Pra Penelitian Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Penelitian

Berdasarkan kesepakatan dengan guru mata pelajaran kelistrikan otomotif, pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan selama dua siklus dan apabila hasil penelitian sudah mencapai indikator keberhasilan maka siklus dihentikan. Materi yang dipelajari adalah sistem sistem pengapian konvensional. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Mei 2013, sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 Mei 2013. Dalam hal ini juga disepakati bahwa saat penelitian guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran tipe STAD dan nantinya dilakukan juga pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa dalam penelitian ini dengan lembar observasi. Adapun jadwal penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Jadwal penelitian tindakan kelas Siklus Hari Tanggal Jam Keterangan I Senin 20 Mei 2013 08.30-13.00 Jam ke 2-8 II Senin 27 Mei 2013 08.30-13.00 Jam ke 2-8

B. Hasil Penelitian

1. Desain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Berdasarkan pada landasaan teori pada BAB II maka langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam penelitian ini memperoleh hasil pada gambar 12 sebagai berikut. Gambar 12. Desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD Gambar diatas menunjukkan desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang yang diterapkan dalam penelitian ini yang terdiri dari : 1 guru menyampaikan materi pembelajaran sistem pengapian konvensional kels X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi kelompok Guru menyampaikan materi sistem pengapian konvensional Guru mengarahkan siswa kedalam kelompok Guru mengadakan tes evaluasi sistem sistem pengapian Guru memberikan nilai dari hasil tes sistem sistem pengapian secara singkat. 2 setelah guru menyampaikan materi, kemudian guru mengarahkan siswa kedalam kelompok, yang terdiri dari 9 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. 3 setelah dilakukan pembagian kelompok, masing masing kelompok diberikan persoalan yang berupa materi sistem pengapian konvensional yang terdiri dari pengertian, komponen dan cara kerja sistem sistem pengapian konvensional dan diwajibkan setiap kelompok bertanggung jawab kepada setiap anggota kelompok untuk bisa menguasai dan mengerti materi yang di diskusikan masing-masing kelompok. 4 guru mengadakan evaluasi terhadap materi yang telah diajarkan dan disini dilakukan tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal. 5 guru memberikan nilai dari hasil tes yang telah dilakukan pada pertemuan berikutnya. Desain pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup mudah diterapkan dan dapat melatih siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan penelitian kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh Nugroho dkk, 2009:112 dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 yang penelitiannya menyebutkan bahwa: Kelebihan penerapan metode kooperatif tipe STAD berorientasi keterampilan proses adalah siswa berusaha mencari pengetahuannya sendiri dengan keterampilan proses yang dimiliki dan melatih siswa melaksanakan praktikum sehingga siswa mampu bekerja dan berdiskusi kelompok serta belajar merumuskan pengetahuan yang diperoleh sehingga pembelajaran terpusat pada siswa.

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Masing-masing siklus dalam penelitian ini menghasilkan data yang berupa hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dapat dilihat pada gambar 13 sebagai berikut. Gambar 13. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD Dari gambar diatas dapat diuraikan penjelasan setiap siklusnya sebagai berikut. Observasi I Observasi II Siklus I Siklus II Mulai Perencanaan I Tindakan I Refleksi I Perencanaan II Tindakan II Refleksi II Selesai a. Siklus I 1 Perencanaan siklus I Perencanaan dalam penelitian ini yang dilakukan adalah a berkoordinasi dengan guru kelas X SMK Negeri 4 Semarang tentang penelitian yang akan dilakukan, b membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sistem sistem pengapian konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, c membuat instrumen penilaian, yang terdiri dari instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dan instrumen non tes yang berupa lembar observasi yang terdiri dari beberapa indikator diantaranya proses STAD, keaktifan siswa, perhatian siswa, kedisiplinan, penugasan dan tolak ukur keberhasilan pembelajaran , d pembagian kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 9 kelompok yang terdiri dari 4 siswa pada masing-masing kelompok. 2 Tindakan dan observasi siklus I Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan observasi terhadap siswa selama siswa mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan lembar observasi. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini menggunakana model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari 1 penyampaian materi sistem pengapian konvensional oleh guru mata pelajaran kelistrikan otomotif kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang secara singkat, 2 mengarahkan siswa kedalam kelompok yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan sebelumnya, 3 mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok terhadap materi sistem sistem pengapian konvensional, 4 mengadakan tes evaluasi setelah kegiatan diskusi kelompok yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dan siswa dilarang membuka buku atau catatan serta tidak boleh saling mencontek untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah di diskusikan, 5 guru menutup kegiatan pembelajaran pada siklus I. Setelah kegiatan belajar siklus I selesai maka diperoleh hasil dari tes dan hasil dari observasi siswa. Adapun rata-rata hasil tes pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang secara umum adalah 69,97 dan ketuntasan belajar disini diperoleh 30,55 dari seluruh siswa yaitu 11 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Sedangkan pada hasil tes terdahulu pada materi sistem pengapian konvensional didapatkan hasil tes rata-rata siswa adalah 67,7 dan ketuntasan belajar siswa diperoleh 27,77 dari seluruh siswa yaitu 10 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar belum memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, yaitu 75. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dan didapat hasil rata-rata kegiatan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan kepada siswa sebesar 52,5, hasil ini masih kurang seperti yang diharapkan untuk memenuhi indikator keberhasilan pada tingkat keaktifan siswa dengan presentase standar 75. Kurang maksimalnya nilai tes dan aktifitas pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ini kemungkinan disebabkan faktor keaktifan siswa yang masih banyak kekurangan, selain itu siswa belum sepenuhnya bisa menerima model pembelajaran yang diterapkan yaitu dengan model pembelajaran tipe STAD. 3 Refleksi siklus I Berdasarkan hasil penelitian siklus I dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi sistem sistem pengapian konvensional belum memuaskan, baik dari segi tes maupun non tes. Hasil rata-rata belajar pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang mencapai 69,97. Hasil ini belum baik, karena masih belum memenuhi KKM. Sedangkan untuk ketuntasan belajar masih 30,55 yaitu sebanyak 11 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa. Hasil non tes yang berupa lembar observasi diperoleh hasil rata-rata proses pembelajaran kooperatif tipe STAD 52,5. Selain itu masih banyak permasalahan yang didapat saat proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang, diantaranya sebagai berikut. a Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD masih kurang dan masih banyak siswa yang belum bisa menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga guru perlu memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran dengan model ini dan diupayakan memberikan pertanyaan yang lebih menarik sehingga nantinya diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. b Perhatian siswa kepada guru saat memberikan penjelasan tentang materi yang diberikan masih kurang diperhatikan, sehingga siswa menjadi kurang paham tentang materi yang disampaikan oleh guru. Disamping itu masih banyak siswa yang belum bisa terfokus untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok mengenai materi sistem pengapian konvensional. Dalam hal ini pada siklus berikutnya guru berusaha memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa agar dari masing-masing siswa siap untuk menjawab apabila nantinya diberikan pertanyaan oleh guru. Selain itu pula guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Sehingga nanti pada saat dilakukan kegiatan diskusi kelompok siswa tiap kelompok bisa lebih terfokus pada materi yang sedang di diskusikan. c Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang berupa KKM yang belum mencapai standar yaitu 75, dimana terdapat banyak sekali kekurangan dalam hal ini siswa masih banyak yang kurang memahami materi yang telah diajarkan, pada saat guru bertanya kepada siswa dan siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tersebut. Selain itu juga siswa yang mau bertanya kepada guru masih sedikit sekali. Dengan demikian guru harus bisa lebih terbuka, tidak membatasi diri atau akrab dengan siswa serta pemberian reward atau hadiah kepada siswa yang mau bertanya yang hadiah tersebut berupa penambahan nilai. Hal yang terpenting pada pembelajaran kooperatif tipe STAD disini adalah proses diskusi siswa pada tiap-tiap kelompok yang masih banyak kekurangan, dimana hanya sebagian kecil siswa yang mau atau melakukan kegiatan diskusi kelompok. Hali ini dapat dilihat dari masih banyakknya siswa yang sering berbicara sendiri atau sering mengganggu kelompok lain. Dalam hal ini guru harus sering berkeliling pada setiap kelompok dan memberikan arahan kepada masing-masing kelompok agar dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Berikut adalah tabel 2 ringkasan dari permasalahan yang didapat dari refleksi siklus 1. Tabel 2. Ringkasan permasalahan dalam penelitian siklus I No Permasalahan dalam siklus I 1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD masih kurang 2. Siswa masih kurang terfokus dalam kegiatan diskusi kelompok 3. Rata-rata hasil belajar siswa belum memenuhi KKM 75 Berdasarkan ringkasan permasalahan pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa, terdapat beberapa permasalahan pada siklus I yang nantinya perlu dilakukan perbaikan pada perencanaan siklus II. b. Siklus II 1 Perencanaan II Pada perencanaan siklus II ini hanya dilakukan persiapan seperti halnya siklus I tetapi lebih ditekannya pada upaya yang dilakukan dalam perbaikan dari permasalahan yang didapat pada siklus I dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang, diantaranya sebagai berikut. a. Sebelum guru memberikan materi tentang sistem sistem pengapian konvensional guru memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dan guru berupaya memberikan pertanyaan yang lebih menarik sehingga nantinya siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Dan guru selalu memberikan motifasi kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran ini secara lebih maksimal lagi dan siswa menjadi lebih tertarik lagi dengan model pembelajran kooperatif tipe STAD yang diterapkan. b. Dalam siklus ini guru berusaha memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa agar dari masing-masing siswa siap untuk menjawab apabila diberikan pertanyaan oleh guru. Selain itu pula guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Hal ini merupakan upaya agar perhatian siswa bisa lebih terfokus pada materi yang sedang diajarkan. c. Kemudian guru harus lebih terbuka, tidak membatasi diri atau akrab dengan siswa serta pemberian reward atau hadiah kepada siswa yang mau bertanya yang hadiah tersebut berupa penambahan nilai. Selain itu saat pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses diskusi siswa di tiap-tiap kelompok guru selalu memantau setiap kelompok dan memberikan arahan kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik. 2 Tindakan dan observasi siklus II Pelaksanaan tindakan dalam siklus II ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan observasi terhadap siswa selama siswa mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan lembar observasi seperti halnya siklus I. Tetapi dalam siklus II ini pelaksanaan tindakan lebih ditekankan pada kegiatan yang dalam refleksi siklus I terdapat beberapa kendala, diantaranya adalah : 1 sebelum penyampaian materi sistem pengapian konvensional oleh guru mata pelajaran kelistrikan otomotif kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang guru kembali memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD dan guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang lebih menarik lagi serta lebih memberikan motifasi-motifasi yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa sehingga siswa menjadi semangat untuk mengikuti kegiatan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD 2 guru kembali mengarahkan siswa kedalam kelompok yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan sebelumnya, yang terdiri dari 9 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa 3 mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok terhadap materi sistem sistem pengapian konvensional dan guru lebih sering berkeliling untuk mengecek sejauh mana tiap kelompok melakukan kegiatan diskusi serta memberikan arahan-arahan terhadap materi sistem pengapian konvensional yang sedang di diskusikan, dengan demikian setiap siswa dalam kelompok tersebut bertanggung jawab untuk paham dan menguasai materi sistem sistem pengapian konvensional yang sedang di diskusikan, selain itu masing-masing siswa tiap kelompok juga bertanggung jawab atas teman lain dalam kelompoknya untuk saling menjelaskan materi yang kiranya masih kurang dipahami 4 sebelum mengadakan tes evaluasi setelah kegiatan diskusi kelompok yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal guru kembali memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi sistem pengapian konvensional dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya lagi serta siswa dilarang membuka buku atau catatan dan tidak boleh saling mencontek untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah di diskusikan, kemudian guru berkeliling untuk memastikan siswa sejauh mana mereka mengerjakan soal tersebut. Hal ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjawab soal tes dari siklus I dan diharapkan hasilnya akan lebih baik lagi 5 guru menutup kegiatan pembelajaran pada siklus II dan sedikit mengulas kembali materi sistem pengapian konvensional yang telah dijelaskan tadi, serta memberikan lagi kesempatan bertanya kepada siswa yang masih kurang jelas terhadap materi sistem pengapian konvensional. Setelah kegiatan belajar siklus II selesai maka diperoleh hasil dari tes dan hasil dari observasi siswa. Adapun hasil tes pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata yang cukup meningkat dari siklus I yaitu sebesar 81,05 untuk ketuntasan belajar disini juga meningkat yaitu 86,11 dari seluruh siswa yaitu 31 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, yaitu 75. Hal ini disebabkan karena dilakukan perbaikan- perbaikan dari refleksi siklus I sehingga kelemahan yang ada pada siklus II dapat diminimalisir dengan baik. Pada siklus II ini diperoleh hasil observasi yang sudah cukup meningkat daripada siklus sebelumnya. Hal ini juga dapat diketahui untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 88. Dalam siklus II ini para siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan dan cukup antusias untuk mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan. Hal ini dapat dibuktikan sesuai dengah hasil peningkatan rata-rata hasil observasi dari pada siklus yang sebelumnya. 3 Refleksi siklus II Berdasarkan hasil penelitian siklus I dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada materi sistem sistem pengapian konvensional belum memuaskan, baik dari segi tes maupun non tes. Serta perbaikan dari permasalahan yang didapat pada siklus I telah dilaksanakan dengan baik sehingga permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus I dapat diminimalisir pada siklus II dan perbaikan-perbaikan dari beberapa permasalahan tersebut telah dijelaskan pada perencanaan siklus II. Hasil rata-rata belajar pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang mencapai 69,96. Hasil ini belum baik, karena masih belum memenuhi KKM. Sedangkan untuk ketuntasan belajar masih 30,55 yaitu sebanyak 11 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa. Hasil belajar pada siklus I tersebut kemudian diperbaiki dengan pembelajaran siklus II yang mendapatkan hasil positif yaitu dengan meningkatnya hasil rata-rata belajar menjadi 81,05 sedangkan untuk ketuntasan belajar juga meningkat menjadi 86,11 yaitu 31 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa. Hasil dari pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II ini telah masuk dalam kategori baik yang merupakan target penelitian. Hasil dari siklus II juga sudah memenuhi batas KKM yaitu 75. Demikian pula dengan hasil non tes yang berupa lembar observasi diperoleh hasil rata-rata proses pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup meningkat dari siklus I dari 52,5 menjadi 88. Hal itu disebabkan karena permasalahan yang terdapat pada siklus I telah berkurang setelah dilaksanakan upaya perbaikan dari permasalah yang di dapat pada siklus I. Berikut tabel 3 ringkasan refleksi siklus II. Tabel 3. Ringkasan refleksi siklus II No Hasil refleksi siklus II 1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkat dari 52,5 menjadi 88 2. Siswa masih kurang terfokus dalam kegiatan diskusi kelompok sudah mulai berkurang dari 25,9 menjadi 86,1 3. Rata-rata hasil belajar siswa telah memenuhi KKM yaitu dari 69,97 menjadi 81,05

3. Data Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD Dalam penelitian ini diperoleh data hasil belajar yang berupa data hasil tes dan data hasil observasi, dimana data tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang. data hasil belajar pada penelitian ini akan di uraikan sebagai berikut. a. Hasil tes siklus I Rata-rata hasil tes siklus I pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara umum dapat digambarkan seperti tabel 4. Tabel 4. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I Siklus I Hasil Rata-rata 69,97 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 46 Ketuntasan belajar 30,55 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata 69,97 dari 36 siswa, dan nilai tertinggi 90 serta nilai terendah 46. Untuk ketuntasan belajar disini diperoleh 30,55 dari seluruh siswa yaitu 11 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata- rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar belum memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, yaitu 75. b. Hasil observasi siklus I Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang berdasarkan beberapa indikator yang dapat mengambarkan setiap proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setiap siklus yang di ikuti oleh siswa. Hal ini juga dapat dilihat dari tabel 5 hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tabel 5. Hasil observasi kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I Hasil dari tabel observasi siklus I dapat dilihat aktifitas siswa juga mempengaruhi dari kurangnya nilai hasil siklus I, yang terinci sebagai berikut: 1 siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1, 3 perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25, 4 kedisiplinan siswa 100, 5 penugasan yang didapat oleh siswa 88, 6 Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9.Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan No Hal yang diamati Siklus I Jumlah Rata-rata 1. Proses STAD a. Memperhatikan guru 28 51,9 b. Belajar dalam tim 36 c. Mengerjakan tes 92 2. Keaktifan siswa a. Siswa aktif mencatat materi 56 24,1 b. Siswa aktif bertanya 11 c. Siswa aktif mengajukan ide 5,6 3. Perhatian siswa a. Diam dan tenang 31 25 b. Terfokus pada materi 5,6 c. Antusias 39 4. Kedisiplinan a. Kehadiran absensi 100 100 b. Datang tepat waktu 100 c. Pulang tepat waktu 100 a. Mengerjakan semua tugas 92 s a observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5. Kurang maksimalnya nilai tes pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ini kemungkinan disebabkan faktor keaktifan siswa yang dapat dilihat pada tabel observasi siklus I, menjadikan siswa memperoleh nilai yang kurang. Selain itu siswa belum sepenuhnya bisa menerima model pembelajaran yang diterapkan yaitu dengan model pembelajaran tipe STAD. a. Hasil tes siklus II Hasil tes siklus II pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdasarkan apa yang telah dilakukan perbaikan mengenai apa saja kekurangan yang terdapat pada siklus I telah mengalami peningkatan. Adapun hasil tes pembelajaran kooperatif tipe STAD diuraikan pada tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II Siklus II Hasil Rata-rata 81,05 Nilai tertinggi 96 Nilai terendah 70 Ketuntasan belajar 86,11 Dari tabel 6 hasil tes siklus II diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata yang cukup meningkat dari siklus I yaitu sebesar 81,05 dari 36 siswa, dan nilai tertinggi mencapai 96 serta nilai terendah 70. Untuk ketuntasan belajar disini juga meningkat yaitu 86,11 dari seluruh siswa yaitu 31 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, yaitu 75. Hal ini disebabkan karena dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus I sehingga kelemahan yang ada pada siklus II dapat diminimalisir dengan baik. b. Hasil observasi siklus II Pada siklus II ini diperoleh hasil observasi yang sudah cukup meningkat dari pada siklus sebelumnya. Hal ini juga dapat dilihat dari tabel 7 hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tabel 7. Hasil observasi kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II Dari hasil tabel diatas dapat dilihat aktifitas siswa sudah cukup baik dari pada siklus I, yang terinci sebagai berikut: 1 siswa mengikuti pembelajaran STAD 86,1, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 75,9, 3 perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 79,6, 4 kedisiplinan siswa 100, 5 penugasan yang didapat oleh siswa 100, 6 Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 86,1.Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 88. Dalam siklus II ini para siswa sudah dapat mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan dan cukup antusias untuk mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah No Hal yang diamati Siklus II Jumlah Rata-rata 1. Proses STAD a. Memperhatikan guru 81 86,1 b. Belajar dalam tim 78 c. Mengerjakan tes 100 2. Keaktifan siswa a. Siswa aktif mencatat materi 97 75,9 b. Siswa aktif bertanya 78 c. Siswa aktif mengajukan ide 53 3. Perhatian siswa a. Diam dan tenang 75 79,6 b. Terfokus pada materi 89 c. Antusias 75 4. Kedisiplinan a. Kehadiran absensi 100 100 b. Datang tepat waktu 100 c. Pulang tepat waktu 100 5. Penugasan a. Mengerjakan semua tugas 100 100 b. Ketepatan mengumpulkan tugas 100 c. Mengerjakan sesuai perintah 100 6. Tolak ukur keberhasilan pembelajaran a. Pemahaman terhadap materi 92 86,1 b. Bertanya kepada guru 86 c. Berdiskusi dengan kelompoknya 81 diterapkan. Hal ini dapat dibuktikan sesuai dengah hasil peningkatan rata-rata hasil observasi dari pada siklus yang sebelumnya.

C. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa untuk desain penelitian pembelajaran kooperatif tipe STAD yang di terapkan pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang telah berjalan baik sesuai dengan hasil penelitian, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Karimah 2013:85, dalam jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan yang menyatakan bahwa: Skenario pembelajaran model kooperatif tipe STAD materi Trigonometri yang operasional adalah skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA yang disusun dalam bentuk RPP yang memuat langkah-langkah proses pembelajaran yang mencirikan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan demikian desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang sederhana dan mudah diterapkan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X SMK Negeri 4 Semarang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus telah dijabarkan dalam hasil penelitian sebelumnya. Dalam perencanaan siklus I dilakukan beberapa persiapan diantaranya 1 berkoordinasi dengan guru kelas X SMK Negeri 4 Semarang tentang penelitian yang akan dilakukan, 2 membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP sistem pengapian konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 3 membuat instrumen penilaian, yang terdiri dari instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dan instrumen non tes yang berupa lembar observasi yang terdiri dari beberapa indikator diantaranya proses STAD, keaktifan siswa, perhatian siswa, kedisiplinan, penugasan dan tolak ukur keberhasilan pembelajaran 4 pembagian kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 9 kelompok yang terdiri dari 4 siswa pada masing-masing kelompok. Kemudian untuk siklus II kegiatan perencanaan prinsipnya sama dengan perencanaan siklus I hanya saja ditambahkan dengan perbaikan yang didapat pada refleksi siklus I dimana sebelumnya pada siklus I terdapat beberapa persoalan yang sedikit mengganggu kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD, oleh karena itu dilakukan perbaikan pada perencanaan siklus II diantaranya adalah : 1 sebelum guru memberikan materi tentang sistem pengapian konvensional guru memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dan guru berupaya memberikan pertanyaan yang lebih menarik sehingga nantinya siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, 2 guru selalu memberikan motifasi kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran ini secara lebih maksimal lagi dan siswa menjadi lebih tertarik lagi dengan model pembelajran kooperatif tipe STAD yang diterapkan. Dalam siklus ini guru berusaha memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa agar dari masing-masing siswa siap untuk menjawab apabila diberikan pertanyaan oleh guru. Selain itu pula guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Hal ini merupakan upaya agar perhatian siswa bisa lebih terfokus pada materi yang sedang diajarkan, 3 kemudian guru harus lebih terbuka, tidak membatasi diri atau akrab dengan siswa serta pemberian reward atau hadiah kepada siswa yang mau bertanya yang hadiah tersebut berupa penambahan nilai. Selain itu saat pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses diskusi siswa di tiap-tiap kelompok guru selalu berkeliling pada setiap kelompok dan memberikan arahan kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Dengan demikian kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dapat meningkatkan siswa untuk melakukan kegiatan diskusi sehingga siswa lebih mengerti tentang materi yang di sampaikan guru dan siswa cenderung lebih aktif untuk melakukan kegiatan diskusi. Seperti pada penelitian Siregar 2013:52, dalam Jurnal Penelitian Tindakan Kelas menyatakan bahwa, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan analisa hasil tes siklus I dan siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Pada pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata 69,97 yang belum memenuhi KKM. Hasil tersebut mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran siklus II yang mana diperoleh nilai rata-rata 81,05 dan telah memenuhi KKM yaitu 75,00. Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar siswa yang dalam siklus I mencapai 30,55 dari jumlah keseluruhan siswa yang berarti 11 siswa berkategori tuntas dan 25 siswa berkategori belum tuntas pada siklus II menjadi 86,11 dari jumlah keseluruhan siswa yang berarti 31 siswa berkategori tuntas dan 5 siswa berkategori belum tuntas. Perolehan peningkatan ini juga bisa dilihat dari hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan siklus II yang terinci sebagai berikut: 1 siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9 menjadi sebesar 86,1, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1 menjadi sebesar 75,9, 3 perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25 menjadi sebesar 79,6, 4 kedisiplinan siswa 100 tetap bertahan pada 100, 5 penugasan yang didapat oleh siswa 88 menjadi sebesar 100, 6 Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9 menjadi sebesar 86,1. Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5 meningkat sebesar 88. Peningkatan hasil belajar dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dari siklus I ke siklus II dapat dilihat dalam gambar 14 dibawah ini. Gambar 14. Peningkatan rata-rata hasil tes siklus I dan siklus II Gambar diatas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata 69,97 dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata yang meningkat yaitu 81,05 dengan besar peningkatan 11,08. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil penelitian Scott dalam Wahyudi dkk, 2012:62 menyatakan bahwa: Penerapan model STAD dapat membuat siswa yang bekerja dalam kelompok masyarakat belajar lebih mudah belajar dan bekerja dengan siswa lain sehingga dapat lebih mudah mempelajari dan mengingat materi yang disampaikan oleh guru. Perkembangan learning community siswa yang baik ini membawa dampak positif pada nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik dimana tiap-tiap siklus mengalami peningkatan Kemudian untuk ketuntasan siswa pada pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 15 dibawah ini. 60 65 70 75 80 85 Siklus I Siklus II Rata-rata hasil tes Rata-rata 69,97 81,05 Gambar 15. Peningkatan ketuntasan belajar siklus I dan siklus II Gambar diatas menunjukkan hasil ketuntasan belajar siswa. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran siklus I ketuntasan siswa mencapai 30,55 yang berarti 11 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II diperoleh ketuntasan siswa 86,11 yang berarti 31 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa, dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 55,56, hal ini sejalan dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh Rahmanika dkk, 2011:87 dalam Jurnal Wahana-Bio menyatakan bahwa: Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥ 85. Pada siklus 1 dari ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pretes sebesar 68,9 menjadi 89,6 pada postes, dan siklus 2 dari 78,4 pada prestes menjadi 89,2 pada postes. Hasil selama proses pembelajaran yang termasuk kategori cukup baik menjadi baik. 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 Siklus I Siklus II Ketuntasan belajar siswa Ketuntasan belajar 30,55 86,11 Dari hasil tes rata-rata siklus I dan siklus II juga dapat dibandingkan dengan hasil tes rata-rata yang diperoleh dari kegiatan tes yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan penelitian, yang dapat dilihat pada gambar 16 dibawah ini. Gambar 16. Peningkatan rata-rata hasil tes keseluruhan Dari hasil peningkatan rata-rata tes keseluruhan yang dilakukan oleh guru sebelum penelitian dan kemudian dilakukan tes pada penelitian siklus I dan siklus II dapat dijelaskan bahwa hasil tes rata-rata siswa sebelum diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 66,7 hal ini masih jauh dari KKM yang ditentukan yaitu 75. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dilakukan tes pada siklus I didapat hasil tes rata-rata siswa sebesar 69,97 dan belum mencapai KKM yang ditentukan. Kemudian pada refleksi siklus I didapat permasalahan-permasalahan yang 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Kemampuan Awal Siklus I Siklus II Peningkatan rata-rata hasil tes keseluruhan Rata-rata hasil tes 66,7 69,97 81,05 kemudian pada perencanaan siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga dapat diminimalisir permasalah tersebut pada siklus II yang menghasilkan nilai tes rata-rata siswa menjadi meningkat dan telah memenuhi KKM yaitu sebesar 81,05. Kemudian untuk ketuntasa belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 17 dibawah ini. Gambar 17. Peningkatan ketuntasan belajar siswa keseluruhan Gambar 17 menunjukkan hasil ketuntasan belajar siswa. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran pada kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai 27,77 dengan 10 siswa yang tuntas belajar. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 30,55 yang berarti 11 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 Kemampuan Awal Siklus I Siklus II Ketuntasan belajar siswa keseluruhan Ketuntasan belajar 27,77 86,11 30,55 diperoleh ketuntasan siswa 86,11 yang berarti 31 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa, dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 55,56 dan dari kemampuan awal siswa ke siklus II menjadi 58,41. Sedangkan perolehan tingkat keaktifan siswa dari hasil observasi pada pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini. Gambar 18. Peningkatan hasil observasi belajar siklus I dan siklus II Dari gambar 18 dapat diketahui bahawa hasil observasi antara siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Beberapa indikator hasil observasi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9 menjadi sebesar 86,1, 2 keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1 menjadi sebesar 75,9, 3 perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25 menjadi sebesar 79,6, 4 kedisiplinan siswa 100 tetap bertahan pada 100, 5 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Siklus I siklus II Proses STAD Keaktifan siswa Perhatian siswa Kedisiplinan Penugasan Tolak ukur keberhasilan pembelajaran penugasan yang didapat oleh siswa 88 menjadi sebesar 100, 6 Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9 menjadi sebesar 86,1. Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5 meningkat sebesar 88, untuk besar peningkatan hasil observasi dari siklus I ke siklus II sebesar 35,5 dan dapat dilihat dari gambar 19 dibawah ini. Gambar 19. Rata-rata hasil observasi keseluruhan siklus I dan siklus II Peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional pada kels X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dari siklus I ke siklus II dapat disebabkan oleh kelebihan-kelebihan yang ada pada model pembelajaran tersebut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi solusi agar pembelajaran lebih menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut. Penelitian ini terdapat indikator keberhasilan penelitian, dimana penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi beberapa 0.00 50.00 100.00 Siklus I Siklus II Rata-rata hasil observasi Rata-rata hasil observasi 52,5 88 indikator keberhasilan yang ada. Hasil dari penelitian ini diperoleh dari hasil akhir penelitian sebagai berikut. a. Rata-rata kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai 81,05 dan untuk batas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM adalah 75,00 dari hasil tes. Sehingga dari hasil penelitian ini bahwa hasil rata- rata tes telah memenuhi batas KKM yaitu 81,05. b. Presentase keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II rata-rata 88 siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Sedangkan untuk batas keberhasilan presentase keaktifan siswa dalam kegiatan observasi adalah 75. Sehingga dari hasil penelitian ini bahwa hasil observasi dari keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah berhasil dan telah memenuhi batas keberhasilan yaitu 88. c. Jumlah siswa yang berkategori tuntas setelah penelitian ini selesai adalah 86,11 pada siklus II, yang berarti 31 siswa telah berhasil memenuhi KKM yang ada dari 36 siswa dalam kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang. Sedangkan batas untuk ketuntasan belajar disini adalah 75 dari jumlah keseluruhan siswa. Berarti dengan demikian kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka sebesar 86,11 atau sejumlah 31 siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar dari 36 siswa. Dari beberapa indikator keberhasilan penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan ke siklus selanjutnya. 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada penelitian ini cukup sederhana dan di fokuskan kepada siswa untuk melakukan kegiatan diskusi dalam kelompok, sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi berpusat pada siswa untuk melakukan kegiatan diskusi, sedangkan guru hanya mengawasi serta mengarahkan siswa dalam kegiatan diskusi. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional pada siklus I masih didapat beberapa kendala yang menyebabkan hasil belajar siswa belum mencapai KKM 75 salah satunya adalah aktifitas belajar siswa yang masih kurang. Pada siklus II hasil belajar siswa dapat meningkat dikarenakan perbaikan terhadap aktifitas belajar siswa sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berjalan dengan baik. 3. Rata-rata hasil belajar siklus I 69,97 dan siklus II 81,05, jadi peningkatan rata-rata hasil belajar 11,08. Ketuntasan belajar siswa

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENERAPKAN DASAR �.

0 1 23

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI CAHAYA.

0 6 34