan ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa

yang lugas, menekankan tujuan pokok diturunkannya al-Qur'an, lalu mengaplikasikannya pada tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-masalah

umat Islam dan bangsa pada umumnya, sejalan dengan perkembangan masyarakat.

Selanjutnya pertanyaan-pertanyaan minor penelitian ini ( Minor Research Question ) dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa makna al-Balad dalam al-Qur'an, dan persoalan apakah yang diangkat oleh ayat-ayat al-Balad ?

2. Bagaimana penafsiran Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab atas ayat- ayat al-Balad ?

3. Apakah penafsiran ayat-ayat al-Balad antara Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab terdapat persamaan dan perbedaan? Di manakah letak persamaan atau perbedaannya?

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Akademis Untuk meneliti maksud implisit dan eksplisit ayat-ayat al-Balad dalam al-

Qur'an, sehingga ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan dan intelektual Islam terutama dalam bidang tafsir, dan yang lebih dasar lagi

adalah bertambah keyakinan umat Islam dalam mengimplementasikan nilai- nilai yang terkandung dalam al-Qur'an, terutama atas reaktualisasi makna- makna ayat-ayat al-Balad sesuai dengan kondisi saat ini.

b. Tujuan Praktis Untuk memberikan warna lain dalam wacana sekitar karakteristik

negeri, terutama dalam penataan kebiasaan dalam suatu negeri. Sehingga rumusan konsep-konsep idealitas suatu negeri yang terlahir dari tafsir ayat- ayat al-Balad dalam tulisan ini mampu memberikan makna positif bagi anak negeri di mana pun berada.

2. Signifikansi Penelitian

a. Signifikansi Akademik

Hasil penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi bagi kajian dan pengembangan pemahaman al-Qur'an, khususnya ayat-ayat al-Balad . Sehingga bagi mahasiswa dan kalangan politisi Islam yang membutuhkan dalam berbagai penelitian ilmiah seputar karakteristik sebuah negeri, tulisan ini dapat dipergunakan untuk dikritisi dan diperluas.

b. Signifikansi Praktis

Bagi anak negeri sebagai pihak pengambil kebijakan untuk kepentingan penataan sebuah negeri, dapat mengambil hasil penelitian atas ayat-ayat al- Balad dalam al-Qur'an yang tercantum dalam tesis ini, sebagai bahan pertimbangan

perbaikan dan penyempurnaan dalam kehidupan di negeri mana pun.

D. Metode Penelitian yang digunakan

1. Jenis Penelitian Penelitian dalam rangka tesis ini, ditinjau dari segi sifat-sifat data 17

termasuk dalam penelitian kualitatif ( Qualitatif Research) . Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisa data secara induktif,

17 . Data berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata ‘datum’, yang berarti keterangan-keterangan suatu fakta, Talizuduhu Ndarha, Research, teori, metodologi,

administrasi, Jakarta : Bina Aksara, 1981, hal-76.

bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi secara fokus. 18

2. Sumber Data Penelitian Memperhatikan jenis penelitian tersebut, maka sumber data primer

dalam penelitian ini adalah al-Qur’an dan tafsir-tafsir al-Qur'an, khususnya Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân karya Sayyid Quthb dan Tafsir al-Mishbâh karya M.

Quraish Shihab yang keduanya bercorak al-Adab al-Ijtima'i . Pemilihan sumber data ini berdasarkan asumsi bahwa untuk menemukan data yang valid dan orisinil maka langkah yang terbaik adalah kembali ke sumber asal.

Al-Adab al-Ijtima’i sebagai corak penafsiran pada kedua tafsir di atas adalah corak penafsiran al-Qur’an yang menitikberatkan pada persoalan- persoalan kemasyarakatan dan kebahasaan. Para mufasir yang menggunakan metode ini antara lain seperti Rasyid Ridha dengan Tafsîr al-Manâr, al-Maraghi dengan Tafsîr al-Marâghî dan Muhammad Syalthut dengan Tafsîr al-Qur’ân al-

Adhîm. 19 Corak tafsir ini berupaya menyingkap keindahan bahasa al-Qur’an dan

mukjizat-mukzijatnya, menjelaskan makna dan maksudnya, memperlihatkan aturan-aturan al-Qur’an tentang kemasyarakatan, dan mengatasi persoalan

18 . Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999, cet-X., hal.27.

19 . M Alfatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta : Teras, Februari 2005, cet-1, Hal 151.

yang dihadapi umat Islam secara khusus dan permasalahan umat lainnya secara umum. Semua itu diuraikan dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk al-Qur’an yang menuntun jalan bagi kebahagiaan di dunia dan di akherat. Corak tafsir ini pun berupaya mengkompromikan antara al-Qur’an dengan teori-teori pengetahuan yang valid. Corak ini mengingatkan manusia bahwa al-Qur’an merupakan kitab Allah abadi yang sanggup menyetir perkembangan zaman dan kemanusiaan. Tafsir dengan corak ini pun berupaya menjawab keragu-raguan yang dilemparkan musuh menyangkut al-Qur’an, juga menghilangkan keraguan mengenai al-Qur’an dengan mengemukakan berbagai argumentasi yang kuat. Siapa pun yang membaca karya Tafsir corak al-Adab al-Ijtima’i akan merasakan puas dan terdorong untuk merenungi al-

Qur’an. 20 Al-Adab al-Ijtima’i merupakan salah satu corak penafsiran dari empat

metode penafsiran yang dikenal selama ini yaitu analisis, komparatif, global dan tematik. Corak al-Adab al-Ijtima’i menitikberatkan penjelasan ayat-ayat al- Qur’an pada segi ketelitian redaksinya, kemudian menyusun kandungannya dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan segi-segi petunjuk al- Qur’an bagi kehidupan, serta menghubungkan pengertian ayat-ayat tersebut dengan hukum-hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan

20 . Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir, Bandung : Pustaka Setia, 2005, cet-III, Hal 174.

pembangunan dunia tanpa menggunakan istilah-istilah disiplin ilmu, kecuali

dalam batas-batas yang sangat dibutuhkan. 21

Sumber data primer penulisan ini adalah al-Qur’an dan kitab-kitab tafsirnya, khususnya Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân karya Sayyid Quthb dan Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku ulum al-Qur'an yang membahas sekitar ilmu-

ilmu al-Qur'an, buku-buku pemikiran, sejarah maupun politik, dan sumber- sumber lainnya yang mengandung wawasan tentang negeri dan berkaitan

dengan penelitian ini. Selain itu dalam hal metodologi penelitian tafsir penulis menggunakan

buku-buku rujukan seperti al-Tafsîr wa al-Mufassirûn karya Muhammad Husain al-Dzahabi, Mabâhits fî Ulûm al-Qur'ân karya Mannâ al-Qaththân, Beberapa Aspek Metodologi Tafsir al-Qur'an dan Metode Penelitian Tafsir karya Abd. Muin Salim, dan buku lainnya yang menunjang metodologi penelitian tafsir dalam tulisan ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

21 . M. Quraish Shihab, Rasionalitas al-Qur’an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar, Jakarta : Lentera Hati, 2006, Cet-1; Edisi baru, Hal 24-25.

Data penelitian akan dikumpulkan melalui penelitian perpustakaan 22 dengan teknik menelusuri data pada sumber-sumber primer dan sekunder di perpustakaan-perpustakaan melalui tafsir-tafsir al-Qur'an, buku-buku umum dan Internet.

4. Analisa Data dan Keabsahan Data Penelitian ini menggunakan metode Muqarin (Komparatif) dengan

corak al-Adab al-Ijtima’i dan langkah-langkah yang digunakan adalah deskriptif analitik. 23 Yaitu analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan pertama , mengumpulkan kitab primer dan sekunder, kedua mengkaji isi kitab. Setelah itu mencari substansi data yang saling terkait, keempat mengkonstruksi teori yang ditemukan dalam penulisan ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur'an dan kelima menganalisa ketepatan atau kemencengannya dari studi ayat-ayat tersebut.

22 . Penelitian Perpustakaan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti :

buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya. Pada hakekatnya data yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan. Penelitian ini dikatakan juga sebagai penelitian yang membahas data- data sekunder. Mardalis, Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta : PT Bumi Aksara, Juli 2003, Cet-6, Hal 28.

23 . Tujuan Deskriptif Analitik (kritis) adalah untuk mengkaji gagasan maupun fakta primer mengenai suatu ruang lingkup permasalahan (objek penelitian), yang terfokus untuk

mendeskripsikan, membahas (analitik) dan mengkritisi gagasan primer yang dikonfrontasikan dengan gagasan primer lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan hubungan atau pengaruh dan pengembangan suatu model. Jujun S. Suriasumantri, ‘Penelitian Ilmiah Kefilsafatan dan Keagamaan Mencari Paradigma Kebersamaan”. Dalam tradisi baru dalam penelitian Agama Islam Tinjauan antar Disiplin Ilmu, Mastuhu dan Deden Ridwan, ed., Bandung : Pusjarlit dan Nuansa, 1999, h. 45.

E. Pendekatan yang Digunakan

Dalam menentukan suatu pendekatan dan metode yang relevan digunakan terhadap suatu penelitian, hendaklah terlebih dahulu diketahui tentang objek penelitian itu sendiri. Dalam kajian ini, penulis memakai

pendekatan disipliner yang Sosio-Historis , 24 sebab al-Qur'an itu sendiri sebagai data doktrinal agama mengandung data-data sejarah. Penelusuran sejarah

dipakai untuk mengungkapkan kebenaran waktu turunnya ayat-ayat ( Asbâb al- Nuzûl ).

Karena datanya kualitatif, pengolahannya dilakukan dengan analisis kritis, komparasi serta interpretasi atas kategorisasi-kategorisasi data sesuai dengan pedoman penelitian dan hasil penelusuran sumber-sumber primer dan sekunder. Dengan demikian pendekatan data penelitian ini substansinya adalah kualitatif dan korelasi jaringan variablenya juga kualitatif.

24 . Pendekatan Disipliner merupakan pendekatan yang mengkaji objek dari sisi sebuah disiplin ilmu. Pendekatan disipliner ini mengandung makna menggunakan konsep-konsep, asas-asas

disiplin terkait untuk membahas masalah. Sosio-historis sendiri merupakan salah satu macamnya yang menekankan pentingnya memahami kondisi-kondisi aktual ketika al-Qur’an diturunkan, dalam rangka menafsirkan pernyataan legal dan sosio-ekonomisnya. Atau dengan kata lain, memahami al- Qur’an dalam konteks kesejarahan dan harfiyah, lalu memproyeksikannya kepada situasi masa kini kemudian membawa fenomena-fenomena social ke dalam naungan tujuan-tujuan al-qur’an. M Alfatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir, …, hal 141-142.

F. Kajian Pustaka

Kitab-kitab tafsir yang akan menjadi rujukan utama dalam mengkomparasi ayat-ayat al-Balad adalah tafsir Fî Zhilâl al-Qur'ân karya Sayyid Quthb, dan Tafsir al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab.

Sepengetahuan penulis, ada beberapa penulis yang sudah mengkaji Sayyid Quthb dengan Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân dan M. Quraish Shihab dengan

Tafsir al-Mishbâh- nya, diantaranya yaitu : Achmad Sudja’i, menulis disertasi dengan judul konsep khilafah dalam

tafsir Sayyid Quthb dan tafsir Hamka. Disertasi, PPs IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2000. Disertasi yang mengupas konsep khilafah dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân dan Tafsir al-Azhar, menerangkan persamaan sekaligus perbedaannya, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menjelaskan hubungan yang terjadi antara kedua tafsir itu dan bentuk hubungannya. Dalam disertasi ini juga diterangkan selintas tasfir Sayyid Quthb yang terdiri dari riwayat hidup dan penulisan Sayyid Quthb serta Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’an.

Afif Muhammad menulis disertasi berjudul Studi tentang corak pemikiran teologis Sayyid Quthb. Disertasi, PPS IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 1995/ 1996. Disertasi ini mengupas tentang pandangan- pandangan teologis Sayyid Quthb dalam upaya menemukan akar-akar pandangannya, hubungannya dengan faham-faham yang berkembang pada Afif Muhammad menulis disertasi berjudul Studi tentang corak pemikiran teologis Sayyid Quthb. Disertasi, PPS IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 1995/ 1996. Disertasi ini mengupas tentang pandangan- pandangan teologis Sayyid Quthb dalam upaya menemukan akar-akar pandangannya, hubungannya dengan faham-faham yang berkembang pada

Aunur Rofiq, menulis tesis dengan judul konsep universalisme al- Qur’an menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân. Tesis, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2005. Tesis ini mengupas universalisme al- Qur’an dalam Tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân, seperti pandangan Sayyid Quthb dalam nilai-nilai keimanan kepada Tuhan, nilai-nilai tali silaturrahmi dan persaudaraan, nilai-nilai keadilan, perdamaian dan peri kamanusiaan. Tidak lupa pula dalam tesis ini diungkapkan biografi Sayyid Quthb dan profil tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân.

Abdul Bari, menulis tesis dengan judul Jahiliyyah dalam al-Qur’an : Kajian atas penafsiran Sayyid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân, tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2005. Tesis ini menerangkan penafsiran Sayyid Quthb tentang jahiliyyah dalam al-Qur’an, khususnya dalam hal Hukm Jahiliyyah, Zhann Jahiliyyah, Tabarruj Jahiliyyah, dan Hamiyyah Jahiliyyah serta analisa kritis penulisnya terhadap penafsiran itu. Dalam tesis ini diterangkan Biografi Sayyid Quthb berupa hidup dan perjuangannya, karya dan Abdul Bari, menulis tesis dengan judul Jahiliyyah dalam al-Qur’an : Kajian atas penafsiran Sayyid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân, tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2005. Tesis ini menerangkan penafsiran Sayyid Quthb tentang jahiliyyah dalam al-Qur’an, khususnya dalam hal Hukm Jahiliyyah, Zhann Jahiliyyah, Tabarruj Jahiliyyah, dan Hamiyyah Jahiliyyah serta analisa kritis penulisnya terhadap penafsiran itu. Dalam tesis ini diterangkan Biografi Sayyid Quthb berupa hidup dan perjuangannya, karya dan

Abd Muid N, menulis tesis dengan judul Teologi Pembebasan Islam Sayyid Quthb, tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2005. Dalam tesis ini diterangkan sketsa biografi Sayyid Quthb, karya-karyanya, situasi sosial politik Mesir pada masa Sayyid Quthb, tokoh-tokoh yang mempengaruhi

pemikirannya.

Istianah, menulis tesis dengan judul metodologi M. Quraish Shihab dalam menafsirkan al-Qur’an, tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2002. Dalam tesis ini diungkapkan metodologi M. Quraish Shihab dalam menafsirkan al-Qur’an, membahas thariqah dan lawn (corak) yang dibangunnya, serta mazhab/ ittijah yang digunakan. Tesis ini juga membahas biografi M. Quraish Shihab atas latar belakang pendidikan dan dinamika intelektualnya, karir akademik dan karya-karya ilmiahnya.

Selain Disertasi dan tesis di atas, juga terdapat karya skripsi yang membahas kedua tokoh ini, diantaranya adalah skripsi A. Syarifuddin, dengan judul studi komparatif Sayyid Quthb dan Quraish Shihab pada ayat al-Kursi. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2003. Dalam tulisan ini diterangkan tentang deskripsi umum Sayyid Quthb dan Quraish Shihab, yang Selain Disertasi dan tesis di atas, juga terdapat karya skripsi yang membahas kedua tokoh ini, diantaranya adalah skripsi A. Syarifuddin, dengan judul studi komparatif Sayyid Quthb dan Quraish Shihab pada ayat al-Kursi. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2003. Dalam tulisan ini diterangkan tentang deskripsi umum Sayyid Quthb dan Quraish Shihab, yang

Abd Basit menulis skripsi dengan judul studi komparatif penafsiran Quraish Shihab dan Sayyid Quthb tentang fitrah. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2005. Dalam skripsi ini diterangkan sekilas riwayat hidup Quraish Shihab dan Sayyid Quthb, metode dan corak penafsiran

keduanya.

Muh. Arham Mursidin, menulis skripsi dengan judul konsep pluralisme agama M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbâh . Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2004. Dalam tulisan ini diterangkan tentang riwayat hidup M. Quraish Shihab, karya-karyanya, dan mengenal tafsir al- Mishbâh dari aspek pilihan nama dan motivasi penulisannya, sumber rujukan, corak, metode dan sistematikanya.

Dari karya-karya disertasi, tesis dan skripsi di atas, serta karya-karya yang ada di perpustakaan-perpustakaan, khususnya pada program Pascasarjana UIN Jakarta, belum ditemukan buku-buku yang secara khusus membahas ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur'an secara komparatif, apalagi secara detail membahas karakteristik sebuah negeri . Demikian juga di Perpustakaan IAIN Raden Intan Lampung, penulis juga belum menemukan karya tulis yang secara spesifik membahas tentang ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur’an. Tulisan Dari karya-karya disertasi, tesis dan skripsi di atas, serta karya-karya yang ada di perpustakaan-perpustakaan, khususnya pada program Pascasarjana UIN Jakarta, belum ditemukan buku-buku yang secara khusus membahas ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur'an secara komparatif, apalagi secara detail membahas karakteristik sebuah negeri . Demikian juga di Perpustakaan IAIN Raden Intan Lampung, penulis juga belum menemukan karya tulis yang secara spesifik membahas tentang ayat-ayat al-Balad dalam al-Qur’an. Tulisan

Berdasarkan kondisi diatas, maka tesis ini akan membahas ayat-ayat al- Balad tersebut dalam perbandingan antara tafsir Fî Zhilâl al-Qur’ân dengan

Tafsîr al-Mishbâh.

G. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini terpapar secara terarah, sistematis sesuai dengan tujuan dan kegunaannya, maka sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

Bab pertama berisi tentang rancangan penelitian yang mencakup : latar belakang masalah, permasalahan, pengertian istilah dan pembatasan permasalahan, tujuan dan signifikansi penelitian, analisis teori dan kerangka konseptual, metode penelitian yang digunakan, pendekatan yang digunakan, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis, maka dalam bab ini akan dibahas al-Balad dengan ditinjau secara terminologis berdasarkan redaksional Bab kedua merupakan landasan teoritis, maka dalam bab ini akan dibahas al-Balad dengan ditinjau secara terminologis berdasarkan redaksional

Bab ketiga adalah penafsiran ayat-ayat al-Balad dalam Fî Zhilâl al-Qur'ân dan al-Mishbâh yang terdiri dari Penafsiran Sayyid Quthb pada ayat-ayat al- Balad dengan pembahasan perjalanan hidup Sayyid Quthb dan penafsiran

Sayyid Quthb atas ayat-ayat al-Balad dalam Fî Zhilâl al-Qur’ân. Kemudian penafsiran M. Quraish Shihab atas ayat-ayat al-Balad yang terdiri dari