Tafsir pada ayat-ayat bertema wilayah atau negeri yang bersifat umum.

a. Tafsir pada ayat-ayat bertema wilayah atau negeri yang bersifat umum.

Kata-kata yang dipergunakan dalam enam ayat tema ini adalah baldah, balad dan al-Balad. Kata baldah terdapat pada Qs Qâf 50 : 11; Qs al-Furqan 25 : 49; Qs al-Zukhruf 43 : 11. Kata balad terdapat pada Qs al-Fathir 35 : 9 dan Qs al- A’raf 7 : 57. Sedangkan kata al-Balad terdapat pada Qs al-A’raf 7 : 58.

Kata ( ﺓﺩـﻠﺒ ) baldah ditafsirkan oleh Sayyid Quthb dalam Fî Zhilâl al- Qur’ân dengan ( ﺽﺭﻻﺍ ) bumi. Bumi di sini maksudnya adalah tanah, sebab bumi menurutnya itu merupakan tempat tumbuhnya biji buah, benih dan

pohon kurma. 30 Tanah di sini oleh Sayyid Quthb kemudian dianggap sebagai simbol dari hati. 31 Karena tanah dengan aneka karakter, jenis dan proses yang menimpanya sama dengan karakter, jenis dan proses yang menimpa hati. Penyimbolan tanah dengan hati ini ditujukan untuk memberikan pemahaman

30 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân, ... juz 6, hal 3361. 31 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân, …Juz 3, Hal 1300.

dan sentuhan pada hati manusia, karena hati dianggap Sayyid Quthb sebagai penggerak dan ruh dalam kehidupan manusia. Penafsiran Sayyid Quthb ini dapat terlihat pada tafsir ayat-ayat berikut, diantaranya tafsir pada ayat-ayat yang mengandung kata baldah ini, seperti Qs Qâf 50 : 11 berikut :

Artinya : Untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (kami), dan kami menghidupkan dengannya tanah yang mati. Seperti itulah kebangkitan . (Qs Qâf 50 :

11) Secara garis besar, ayat-ayat itu oleh Sayyid Quthb dihubungkan

dengan alam. Alam dalam hal ini langit, bumi (tanah), gunung-gunung, air yang turun dari langit, diungkapkan sebagai perumpamaan, yaitu perumpamaan bagi orang-orang musyrik yang ingkar, dengan cara menyentuh qalbu (hati) mereka atas fenomena alam yang terjadi. Walau pun alam merupakan perumpamaan, tetapi penjelasannya didasarkan pada peristiwa yang sebenarnya.

Sayyid Quthb menerangkan bahwa berawal dari keingkaran kaum musyrikin atas ba’ats dan keheranan akan cerita dan pembahasan tentangnya, namun al-Qur’an tidak menghadapi keingkaran mereka, lalu dilakukan satu penanganan. Tetapi, al-Qur’an menghadapi qalbu (hati) mereka yang menyimpang supaya kembali kepada kebenaran, meluruskan hal-hal yang bengkok, dan berupaya sejak dini untuk membangunkan qalbu dan Sayyid Quthb menerangkan bahwa berawal dari keingkaran kaum musyrikin atas ba’ats dan keheranan akan cerita dan pembahasan tentangnya, namun al-Qur’an tidak menghadapi keingkaran mereka, lalu dilakukan satu penanganan. Tetapi, al-Qur’an menghadapi qalbu (hati) mereka yang menyimpang supaya kembali kepada kebenaran, meluruskan hal-hal yang bengkok, dan berupaya sejak dini untuk membangunkan qalbu dan

dalam sulbi alam nyata ini. 32

Hal yang mampu menyentuh hati semua manusia itu antara lain ia nyatakan : Maka pandangan mereka diarahkan ke langit, ke bumi, gunung- gunung, air yang turun dari langit, pohon kurma yang tinggi, dan kebun serta tanam-tanaman yang disampaikan dengan ungkapan yang sejalan dengan karakteristik kebenaran yang kukuh, menghujam, dan indah. Keindahan ciptaan, hikmah, dan keteraturan yang ada di balik semua itu merupakan pelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh setiap hamba yang kembali, yaitu

hamba yang pulang kepada Tuhannya dengan segera. 33

Point-point sentuhan diambil dari sesuatu yang sederhana, yaitu melalui alam semesta sebagai kitab kebenaran yang terbuka, yang dapat dibaca oleh setiap bahasa, dan dapat dipahami oleh segala sarana. Dalam kitab makrokosmos itu Allah menggelar lembaran-lembaran kebenaran tentang menghidupkan dan membangkitkan manusia. Kebenaran yang dapat diambil dari alam semesta itu adalah air yang turun dari langit merupakan tanda bagi penghidupan qalbu yang mati, sebelum ia menghidupkan bumi yang mati . Karena hujan tidak hanya menyenangkan anak-anak dan membuat hatinya berbunga-bunga. Tetapi, hati orang dewasa yang peka pun merasa senang

32 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân, juz 6, hal 3360. 33 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân, juz 6, hal 3361.

dengan pemandangan itu dan hatinya bertepuk tangan seperti halnya qalbu anak-anak yang masih bebas dan fitrahnya relatif baru. Allah mensifati air dengan keberkahan. Air berada di tangan Allah dan sebagai sarana untuk menumbuhkan aneka biji buah, benih, dan pohon kurma. Allah telah menyentuh qalbu dengan menyajikan rangkaian proses yang terjadi disekitar manusia secara terus menerus dan berulang-ulang serta akrab bagi manusia sebagai

gambaran dan pembelajaran yang sangat popular dan mudah. 34 Air dan karakteristiknya sebagai bagian dari alam dijelaskan oleh Sayyid Quthb, yaitu : kehidupan di muka bumi ini seluruhnya berasal dari air hujan, secara langsung, atau melalui kanal dan sungai yang mengalir di muka bumi. Juga dari sumber air, mata air dan sumur yang mengalirkan air dari dalam tanah yang pada dasarnya berasal dari air yang merembes ke perut bumi dari hujan tersebut.

Air menjadi rahmat dari Allah untuk manusia. Manusia di mana pun mengharap-harap turunnya hujan sambil merasakan bahwa kehidupan mereka seluruhnya tergantung pada hujan tersebut. Mereka juga menunggu- nunggu angin yang mereka ketahui membawa awan. Mereka bergembira dengan adanya angin yang menandakan akan turunnya hujan itu, dan

34 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân ..., Juz 6, hal 3360-3361.

padanya mereka merasakan rahmat Allah –jika mereka adalah orang-orang

yang hatinya dibukakan untuk beriman oleh Allah-. 35

Air hujan yang diturunkan bersifat bersih dan suci. Hal ini memberikan nuansa tersendiri dalam kehidupan. Nuansa kebersihan dan kesucian, karena Allah menghendaki kehidupan yang bersih dan suci. Dia mensucikan permukaan bumi (tanah) dengan air hujan yang suci sehingga membangkitkan kehidupan yang bersih dan suci dari kematian, yaitu memberi minum manusia

dan hewan ternak yang banyak. 36

Selanjutnya Sayyid Quthb menyatakan bahwa air yang diturunkan dari langit itu diketahui dan dilihat oleh semua manusia. Namun kebanyakan manusia melihat kejadian yang menakjubkan itu tanpa terbangkitkan hatinya dan tanpa tergetar batinnya, karena ia sudah terbiasa dan berulang-ulang melihat hal itu. Sedangkan Nabi Muhammad saw menerima butiran-butiran hujan itu dengan penuh cinta, penyambutan dan penerimaan, dan kegembiraan. Karena air hujan datang kepada Nabi Muhammad dari Allah. Hal ini mengingatkan bahwa hatinya yang hidup itu memahami ciptaan Allah yang maha hidup dalam butir-butir hujan ini, dan melihat tangan-Nya yang

35 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân …, juz 5, hal 2570. 36 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân …, juz 5, hal 2570.

maha pencipta. Seperti itulah seharusnya hati yang bersambung dengan Allah. 37 Air yang diturunkan telah ditetapkan kadarnya dengan teliti, sehingga tidak berlebihan yang bisa menyebabkan bumi ini menjadi tenggelam, juga tak kekurangan sehingga membuat bumi mengering dan kehidupan menjadi binasa. Semua itu sangat menakjubkan sehingga urgensinya dapat diketahui bagi kehidupan ini, dan menjaga kehidupan ini seperti yang dikehendaki Allah. Allah menghidupkan dengan air negeri yang mati, yaitu menghidupkan dari ketiadaan. Dan kehidupan itu mengikuti air, karena dari air-lah semua

kehidupan itu berasal. 38 Ini menunjukkan bahwa pada manusia untuk hidup sesuai dengan kadar kemampuannya, mengikuti aturan main, seimbang, sehingga mampu menciptakan keserasian hidup. Jika tidak melewati garis- garis ini, atau berlebihan maka konsekwensinya adalah ketidak-seimbangan yang akan menimbulkan kehancuran.

Di sini Sayyid Quthb menyajikan ayat diatas sebagai rangkaian dari penggambaran alam semesta yang dapat dijadikan penyentuh qalbu , agar manusia yang ingkar kepada Allah dapat kembali sadar. Tanah yang mati simbol bagi hati yang mati, tanah yang mati tidak dapat menumbuhkan tanaman dan buah-buahan. Demikian juga dengan hati yang mati, ia tidak

37 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân…, juz 5, Hal 3179. 38 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân…,Juz 5, Hal 3179.

dapat memberikan manfaat sedikit pun, bahkan keburukan yang ditimbulkan. Dengan perantaraan air hujan, tanah yang mati dapat hidup dan subur, sehingga dapat menumbuhkan berbagai tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan. Demikian juga hati yang mati, dengan gambaran kitab alam semesta yang salah satunya adalah turunnya air hujan dari langit, diharapkan dapat memberi kesadaran sehingga hatinya menjadi hidup, kembali kepada aturan Tuhan yang menciptakannya. Sehingga kehidupannya dapat memberikan manfaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya.

Kata ( ﺩـﻠﺒ ) balad ditafsirkan oleh Sayyid Quthb dengan tempat atau daerah, bahkan dicontohkan dengan padang pasir. 39 Kata baladin Mayyitin oleh

Sayyid Quthb ditafsirkan dengan Shahrâ’ (padang sahara) dan Jadbân (Tempat/ tanah yang tandus). 40 Tempat di sini merupakan hal yang sebenarnya, yaitu daerah tempat terjadinya kehidupan –baik untuk tumbuhan, hewan dan manusia- yang terjadi dengan proses-proses alam. Terjadinya kehidupan di tempat ini oleh Sayyid Quthb ditujukan untuk menyentuh hati setiap manusia. Ayat-ayat yang mengandung kata balad ini, seperti Qs Fathir 35 : 9 berikut :

39 . Sayyid Quthb, Fi Zhilâl al-Qur’ân …,Juz 5, hal 2929. 40 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân, …Juz 3, Hal 1299.

Artinya : Dan Allah yang mengirimkan angin, lalu ia menggerakkan awan, maka kami menghalaunya ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan dengannya bumi setelah matinya, demikianlah kebangkitan. (Qs Fathir 35 : 9)

Ayat-ayat dengan kata balad di sini konteksnya oleh Sayyid Quthb masih dihubungkan dengan fenomena alam. Bahkan keterangan proses

terjadinya fenomena alam lebih diperjelas lagi, yaitu pemandangan angin yang menggerakkan awan dari lautan, awan panas yang merangsang terlahirnya uap. Sementara angin dingin yang membuat uap itu menjadi tebal hingga menjadi awan. Kemudian Allah menggerakkan awan itu dengan aliran udara di lapisan-lapisan udara yang berbeda. Sehingga ia bergerak ke kanan dan ke kiri sesuai yang dikehendaki Allah, dan kemana yang dia kehendaki untuk bergerak, beserta angin dan aliran udara itu, hingga akhirnya sampai ke tempat yang Dia kehendaki. Ke daerah yang mati, yang di takdirkan dalam ilmu Allah bahwa padanya akan lahir kehidupan dengan awan ini. Semua ini menandakan sebuah siklus kehidupan sebagai wujud kekuasaan Allah dalam fenomena alam.

Air adalah pangkal kehidupan segala sesuatu di muka bumi. ‘ lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu’ dan terjadilah keanehan, yang Air adalah pangkal kehidupan segala sesuatu di muka bumi. ‘ lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu’ dan terjadilah keanehan, yang

debat yang jauh. 41

Sifat manusia yang berlebihan, acuh dan tidak menghiraukan, adalah karakter yang dimaksudkan di sini. Walaupun pemandangan ini hadir dalam

pembentangan dalil-dalil keimanan alam semesta dalam al-Qur’an. Karena ia adalah dalil yang realistis dan inderawi, yang tak dapat diingkari. Juga karena ia –dari segi lain- menggetarkan hati secara nyata, ketika hati itu mendengarkan sambil terjaga. Ia juga menyentuh perasaan dengan sentuhan yang memberi sugesti ketika perasaan itu merenunginya.

Sayyid Quthb lebih banyak mengajak manusia untuk membuka hati dan pikirannya, dengan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam secara sederhana namun sangat rasional, sehingga ini menjadi argumentasi untuk beriman pada sang penciptanya. Di sini point keimanan merupakan intisari yang diinginkan oleh Sayyid Quthb dari setiap manusia, karena keimanan itu merupakan senjata dalam kehidupan. Dan keimanan ini menjadi

41 . Sayyid Quthb, Fi Zhilâl al-Qur’ân …,Juz 5, hal 2929.

faktor bagi pembentukan karakteristik manusia di mana pun berada. Keimanan bagaikan air yang dapat menghidupkan negeri yang mati.

Proses angin yang membawa awan berjalan sesuai dengan hukum Allah pada alam semesta, tetapi ia berjalan dengan hukum yang khusus. Kemudian Allah menghalau awan dengan kadar tertentu ke ‘daerah yang mati’ ( Padang atau tanah tandus ) kemudian Dia menurunkan air dari awan itu

dengan kadar tertentu pula. Setelah itu mengeluarkan bermacam-macam buah-buahan dengan kadar tertentu yang semua itu terjadi sesuai dengan

undang-undang yang diciptakan Allah dan sesuai dengan tabiat alam serta tabiat kehidupan. 42 Dari penjelasan ini, karakter yang dapat diambil adalah kehidupan syarat dengan aturan dan undang-undang, karena hidup harus teratur dan serasi.

Kata ( ﺩـﻠﺒﻟﺍ ) al-Balad yang terdapat dalam Qs al-A'raf 7 : 58 ditafsirkan

dengan bumi atau tanah. Seperti ﺏﻴﻁﻟﺍ ﺩﻠﺒﻟﺍ (tanah atau daerah yang baik) dan ﺩﻠﺒﻟﺍ

ﺙﺒﺨﻟﺍ (tanah atau daerah yang buruk). Al-Balad al-Thayyib ( ﺏﻴﻁﻟ ﺍ ﺩﻠﺒﻟﺍ ) ditafsirkan dengan al-Qalb al-Thayyib. 43 Hal ini didasarkan pada hadits Rasul saw yang menyerupakan al-Qalb dengan al-Ardhu (bumi) dan al-Turbah (tanah) . 44 Al-Balad

42 . Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur’ân, …Juz 3, Hal 1299. 43 . Ibid, juz 3, hal 1300.

44 . Hadits Nabi Saw yang menggambarkan hal ini seperti hadits ﻦﻣ لدﺮﺧ ﺔﺒﺣ لﺎﻘﺜﻣ ﮫﺒﻠﻗ ﻰﻓ ... نﺎﻤﯾإ hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Iman, Imam al-Tirmidzi dalam Kitab

Fitan dan Ibn Majah dalam Kitab Fitan.

al-Khabits ( ﺙـﺒﺨﻟﺍ ﺩﻠﺒﻟﺍ ) ditafsirkan dengan hati yang buruk diserupakan dengan bumi atau tanah yang tandus. Keduanya, hati dan tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman dan penghasil buah. Hati menumbuhkan niat dan perasaan, kesan dan tanggapan, arah dan tekad. Sesudah itu menimbulkan perbuatan dan bekas (ekses) dalam kehidupan nyata. 45 Dan bumi tempat tumbuhnya tanam-tanaman yang menghasilkan buah-buahan dengan bermacam-macam rasa, warna, dan jenisnya.

Petunjuk, ayat-ayat Allah, pelajaran, nasehat turun pada hati seperti turunnya air pada tanah . Jika hatinya baik ia seperti tanah yang subur, niscaya ia akan terbuka dan menerima, tumbuh dan berkembanglah kebaikan di dalamnya. Jika hati itu rusak dan buruk seperti tanah yang tandus, maka ia tertutup dan keras. Ia hanya berisi keburukan, kemungkaran, kerusakan, dan bencana. Ia menumbuhkan duri dan pohon-pohon yang mengganggu,

sebagaimana halnya tanah yang tandus. 46 Tanah dan hati dalam kondisi seperti ini menjadi sarana bagi kehidupan, sebab dalam hidup sarana dan prasarana menjadi prasyarat bagi keseimbangan hidup, yang dicita-citakan semua manusia.