Al-Balad dengan tema Kota atau Negeri Kota yang Tertentu

B. Al-Balad dengan tema Kota atau Negeri Kota yang Tertentu

Ayat-ayat yang masuk dalam tema ini adalah Qs al-Fajr 89 : 8, 11; Qs Qâf 50 : 36; Qs Saba’ 34 : 15; Qs al-Mu’min 40 : 4; Qs al-Nahl 16 : 7; dan Qs Ali Imran 3 : 196. Ayat-ayat ini disusun berdasarkan urutan turunnya wahyu, semuanya masuk dalam ayat-ayat Makiyyah kecuali surah Ali Imran yang merupakan ayat Madaniyah .

Ayat-ayat di atas mengandung kata-kata balad, baldah dan al-bilâd, . Kata ( ﺩﻼﺒـﻟﺍ ) al-Bilâd ditafsirkan oleh Sayyid Quthb dalam Fî Zhilâl al-Qur’ân dengan negeri. Negeri di sini adalah negerinya kaum tertentu, sebab dalam keterangan

tafsirnya Negeri Saba’, Iram, Tsamud, ‘Âd, Fir’aun dan negeri kaum Luth menjadi contohnya. Sedangkan M. Quraish Shihab menafsirkan kata ( ﺩﻼﺒﻟﺍ ) al- Bilâd dengan negeri-negeri atau kota-kota. Negeri di sini adalah negerinya kaum tertentu, yaitu umat-umat terdahulu seperti kaum Nuh, penduduk Rass, yaitu kaum Nabi Syu’aib yang dihancurkan dengan gempa bumi sehingga tertimbun dalam sumur mereka, Tsamud umat Nabi Shalih as yang dibinaskan setelah menyembelih unta yang dianugerahkan kepada mereka sebagai bukti kebenaran rasul. Kemudian kaum Tsamud, kaum ‘Âd kaumnya Nabi Hud as, Fir’aun tirannya yang terbesar di kalangan umat Nabi Musa as, kaum Luth yaitu saudara-saudara sebangsa Nabi Luth as yang dijungkirbalikan pemukimannya karena perbuatan homoseksual di kalangan mereka, penduduk Aikah serta kaum Tubba.

Penafsiran Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab dalam tema ini adalah sama, hal ini sejalan dengan pengertian Ensiklopedi al-Qur’an atas kata al-Bilâd dalam surah al-Fajr 89 : 8, 11, Qâf 50 : 36, dan al-Mu’min 40 : 4 yang dipakai

untuk menunjuk negara tertentu dalam sejarah sebelum Islam lahir. 20 Sedangkan kata al-Bilâd yang terdapat dalam surah Ali Imran 3 : 196 sebagai pengecualiannya.

20 . Penyusun Ensiklopedi al-Qur’an, Ensiklopedi al-Qur’an ..., Hal 282.

Para Mufassir terdahulu juga menerangkan hal yang sama, seperti pada surah al-Fajr ayat 8 yang menceritakan tentang kaum Âd, yang tinggi, keras dan kuat, tinggal di daerah Iram. 21 Iram itu adalah umat terdahulu, yaitu Âd yang pertama. Iram juga adalah bait (rumah-ibukota) kerajaan Âd. Iram diartikan juga sebagai kabilah atau negeri ( baldah) tempat tinggalnya Âd. 22 Iram sebagai kotanya kaum Âd, menurut Ibn al-Arabî adalah Damaskus, karena tidak ada negeri seperti Iram kecuali Damaskus, kemudian ia sebutkan sifat-sifatnya dengan banyaknya pedang dengan sepuhan emas dan berbagai kebaikan lainnya. Ada juga yang berpendapat bahwa Iram itu adalah Iskandariah, sebab Iskandariah sangat ajaib dengan adanya menara di sana, menara merupakan bangunan yang jelas dan merupakan contoh pilar, –ciri

khas kaum Âd- sedangkan di Damaskus tidak ada contoh seperti ini. 23 Dalam kajian kebahasaan kata al-Bilâd pada ayat 11 surah al-Fajar diatas

berkonotasi pada negeri masa lalu sebelum Islam datang. Negeri-negeri yang dibicarakan dalam konteks ini adalah negeri kaum Âd, Tsamud dan Fir’aun. 24 Mereka berbuat sewenang-wenang di negerinya sendiri, mereka durhaka,

21 . Muhammad al-Syaukânî, Fath al-Qadîr…, juz 5,Hal 550. 22 . Abî al-Fidâ’ Ismâ’il bin ‘Umar bin Katsîr, Tafsîr al-Qur’an al-‘Adhîm Juz 8, Hal 395-396. 23 . Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-Qurthûbî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Juz 20, hal

43. 24 . Jamal al-Din al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, Beirut-Libanon : Dâr al-kutub al-Ilmiyyah, 1997,

cet-1, jilid 9, hal 468.

sombong, dan kesewenangannya melampaui batas, 25 dalam kesesatan dan permusuhan. 26 Tsamud adalah kaumnya Nabi Shaleh, ia adalah kaum yang pertama kali memahat gunung, membentuknya -menjadi rumah- dengan batu pualam. Mereka membangun rumah tempat tinggalnya dari kayu-kayu. 27

Kaum Âd adalah sekelompok masyarakat Arab yang terdiri dari sepuluh atau tiga belas suku, kesemuanya telah punah. Moyang mereka yang

bernama Âd, merupakan generasi kedua dari putra Nabi Nuh as. yang bernama Sam. Mayoritas sejarawan menyatakan bahwa Âd adalah putra Iram,

putra Sam, Putra Nuh as. suku Âd bermukim di satu daerah yang bernama asy Syihr, atau al-Ahqaf di Yaman 28 yang terletak antara Aden dan Hadhramaut.

Kuburan Nabi Hud as yang merupakan salah seorang keturunan kaum Âd terdapat di sana dan hingga kini masih merupakan tempat yang diziarahi, khususnya pada bulan Sya’ban. Iram adalah nama kakek dari suku Âd yang pertama dan diabadikan menjadi nama dari suku yang memiliki garis

keturunan yang bersumber dari sang kakek itu. 29

25 . Muhammad al-Syaukânî, Fath al-Qadîr…, juz 5,Hal 551. 26 . Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-Qurthûbî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Juz 20, hal

45. 27 . Cerita ini berasal dari Ahlul Kitab yang diriwayatkan oleh Syahr bin Hausyab dari Abu

Hurairah, Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-Qurthûbî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Juz 20, hal 44. 28 . Al-Qasimi mengutip Ibn Khaldun menyatakan bahwa tempatnya diperkirakan terletak di

Yaman Tengah, sebab tempat itu tidak nampak lagi di permukaan bumi. Jamal al-Din al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, jilid 9, Hal 467.

29 . Ibid, hal 467.

Kata al-Bilâd diartikan dengan ( ﺽﺭﻻﺍ ﻲﻓﺍﻭﺒﺭــﻀ ) Dharbû Fî al-Ardh bagian - bagian dari bumi, seperti dikatakan berjalanlah di negeri-negeri, yaitu perjalanan dalam rangka mencari rezeki, seperti pedagang, pengusaha yang banyak berkeliling di setiap negeri. 30 Makna ( ﺩﻼﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﺍﻭﺒﻘﻨﻓ ) Fanaqqabû fî al-Bilâd adalah berjalan di atas negeri-negeri, atau bergerak dan berkeliling. 31

Dalam penafsiran kata al-Bilâd pada ayat-ayat di atas, Sayyid Quthb

menerangkan penafsirannya secara sederhana dan tidak panjang lebar dalam mengungkapkan kisah-kisahnya. Berbeda dengan M. Quraish Shihab yang menerangkan sifat dan karakter dari masing-masing penduduk dari negeri- negeri itu secara lebih luas. Bahkan beliau menyertakan data-data dari hasil- hasil penemuan ilmiah di masa kontemporer. Walaupun pada dasarnya kisah yang ditampilkan keduanya sebagaimana kisah yang diungkapkan oleh mufassir terdahulu.

Kata ( ﺓﺩـﻠﺒ ) baldah ditafsirkan oleh Sayyid Quthb dengan negeri yang berbentuk kerajaan , sebab Sayyid Quthb menerangkan Saba’ sebagai bangsa yang berdomisili di Selatan Yaman, yang memiliki tanah subur, dan dinyatakan sebagai kerajaan. Sedangkan M. Quraish Shihab menafsirkannya dengan negeri, yaitu Negeri Saba.

30 . Abî al-Fidâ’ Ismâ’il bin ‘Umar bin Katsîr, Tafsîr al-Qur’an al-‘Adhîm Juz 7, Hal 408. 31 . Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-Qurthûbî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Juz 17, Hal

Dalam Ensiklopedi al-Qur’an kata baldah dalam surah Saba’ 34 : 15 di atas lebih condong digunakan untuk menyebut suatu wilayah yang relatif lebih sempit dan berkonotasi birokratis, yakni kota atau negeri kota. 32

Saba’ sendiri adalah kabilah yang berasal dari anak-anak Saba’, yaitu Saba’ bin Yusyjab bin Ya’rib bin Qahthân bin Hûd. Makna ( ﺔـﺒﻴﻁ ﺓﺩـﻠﺒ ) adalah negerinya bagus karena banyak pepohonan dan buahnya baik-baik. 33 Kaum

Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup di Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur

sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab. 34

Dari penjelasan ayat diatas baldah merupakan kota atau negeri yang tertentu, karena di dalamnya hanya menceritakan kota atau negeri secara

spesifik yaitu negeri atau kota Saba saja. Penjelasan dari Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab serta fakta sejarah atas negeri Saba di atas, menunjukkan bahwa semuanya memiliki kesepemahaman atas penafsiran ayat-ayat al-Balad tersebut. Namun demikian terdapat ciri khas yang tidak dapat dilupakan dari sosok Sayyid Quthb, yaitu beliau selalu mengkaitkan penafsirannya dengan

32 . Penyusun Ensiklopedi al-Qur’an, Ensiklopedi al-Qur’an …, Hal 282. 33 . Muhammah al-Syaukanî, Fath al-Qadîr..,: Juz 4, Hal 395-396.

34 . www.bangsamusnah.com/peoplesaba.html - 34k - 34 . www.bangsamusnah.com/peoplesaba.html - 34k -

Kata ( ﺩﻠﺒ ) balad ditafsirkan dengan negeri. Negeri yang dimaksud di sini adalah wilayah yang relatif luas dan berkonotasi geografis. Sebab penjelasan Sayyid Quthb melalui pernyataan di balik penciptaan binatang ternak terdapat nikmat yang besar, yaitu adanya kemampuan binatang ternak memikul beban

ke suatu negeri yang tidak sanggup manusia lakukan kecuali dengan susah payah. 35 M. Quraish Shihab menafsirkan Kata balad dengan negeri tertentu . Hal ini dapat dipahami dari kata penafsiran M. Quraish Shihab tentang nikmat yang diperoleh dari penciptaan binatang ternak, ketika binatang ternak itu mampu memikul beban yang berat ke suatu negeri-negeri, -tidak ada penjelasan rincinya, tetapi maksudnya adalah wilayah tertentu yang berkonotasi geografis- yang akan dikunjungi dengan jarak yang begitu jauh.

Kata balad dalam surah al-Nahl 16 : 7 mengandung arti suatu tempat yang meliputi wilayah yang relatif luas dan berkonotasi geografis. 36

Ayat ini merupakan ayat yang diturunkan berkenaan dengan kaum musyrikin Makkah, disebabkan mereka suka hidup dengan serba senang. Mereka pemberani dan hidup dengan senang. Sebagai orang mukmin berkata :

35 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân…, juz 4, hal 2161. 36 . Penyusun Ensiklopedi al-Qur’an, Ensiklopedi al-Qur’an ..., Hal 282.

sesungguhnya azab Allah itu terlihat dalam bentuk kebaikan, dan sungguh kita celaka dalam kelaparan dan kepayahan. Maka turunlah ayat ini. 37 Menurut Ibn Abbas yang dimaksud dengan orang-orang kafir adalah orang- orang Makkah, atau kaum Yahudi di Madinah yang kehidupannya sangat

senang, kehidupan yang mudah, tumbuhan yang banyak, tanah yang luas. 38 Ini merupakan gambaran dari situasi di negeri mana pun, akan selalu

ada manusia kafir di samping orang-orang yang mukmin. Keadaan negeri yang memberikan akses kenikmatan seluas-luasnya untuk manusia berbuat,

ternyata dapat menjadi faktor ujian bagi semua manusia. Apakah kenikmatan itu membuat lalai atau semakin mempertebal keimanannya pada yang Maha Kuasa.

Selain ayat-ayat balad, baldah dan al-Bilâd dengan masing-masing maknanya, juga terdapat ayat-ayat lain yang menggunakan kata selain Balad, baldah dan al- Bilâd yaitu dengan kata al-Dâr 3 ayat ; al-A'raf 7 : 145, al-Mumtahanah 60 : 8-9, kata al-Madinah

56 ayat. Ayat-ayat itu diantaranya adalah :

15 ayat dan dengan kata al-Qoryah

Ayat dengan kata al-Dâr yaitu :

37 . Syeikh Hasanain Muhammad Makhlûf, Tafsîr wa Bayân kalimât al-Qur'an al-Karîm, Maktabah 'Abd al-Wahhâb mirzâ, Makkah al-Mukarramah. Tth, Hal 119-120.

38 . Zamakhsyari, Al-Kasysyâf ‘An Haqâiq al-Tanzil …, juz 1, hal 490.

Artinya : Dan telah kami tuliskan untuknya pada lauh-lauh segala sesuatu, sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu, maka ambillah ia dengan teguh dan suruhlah kaummu mengambil yang terbaik darinya, nanti akan Aku perlihatkan kepada kamu negeri orang-orang yang fasik. (Qs al-A’raf 7 : 145)

Ayat dengan kata al-Madinah diantaranya yaitu :

Artinya : Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di Bumi, dan tidak mengadakan perbaikan. (Qs al-Naml 27 : 48)

Ayat dengan kata al-Qoryah diantaranya yaitu :

Artinya :Padahal betapa banyaknya negeri yang telah kami binasakan, maka datanglah siksaan kami menimpanya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka berbaring di tengah hari. (Qs al-A’raf 7 : 4)

Kota-kota maupun negeri-negeri yang diceritakan oleh al-Qur'an diatas merupakan kota-kota dan negeri-negeri yang tertentu dalam sebuah wilayah yang relatif luas, berkonotasi geografis.

Dalam penafsiran Sayyid Quthb pada tema ini, beliau menekankan penjelasannya pada karakter bangsa yang berada pada sebuah negeri hingga menyebabkan kehancuran, hal ini ditujukan agar manusia tergerak Qalb (hati)- nya untuk tidak meniru karakter-karakter yang dilakukan oleh bangsa yang dimusnahkan itu.

Berbeda dengan M. Quraish Shihab yang menerangkan pada tema ini

secara luas dan gamblang, beliau menjelaskan sifat-sifat kaum yang dimusnahkan itu, menceritakan gambaran umumnya berdasarkan fakta sejarah secara ilmiah, kemudian beliau ungkapkan statemen atas peristiwa yang terjadi pada kaum-kaum itu. Statemen itu diungkapkan, sepertinya merupakan penggambaran atas situasi dan kondisi yang menimpa negerinya. Walaupun beliau bukan seorang politisi, namun beliau sangat peka atas

fenomena yang terjadi disekitarnya. 39

Bukti kepekaan M. Quraish Shihab lainnya adalah respon beliau terhadap kondisi sosial politik yang terjadi di negerinya dengan menyampaikan pesan yang dinamai pesan untuk kepala negara, pesan ini disampaikan menjelang pemilihan putaran kedua Presiden Republik Indonesia

39 . Lihat pernyataan beliau pada penafsiran surat al-Fajr 89 : 11. dan lihat juga penafsiran beliau dalam menerangkan kisah negeri saba’.

untuk periode 2004-2009 yang diikuti oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan

Megawati Soekarnoputri. 40

Dalam penafsiran M. Quraish Shihab ini, tidak terlihat secara nyata, maksud, tujuan dan arah tafsirnya. Seakan-akan tafsirannya merupakan khabar dan informasi belaka, padahal dari penggambaran ini, pembaca dapat mengambil ibrah sesuai dengan pemahaman masing-masing.

Dari penjelasan mufassir klasik, Sayyid Quthb, M. Quraish Shihab dan data sejarah masa lalu, dapat dinyatakan bahwa setelah peristiwa nature

(alami) terjadi yaitu menghidupkan tanah yang mati menjadi subur, al-Qur’an kemudian memahami makna Balad, baldah dan al-Bilâd sebagai perangkat dasar sebuah kehidupan masyarakat dalam bentuk daerah secara umum, kemudian mengarah pada istilah kota atau negeri yang umum dan tertentu. Ini menandakan bahwa Balad, baldah dan al-Bilâd memiliki makna yang berkembang, dan secara inflisit hal ini menyatakan bahwa al-Qur’an telah merinci embrio bagi tumbuhnya sebuah komunitas kehidupan.

Dari paparan Sayyid Quthb dan M. Quraish Shihab pada tema ini, point-point yang menjadi catatan di sini adalah : pemakaian istilah negeri,

40 . Pesan ini kemudian dimuat bersama pesan 19 pakar dari berbagai bidang dan disiplin ilmu, dan diterbitkan oleh Balai Pustaka Jakarta (2004), dengan judul Pesan untuk Presiden periode 2004-

2009. oleh M. Quraish Shihab, pesan ini dimasukkan dalam buku dengan judul Menabur Pesan Ilahi : Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, Jakarta : Lentera Hati, 2006, cet 1, hal 422.

kerajaan, kota dan negara, dengan standar geografisnya luas; lebih sempit, berada di bagian bumi sebagai istilah dalam pemerintahan. Istilah istana, kerajaan, gedung-gedung, benteng, pilar, bendungan, relif merupakan bangunan yang ada dalam sebuah kehidupan dengan peradaban yang tinggi. Membayar pajak, mengatur jalur perdagangan, angkatan bersenjata, perluasan wilayah (ekspansi) dan itu dapat terwujud jika masyarakatnya sudah memiliki sistem pemerintahan.

Dari kehidupan masyarakat masa lalu dengan berbagai sistem pemerintahannya saat itu, terdapat karakter-karekter masyarakatnya yang dapat dijadikan ibrah bagi kehidupan masyarakat berikutnya, karakter- karakter itu adalah :

1. Kemampuan dan peradaban masyarakat : Memahat gunung hingga menjadi rumah, memotong batu untuk dibuat bangunan, bangunan terbuat dari batu pualam. Membangun 1700 kota yang rumah- rumahnya terbuat dari kayu-kayu. Membuat istana-istana, benteng- benteng,

tinggi, kolam-kolam penampungan air, bendungan, aneka tulisan beraksara Arab, Aramiya, Yunani dan Romawi, berdinamika mencari penghidupan antar kota dan negara (berdagang), penjelajahan, penelitian dan pencarian di berbagai

gua-gua,

Bangunan-bangunan Bangunan-bangunan

2. Kondisi kehidupan masyarakatnya : Makmur, bergelimang dengan materi, kebun yang subur, punya kedudukan, kekuasaan, jalan, sarana transportasi, binatang ternak sebagai transportasi antar kota dan negeri.