36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Penelitian
Berdasarkan kesepakatan dengan guru mata pelajaran kelistrikan otomotif, pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dilakukan selama dua siklus dan apabila hasil penelitian sudah mencapai indikator keberhasilan maka siklus dihentikan.
Materi yang dipelajari adalah sistem sistem pengapian konvensional. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Mei 2013, sedangkan
siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 Mei 2013. Dalam hal ini juga disepakati bahwa saat penelitian guru sebagai
pelaksana kegiatan pembelajaran tipe STAD dan nantinya dilakukan juga pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa dalam penelitian ini dengan
lembar observasi. Adapun jadwal penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Jadwal penelitian tindakan kelas Siklus
Hari Tanggal
Jam Keterangan
I Senin
20 Mei 2013 08.30-13.00
Jam ke 2-8 II
Senin 27 Mei 2013
08.30-13.00 Jam ke 2-8
B. Hasil Penelitian
1. Desain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Berdasarkan pada landasaan teori pada BAB II maka langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan
dalam penelitian ini memperoleh hasil pada gambar 12 sebagai
berikut.
Gambar 12. Desain model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Gambar diatas menunjukkan desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang yang diterapkan dalam penelitian ini yang
terdiri dari : 1 guru menyampaikan materi pembelajaran sistem pengapian konvensional kels X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang
Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi kelompok
Guru menyampaikan materi sistem pengapian konvensional
Guru mengarahkan siswa kedalam kelompok
Guru mengadakan tes evaluasi sistem sistem pengapian
Guru memberikan nilai dari hasil tes sistem sistem pengapian
secara singkat. 2 setelah guru menyampaikan materi, kemudian guru mengarahkan siswa kedalam kelompok, yang terdiri dari 9 kelompok
dan setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. 3 setelah dilakukan pembagian kelompok, masing masing kelompok diberikan persoalan
yang berupa materi sistem pengapian konvensional yang terdiri dari pengertian, komponen dan cara kerja sistem sistem pengapian
konvensional dan diwajibkan setiap kelompok bertanggung jawab kepada setiap anggota kelompok untuk bisa menguasai dan mengerti
materi yang di diskusikan masing-masing kelompok. 4 guru mengadakan evaluasi terhadap materi yang telah diajarkan dan disini
dilakukan tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal. 5 guru memberikan nilai dari hasil tes yang telah dilakukan pada
pertemuan berikutnya. Desain pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup mudah diterapkan dan dapat melatih siswa untuk melakukan
kegiatan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan penelitian kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh Nugroho dkk, 2009:112
dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 yang penelitiannya menyebutkan bahwa:
Kelebihan penerapan metode kooperatif tipe STAD berorientasi keterampilan proses adalah siswa
berusaha mencari pengetahuannya sendiri dengan keterampilan proses yang dimiliki dan melatih siswa
melaksanakan praktikum sehingga siswa mampu bekerja dan berdiskusi kelompok serta belajar merumuskan
pengetahuan yang diperoleh sehingga pembelajaran terpusat pada siswa.
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK
Negeri 4 Semarang dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Masing-masing siklus dalam penelitian ini menghasilkan data yang berupa hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dapat dilihat pada gambar 13 sebagai berikut.
Gambar 13. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD Dari gambar diatas dapat diuraikan penjelasan setiap siklusnya
sebagai berikut. Observasi I
Observasi II Siklus I
Siklus II Mulai
Perencanaan I Tindakan I
Refleksi I Perencanaan II
Tindakan II Refleksi II
Selesai
a. Siklus I 1 Perencanaan siklus I
Perencanaan dalam penelitian ini yang dilakukan adalah a berkoordinasi dengan guru kelas X SMK Negeri 4 Semarang
tentang penelitian yang akan dilakukan, b membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sistem sistem pengapian
konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, c membuat instrumen penilaian, yang terdiri dari
instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dan instrumen non tes yang berupa lembar observasi
yang terdiri dari beberapa indikator diantaranya proses STAD, keaktifan siswa, perhatian siswa, kedisiplinan, penugasan dan
tolak ukur keberhasilan pembelajaran , d pembagian kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 9 kelompok yang
terdiri dari 4 siswa pada masing-masing kelompok. 2 Tindakan dan observasi siklus I
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan observasi terhadap siswa selama
siswa mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan
lembar observasi.
Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dalam penelitian ini menggunakana model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari 1
penyampaian materi sistem pengapian konvensional oleh guru mata pelajaran kelistrikan otomotif kelas X TKR 1 SMK
Negeri 4 Semarang secara singkat, 2 mengarahkan siswa kedalam kelompok yang telah ditetapkan pada tahap
perencanaan sebelumnya, 3 mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok terhadap materi sistem
sistem pengapian konvensional, 4 mengadakan tes evaluasi setelah kegiatan diskusi kelompok yang berupa soal pilihan
ganda yang berjumlah 30 soal dan siswa dilarang membuka buku atau catatan serta tidak boleh saling mencontek untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah di diskusikan, 5 guru menutup kegiatan pembelajaran
pada siklus I. Setelah kegiatan belajar siklus I selesai maka diperoleh hasil dari tes dan hasil dari observasi siswa. Adapun
rata-rata hasil tes pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang secara
umum adalah 69,97 dan ketuntasan belajar disini diperoleh 30,55 dari seluruh siswa yaitu 11 siswa yang tuntas dari 36
siswa. Sedangkan pada hasil tes terdahulu pada materi sistem pengapian konvensional didapatkan hasil tes rata-rata siswa
adalah 67,7 dan ketuntasan belajar siswa diperoleh 27,77 dari seluruh siswa yaitu 10 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari
hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang
diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar belum memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM,
yaitu 75. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dilakukan pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dan
didapat hasil rata-rata kegiatan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan kepada siswa sebesar
52,5, hasil ini masih kurang seperti yang diharapkan untuk memenuhi indikator keberhasilan pada tingkat keaktifan siswa
dengan presentase standar 75. Kurang maksimalnya nilai tes dan aktifitas pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ini kemungkinan disebabkan faktor
keaktifan siswa yang masih banyak kekurangan, selain itu siswa belum sepenuhnya bisa menerima model pembelajaran
yang diterapkan yaitu dengan model pembelajaran tipe STAD. 3 Refleksi siklus I
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi sistem sistem pengapian
konvensional belum memuaskan, baik dari segi tes maupun non tes. Hasil rata-rata belajar pada materi sistem pengapian
konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang
mencapai 69,97. Hasil ini belum baik, karena masih belum memenuhi KKM. Sedangkan untuk ketuntasan belajar masih
30,55 yaitu sebanyak 11 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa.
Hasil non tes yang berupa lembar observasi diperoleh hasil rata-rata proses pembelajaran kooperatif tipe STAD
52,5. Selain itu masih banyak permasalahan yang didapat saat proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa
kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang, diantaranya sebagai berikut.
a Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD masih kurang
dan masih banyak siswa yang belum bisa menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga guru
perlu memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran dengan model ini dan diupayakan memberikan pertanyaan
yang lebih menarik sehingga nantinya diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini. b Perhatian siswa kepada guru saat memberikan penjelasan
tentang materi yang diberikan masih kurang diperhatikan, sehingga siswa menjadi kurang paham tentang materi yang
disampaikan oleh guru. Disamping itu masih banyak siswa yang belum bisa terfokus untuk melakukan kegiatan diskusi
kelompok mengenai materi sistem pengapian konvensional. Dalam hal ini pada siklus berikutnya guru berusaha
memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa agar dari masing-masing siswa siap untuk menjawab apabila
nantinya diberikan pertanyaan oleh guru. Selain itu pula guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Sehingga nanti pada saat dilakukan kegiatan
diskusi kelompok siswa tiap kelompok bisa lebih terfokus pada materi yang sedang di diskusikan.
c Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang berupa KKM yang belum mencapai standar yaitu 75, dimana terdapat
banyak sekali kekurangan dalam hal ini siswa masih banyak yang kurang memahami materi yang telah
diajarkan, pada saat guru bertanya kepada siswa dan siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
tersebut. Selain itu juga siswa yang mau bertanya kepada guru masih sedikit sekali. Dengan demikian guru harus bisa
lebih terbuka, tidak membatasi diri atau akrab dengan siswa serta pemberian reward atau hadiah kepada siswa yang mau
bertanya yang hadiah tersebut berupa penambahan nilai.
Hal yang terpenting pada pembelajaran kooperatif tipe STAD disini adalah proses diskusi siswa pada tiap-tiap
kelompok yang masih banyak kekurangan, dimana hanya sebagian kecil siswa yang mau atau melakukan kegiatan
diskusi kelompok. Hali ini dapat dilihat dari masih banyakknya siswa yang sering berbicara sendiri atau sering
mengganggu kelompok lain. Dalam hal ini guru harus sering berkeliling pada setiap kelompok dan memberikan
arahan kepada masing-masing kelompok agar dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Berikut adalah
tabel 2 ringkasan dari permasalahan yang didapat dari refleksi siklus 1.
Tabel 2. Ringkasan permasalahan dalam penelitian siklus I No
Permasalahan dalam siklus I 1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe STAD masih kurang 2. Siswa masih kurang terfokus dalam kegiatan diskusi
kelompok 3. Rata-rata hasil belajar siswa belum memenuhi KKM
75
Berdasarkan ringkasan permasalahan pada tabel 2 diatas
dapat diketahui
bahwa, terdapat
beberapa permasalahan pada siklus I yang nantinya perlu dilakukan
perbaikan pada perencanaan siklus II.
b. Siklus II 1 Perencanaan II
Pada perencanaan siklus II ini hanya dilakukan persiapan seperti halnya siklus I tetapi lebih ditekannya pada
upaya yang dilakukan dalam perbaikan dari permasalahan yang didapat pada siklus I dalam proses pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang, diantaranya sebagai berikut.
a. Sebelum guru memberikan materi tentang sistem sistem pengapian konvensional guru memberikan gambaran lagi
mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dan guru berupaya memberikan pertanyaan yang lebih menarik
sehingga nantinya siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Dan guru
selalu memberikan motifasi kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran ini secara lebih maksimal
lagi dan siswa menjadi lebih tertarik lagi dengan model pembelajran kooperatif tipe STAD yang diterapkan.
b. Dalam siklus ini guru berusaha memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa agar dari masing-masing siswa
siap untuk menjawab apabila diberikan pertanyaan oleh guru. Selain itu pula guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Hal ini merupakan upaya
agar perhatian siswa bisa lebih terfokus pada materi yang sedang diajarkan.
c. Kemudian guru harus lebih terbuka, tidak membatasi diri atau akrab dengan siswa serta pemberian reward atau
hadiah kepada siswa yang mau bertanya yang hadiah tersebut berupa penambahan nilai. Selain itu saat
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses diskusi siswa di tiap-tiap kelompok guru selalu memantau setiap
kelompok dan memberikan arahan kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dapat melakukan kegiatan
diskusi dengan baik. 2 Tindakan dan observasi siklus II
Pelaksanaan tindakan dalam siklus II ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan observasi terhadap siswa selama
siswa mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan lembar observasi seperti halnya siklus I. Tetapi
dalam siklus II ini pelaksanaan tindakan lebih ditekankan pada kegiatan yang dalam refleksi siklus I terdapat beberapa
kendala, diantaranya adalah : 1 sebelum penyampaian materi sistem pengapian konvensional oleh guru mata pelajaran
kelistrikan otomotif kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang guru
kembali memberikan
gambaran lagi
mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD dan guru memberikan
pertanyaan kepada siswa yang lebih menarik lagi serta lebih memberikan motifasi-motifasi yang dapat membangkitkan
gairah belajar siswa sehingga siswa menjadi semangat untuk mengikuti kegiatan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
STAD 2 guru kembali mengarahkan siswa kedalam kelompok yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan sebelumnya,
yang terdiri dari 9 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa 3 mengarahkan siswa untuk melakukan
kegiatan diskusi kelompok terhadap materi sistem sistem pengapian konvensional dan guru lebih sering berkeliling untuk
mengecek sejauh mana tiap kelompok melakukan kegiatan diskusi serta memberikan arahan-arahan terhadap materi sistem
pengapian konvensional yang sedang di diskusikan, dengan demikian setiap siswa dalam kelompok tersebut bertanggung
jawab untuk paham dan menguasai materi sistem sistem pengapian konvensional yang sedang di diskusikan, selain itu
masing-masing siswa tiap kelompok juga bertanggung jawab atas teman lain dalam kelompoknya untuk saling menjelaskan
materi yang kiranya masih kurang dipahami 4 sebelum mengadakan tes evaluasi setelah kegiatan diskusi kelompok
yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal guru kembali memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan materi sistem pengapian konvensional dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya lagi serta siswa
dilarang membuka buku atau catatan dan tidak boleh saling mencontek untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang telah di diskusikan, kemudian guru berkeliling untuk memastikan siswa sejauh mana mereka
mengerjakan soal tersebut. Hal ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjawab soal tes dari siklus I dan
diharapkan hasilnya akan lebih baik lagi 5 guru menutup kegiatan pembelajaran pada siklus II dan sedikit mengulas
kembali materi sistem pengapian konvensional yang telah dijelaskan tadi, serta memberikan lagi kesempatan bertanya
kepada siswa yang masih kurang jelas terhadap materi sistem pengapian konvensional. Setelah kegiatan belajar siklus II
selesai maka diperoleh hasil dari tes dan hasil dari observasi siswa. Adapun hasil tes pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada siklus II menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1
SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata
yang cukup meningkat dari siklus I yaitu sebesar 81,05 untuk
ketuntasan belajar disini juga meningkat yaitu 86,11 dari seluruh siswa yaitu 31 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari
hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar
sudah memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, yaitu 75. Hal ini disebabkan karena dilakukan perbaikan-
perbaikan dari refleksi siklus I sehingga kelemahan yang ada pada siklus II dapat diminimalisir dengan baik. Pada siklus II
ini diperoleh hasil observasi yang sudah cukup meningkat daripada siklus sebelumnya. Hal ini juga dapat diketahui untuk
rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 88. Dalam siklus II ini para siswa sudah dapat
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan dan cukup antusias untuk mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan. Hal ini dapat dibuktikan sesuai dengah hasil peningkatan rata-rata hasil
observasi dari pada siklus yang sebelumnya. 3 Refleksi siklus II
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi sistem sistem pengapian
konvensional belum memuaskan, baik dari segi tes maupun non tes. Serta perbaikan dari permasalahan yang didapat pada
siklus I
telah dilaksanakan
dengan baik
sehingga
permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus I dapat diminimalisir pada siklus II dan perbaikan-perbaikan dari
beberapa permasalahan tersebut telah dijelaskan pada perencanaan siklus II. Hasil rata-rata belajar pada materi sistem
pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang mencapai 69,96. Hasil ini belum baik, karena
masih belum memenuhi KKM. Sedangkan untuk ketuntasan belajar masih 30,55 yaitu sebanyak 11 siswa yang sudah
tuntas dari 36 siswa. Hasil belajar pada siklus I tersebut kemudian diperbaiki dengan pembelajaran siklus II yang
mendapatkan hasil positif yaitu dengan meningkatnya hasil rata-rata belajar menjadi 81,05 sedangkan untuk ketuntasan
belajar juga meningkat menjadi 86,11 yaitu 31 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa. Hasil dari pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada siklus II ini telah masuk dalam kategori baik yang merupakan target penelitian. Hasil dari siklus II juga
sudah memenuhi batas KKM yaitu 75. Demikian pula dengan hasil non tes yang berupa lembar
observasi diperoleh hasil rata-rata proses pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup meningkat dari siklus I dari 52,5
menjadi 88. Hal itu disebabkan karena permasalahan yang terdapat pada siklus I telah berkurang setelah dilaksanakan
upaya perbaikan dari permasalah yang di dapat pada siklus I. Berikut tabel 3 ringkasan refleksi siklus II.
Tabel 3. Ringkasan refleksi siklus II No
Hasil refleksi siklus II 1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe STAD meningkat dari 52,5 menjadi 88
2. Siswa masih kurang terfokus dalam kegiatan diskusi kelompok sudah mulai berkurang dari 25,9 menjadi
86,1 3. Rata-rata hasil belajar siswa telah memenuhi KKM
yaitu dari 69,97 menjadi 81,05
3. Data Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Dalam penelitian ini diperoleh data hasil belajar yang berupa data hasil tes dan data hasil observasi, dimana data tersebut digunakan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang. data hasil belajar pada penelitian ini akan di uraikan sebagai
berikut. a. Hasil tes siklus I
Rata-rata hasil tes siklus I pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara umum dapat digambarkan seperti tabel 4.
Tabel 4. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I
Siklus I Hasil
Rata-rata 69,97
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 46
Ketuntasan belajar 30,55
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK
Negeri 4 Semarang pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata 69,97 dari
36 siswa, dan nilai tertinggi 90 serta nilai terendah 46. Untuk ketuntasan belajar disini diperoleh 30,55 dari seluruh siswa yaitu
11 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata- rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui
bahwa ketuntasan belajar belum memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, yaitu 75.
b. Hasil observasi siklus I Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK
Negeri 4 Semarang berdasarkan beberapa indikator yang dapat mengambarkan setiap proses pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada setiap siklus yang di ikuti oleh siswa. Hal ini juga dapat dilihat dari tabel 5 hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Tabel 5. Hasil observasi kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang
pada siklus I
Hasil dari tabel observasi siklus I dapat dilihat aktifitas siswa juga mempengaruhi dari kurangnya nilai hasil siklus I, yang
terinci sebagai berikut: 1 siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
24,1, 3 perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25, 4 kedisiplinan siswa 100, 5 penugasan yang didapat oleh
siswa 88, 6 Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9.Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan
No Hal yang diamati
Siklus I Jumlah
Rata-rata 1.
Proses STAD a. Memperhatikan guru
28 51,9
b. Belajar dalam tim 36
c. Mengerjakan tes 92
2. Keaktifan
siswa a. Siswa aktif mencatat materi
56 24,1
b. Siswa aktif bertanya 11
c. Siswa aktif mengajukan ide 5,6
3. Perhatian
siswa a. Diam dan tenang
31 25
b. Terfokus pada materi 5,6
c. Antusias 39
4. Kedisiplinan
a. Kehadiran absensi 100
100 b. Datang tepat waktu
100 c. Pulang tepat waktu
100 a. Mengerjakan semua tugas
92 s
a
observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5. Kurang maksimalnya nilai tes pada materi sistem pengapian konvensional
kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ini kemungkinan disebabkan faktor keaktifan siswa yang dapat dilihat
pada tabel observasi siklus I, menjadikan siswa memperoleh nilai yang kurang. Selain itu siswa belum sepenuhnya bisa menerima
model pembelajaran yang diterapkan yaitu dengan model pembelajaran tipe STAD.
a. Hasil tes siklus II Hasil tes siklus II pada materi sistem pengapian
konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berdasarkan apa yang telah dilakukan perbaikan mengenai apa saja kekurangan yang terdapat pada siklus I telah mengalami
peningkatan. Adapun hasil tes pembelajaran kooperatif tipe STAD diuraikan pada tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II
Siklus II Hasil
Rata-rata 81,05
Nilai tertinggi 96
Nilai terendah 70
Ketuntasan belajar 86,11
Dari tabel 6 hasil tes siklus II diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem sistem pengapian
konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD diperoleh rata-rata yang cukup meningkat dari siklus I yaitu sebesar 81,05 dari 36 siswa, dan nilai tertinggi mencapai 96 serta
nilai terendah 70. Untuk ketuntasan belajar disini juga meningkat yaitu 86,11 dari seluruh siswa yaitu 31 siswa yang tuntas dari 36
siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar
sudah memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, yaitu 75. Hal ini disebabkan karena dilakukan perbaikan-perbaikan pada
siklus I sehingga kelemahan yang ada pada siklus II dapat diminimalisir dengan baik.
b. Hasil observasi siklus II Pada siklus II ini diperoleh hasil observasi yang sudah
cukup meningkat dari pada siklus sebelumnya. Hal ini juga dapat dilihat dari tabel 7 hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Tabel 7. Hasil observasi kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat aktifitas siswa sudah cukup baik dari pada siklus I, yang terinci sebagai berikut: 1 siswa
mengikuti pembelajaran STAD 86,1, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 75,9, 3 perhatian siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran 79,6, 4 kedisiplinan siswa 100, 5 penugasan yang didapat oleh siswa 100, 6 Tolak ukur
keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 86,1.Sedangkan
untuk rata-rata
keseluruhan observasi
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 88. Dalam siklus II ini para siswa sudah dapat mengikuti model pembelajaran kooperatif
tipe STAD yang telah diterapkan dan cukup antusias untuk mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah
No Hal yang diamati
Siklus II Jumlah Rata-rata
1. Proses STAD
a. Memperhatikan guru 81
86,1 b. Belajar dalam tim
78 c. Mengerjakan tes
100 2.
Keaktifan siswa
a. Siswa aktif mencatat materi 97
75,9 b. Siswa aktif bertanya
78 c. Siswa aktif mengajukan ide
53 3.
Perhatian siswa
a. Diam dan tenang 75
79,6 b. Terfokus pada materi
89 c. Antusias
75 4.
Kedisiplinan a. Kehadiran absensi
100 100
b. Datang tepat waktu 100
c. Pulang tepat waktu 100
5. Penugasan
a. Mengerjakan semua tugas 100
100 b. Ketepatan mengumpulkan tugas
100 c. Mengerjakan sesuai perintah
100 6.
Tolak ukur keberhasilan
pembelajaran a. Pemahaman terhadap materi
92 86,1
b. Bertanya kepada guru 86
c. Berdiskusi dengan kelompoknya 81
diterapkan. Hal ini dapat dibuktikan sesuai dengah hasil peningkatan rata-rata hasil observasi dari pada siklus yang
sebelumnya.
C. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa untuk desain penelitian pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang di terapkan pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang telah berjalan baik sesuai dengan hasil penelitian, hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Karimah 2013:85, dalam jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan yang
menyatakan bahwa: Skenario pembelajaran model kooperatif tipe STAD
materi Trigonometri yang operasional adalah skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik kelas XI IPA yang disusun dalam bentuk RPP yang memuat langkah-langkah proses
pembelajaran yang mencirikan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dengan demikian desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang sederhana dan mudah
diterapkan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi sistem pengapian konvensional kelas X SMK Negeri 4 Semarang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus telah dijabarkan dalam
hasil penelitian sebelumnya. Dalam perencanaan siklus I dilakukan
beberapa persiapan diantaranya 1 berkoordinasi dengan guru kelas X SMK Negeri 4 Semarang tentang penelitian yang akan dilakukan, 2
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sistem pengapian konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 3
membuat instrumen penilaian, yang terdiri dari instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dan instrumen non tes yang
berupa lembar observasi yang terdiri dari beberapa indikator diantaranya proses STAD, keaktifan siswa, perhatian siswa, kedisiplinan, penugasan
dan tolak ukur keberhasilan pembelajaran 4 pembagian kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 9 kelompok yang terdiri dari 4 siswa
pada masing-masing kelompok. Kemudian untuk siklus II kegiatan perencanaan prinsipnya sama dengan perencanaan siklus I hanya saja
ditambahkan dengan perbaikan yang didapat pada refleksi siklus I dimana sebelumnya pada siklus I terdapat beberapa persoalan yang sedikit
mengganggu kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD, oleh karena itu dilakukan perbaikan pada perencanaan siklus II diantaranya adalah : 1
sebelum guru memberikan materi tentang sistem pengapian konvensional guru memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini dan guru berupaya memberikan pertanyaan yang lebih menarik sehingga nantinya siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, 2 guru selalu memberikan motifasi kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran ini
secara lebih maksimal lagi dan siswa menjadi lebih tertarik lagi dengan
model pembelajran kooperatif tipe STAD yang diterapkan. Dalam siklus ini guru berusaha memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa agar
dari masing-masing siswa siap untuk menjawab apabila diberikan pertanyaan oleh guru. Selain itu pula guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Hal ini merupakan upaya agar perhatian siswa
bisa lebih terfokus pada materi yang sedang diajarkan, 3 kemudian guru harus lebih terbuka, tidak membatasi diri atau akrab dengan siswa serta
pemberian reward atau hadiah kepada siswa yang mau bertanya yang hadiah tersebut berupa penambahan nilai. Selain itu saat pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada proses diskusi siswa di tiap-tiap kelompok guru selalu berkeliling pada setiap kelompok dan memberikan arahan
kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Dengan demikian kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dapat meningkatkan siswa untuk
melakukan kegiatan diskusi sehingga siswa lebih mengerti tentang materi yang di sampaikan guru dan siswa cenderung lebih aktif untuk melakukan
kegiatan diskusi. Seperti pada penelitian Siregar 2013:52, dalam Jurnal Penelitian Tindakan Kelas menyatakan bahwa, penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam pembelajaran
kimia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan analisa hasil tes siklus I dan siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Pada pembelajaran siklus I
diperoleh nilai rata-rata 69,97 yang belum memenuhi KKM. Hasil tersebut mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran siklus II yang
mana diperoleh nilai rata-rata 81,05 dan telah memenuhi KKM yaitu 75,00. Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar siswa yang dalam siklus I
mencapai 30,55 dari jumlah keseluruhan siswa yang berarti 11 siswa berkategori tuntas dan 25 siswa berkategori belum tuntas pada siklus II
menjadi 86,11 dari jumlah keseluruhan siswa yang berarti 31 siswa berkategori tuntas dan 5 siswa berkategori belum tuntas. Perolehan
peningkatan ini juga bisa dilihat dari hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan siklus II yang terinci sebagai
berikut: 1 siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9 menjadi sebesar 86,1, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1
menjadi sebesar 75,9, 3 perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25 menjadi sebesar 79,6, 4 kedisiplinan siswa 100
tetap bertahan pada 100, 5 penugasan yang didapat oleh siswa 88 menjadi sebesar 100, 6 Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang
telah diikuti oleh siswa 25,9 menjadi sebesar 86,1. Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
52,5 meningkat sebesar 88. Peningkatan hasil belajar dengan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1
SMK Negeri 4 Semarang dari siklus I ke siklus II dapat dilihat dalam gambar 14 dibawah ini.
Gambar 14. Peningkatan rata-rata hasil tes siklus I dan siklus II Gambar diatas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Dari
diagram tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata 69,97 dan setelah dilakukan perbaikan dalam
pembelajaran, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata yang meningkat yaitu 81,05 dengan besar peningkatan 11,08. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil
penelitian Scott dalam Wahyudi dkk, 2012:62 menyatakan bahwa: Penerapan model STAD dapat membuat siswa yang
bekerja dalam kelompok masyarakat belajar lebih mudah belajar dan bekerja dengan siswa lain sehingga dapat lebih
mudah mempelajari dan mengingat materi yang disampaikan oleh guru. Perkembangan learning community siswa yang baik
ini membawa dampak positif pada nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik dimana tiap-tiap siklus mengalami peningkatan
Kemudian untuk ketuntasan siswa pada pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 15 dibawah ini.
60 65
70 75
80 85
Siklus I Siklus II
Rata-rata hasil tes
Rata-rata 69,97
81,05
Gambar 15. Peningkatan ketuntasan belajar siklus I dan siklus II Gambar diatas menunjukkan hasil ketuntasan belajar siswa. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran siklus I ketuntasan siswa mencapai 30,55 yang berarti 11 siswa yang tuntas
belajar dari 36 siswa dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II diperoleh ketuntasan siswa 86,11 yang berarti 31 siswa
yang tuntas belajar dari 36 siswa, dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 55,56, hal ini sejalan dengan
penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh Rahmanika dkk, 2011:87 dalam Jurnal Wahana-Bio
menyatakan bahwa: Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan
mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥
85. Pada siklus 1 dari ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pretes sebesar 68,9 menjadi 89,6 pada postes, dan
siklus 2 dari 78,4 pada prestes menjadi 89,2 pada postes. Hasil selama proses pembelajaran yang termasuk kategori
cukup baik menjadi baik.
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
Siklus I Siklus II
Ketuntasan belajar siswa
Ketuntasan belajar 30,55
86,11
Dari hasil tes rata-rata siklus I dan siklus II juga dapat dibandingkan dengan hasil tes rata-rata yang diperoleh dari kegiatan tes
yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan penelitian, yang dapat dilihat pada gambar 16 dibawah ini.
Gambar 16. Peningkatan rata-rata hasil tes keseluruhan Dari hasil peningkatan rata-rata tes keseluruhan yang dilakukan oleh guru
sebelum penelitian dan kemudian dilakukan tes pada penelitian siklus I dan siklus II dapat dijelaskan bahwa hasil tes rata-rata siswa sebelum diberikan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 66,7 hal ini masih jauh dari KKM yang ditentukan yaitu 75. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dilakukan tes pada siklus I didapat hasil tes rata-rata siswa sebesar 69,97 dan belum mencapai KKM yang ditentukan.
Kemudian pada refleksi siklus I didapat permasalahan-permasalahan yang
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Kemampuan Awal
Siklus I Siklus II
Peningkatan rata-rata hasil tes keseluruhan
Rata-rata hasil tes
66,7 69,97
81,05
kemudian pada perencanaan siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga dapat diminimalisir permasalah tersebut pada siklus II yang menghasilkan nilai tes
rata-rata siswa menjadi meningkat dan telah memenuhi KKM yaitu sebesar 81,05. Kemudian untuk ketuntasa belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar 17 dibawah ini.
Gambar 17. Peningkatan ketuntasan belajar siswa keseluruhan Gambar 17 menunjukkan hasil ketuntasan belajar siswa. Dari gambar
tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran pada kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai 27,77
dengan 10 siswa yang tuntas belajar. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I
ketuntasan siswa mencapai 30,55 yang berarti 11 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
Kemampuan Awal
Siklus I Siklus II
Ketuntasan belajar siswa keseluruhan
Ketuntasan belajar
27,77 86,11
30,55
diperoleh ketuntasan siswa 86,11 yang berarti 31 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa, dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II
mencapai 55,56 dan dari kemampuan awal siswa ke siklus II menjadi 58,41. Sedangkan perolehan tingkat keaktifan siswa dari hasil observasi pada
pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini.
Gambar 18. Peningkatan hasil observasi belajar siklus I dan siklus II Dari gambar 18 dapat diketahui bahawa hasil observasi antara
siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Beberapa indikator hasil observasi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 siswa mengikuti
pembelajaran STAD 51,9 menjadi sebesar 86,1, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1 menjadi sebesar 75,9, 3
perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25 menjadi sebesar 79,6, 4 kedisiplinan siswa 100 tetap bertahan pada 100, 5
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
100.00
Siklus I siklus II
Proses STAD Keaktifan siswa
Perhatian siswa Kedisiplinan
Penugasan Tolak ukur
keberhasilan pembelajaran
penugasan yang didapat oleh siswa 88 menjadi sebesar 100, 6 Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9
menjadi sebesar 86,1. Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5 meningkat sebesar 88,
untuk besar peningkatan hasil observasi dari siklus I ke siklus II sebesar 35,5 dan dapat dilihat dari gambar 19 dibawah ini.
Gambar 19. Rata-rata hasil observasi keseluruhan siklus I dan siklus II Peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional pada kels X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dari siklus I ke siklus II dapat
disebabkan oleh kelebihan-kelebihan yang ada pada model pembelajaran tersebut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
menjadi solusi agar pembelajaran lebih menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran kooperatif tipe STAD
tersebut. Penelitian ini terdapat indikator keberhasilan penelitian, dimana penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi beberapa
0.00 50.00
100.00
Siklus I Siklus II
Rata-rata hasil observasi
Rata-rata hasil observasi
52,5 88
indikator keberhasilan yang ada. Hasil dari penelitian ini diperoleh dari hasil akhir penelitian sebagai berikut.
a. Rata-rata kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai 81,05 dan untuk batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM adalah
75,00 dari hasil tes. Sehingga dari hasil penelitian ini bahwa hasil rata- rata tes telah memenuhi batas KKM yaitu 81,05.
b. Presentase keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II rata-rata 88 siswa yang aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran tersebut. Sedangkan untuk batas keberhasilan presentase keaktifan siswa dalam kegiatan observasi adalah 75.
Sehingga dari hasil penelitian ini bahwa hasil observasi dari keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe STAD
sudah berhasil dan telah memenuhi batas keberhasilan yaitu 88. c. Jumlah siswa yang berkategori tuntas setelah penelitian ini selesai
adalah 86,11 pada siklus II, yang berarti 31 siswa telah berhasil memenuhi KKM yang ada dari 36 siswa dalam kelas X TKR 1 SMK
Negeri 4 Semarang. Sedangkan batas untuk ketuntasan belajar disini adalah 75 dari jumlah keseluruhan siswa. Berarti dengan demikian
kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka
sebesar 86,11 atau sejumlah 31 siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar dari 36 siswa.
Dari beberapa indikator keberhasilan penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang. Oleh karena itu,
tidak perlu dilakukan ke siklus selanjutnya.
70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada penelitian ini cukup sederhana dan di fokuskan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan diskusi dalam kelompok, sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi berpusat pada siswa untuk melakukan
kegiatan diskusi, sedangkan guru hanya mengawasi serta mengarahkan siswa dalam kegiatan diskusi.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional pada siklus I masih didapat beberapa
kendala yang menyebabkan hasil belajar siswa belum mencapai KKM 75 salah satunya adalah aktifitas belajar siswa yang masih kurang.
Pada siklus II hasil belajar siswa dapat meningkat dikarenakan perbaikan terhadap aktifitas belajar siswa sehingga pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat berjalan dengan baik. 3. Rata-rata hasil belajar siklus I 69,97 dan siklus II 81,05, jadi
peningkatan rata-rata hasil belajar 11,08. Ketuntasan belajar siswa